• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Tokoh

Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Jadi Misteri

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Sunan Bonang - Raden Maulana Makdum Ibrahim
Sumber: Wikimedia Commons

Sunan Bonang atau yang memiliki nama asli Raden Maulana Makdum Ibrahim merupakan sosok anggota Wali Songo yang makam aslinya masih menjadi misteri. Jika kamu penasaran dengan alasannya, kamu bisa menemukan penjelasannya sekaligus kisah hidup lengkap sang sunan dalam biografi Sunan Bonang ini.

Profil Sunan Bonang
Nama Lengkap
Raden Maulana Makdum Ibrahim
Nama Lain
Bong Ang
Tahun Lahir
1465
Tahun Meninggal
1525
Pasangan
Dewi Hirah
Anak
Jayeng Katon, Jayeng Rono, Dewi Ruhil
Orang Tua
Sunan Ampel (Ayah), Nyi Ageng Manila (Ibu)

Sebagai masyarakat Indonesia, tentu kamu sudah pernah mendengar perihal Wali Songo, bukan? Nah, dalam biografi ini kami akan membahas kisah perjalanan hidup Sunan Bonang, salah satu anggota Wali Songo yang merupakan putra dari Sunan Ampel.

Sunan Bonang suka berdakwah melalui seni dan budaya, salah satunya wayang. Tak hanya menjadi dalang, ia juga menciptakan satu jenis alat musik yang kemudian menjadi komponen wajib dalam rangkaian gamelan Jawa saat ini.

Selain mahir dalam bidang kesenian, sang sunan juga sangat menguasai ilmu tenaga dalam. Jurus tenaga dalam ciptaannya bahkan masih diajarkan secara turun temurun di salah satu padepokan di Indonesia.

Setelah menyimak ulasan singkat di atas, apakah kamu jadi makin tertarik membaca biografi Sunan Bonang? Jika ya, tunggu apalagi, langsung saja simak profil lengkap Sunan Bonang dalam biografi berikut.

Kehidupan Pribadi

Untuk lebih mengenali seseorang, alangkah baiknya jika kamu mengetahui tentang kehidupan pribadinya terlebih dahulu. Oleh sebab itu, di biografi ini kami menyajikan kehidupan pribadi Sunan Bonang yang meliputi silsilah, pendidikan, dan kehidupan rumah tangganya.

1. Silsilah Keluarga

Sunan Bonang yang lahir pada tahun 1465 memiliki nama lengkap Raden Maulana Makdum Ibrahim. Ia juga memiliki nama Bong Ang, mengikuti marga ayahnya, yaitu Bong Swi Hoo alias Sunan Ampel.

Raden Maulana terlahir dari seorang ibu yang bernama Dewi Condrowati atau sering dijuluki Nyi Ageng Manila. Kakeknya dari pihak ibu adalah Aryo Tejo yang pernah menjabat sebagai Adipati Tuban.

Sedangkan kakek dari pihak ayah adalah Syekh Maulana Malik Ibrahim atau terkenal dengan nama Sunan Gresik. Raden Maulana juga memiliki adik laki-laki bernama Raden Qosim atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Drajat.

Raden Rahmat memiliki nama Tionghoa karena sang kakek, yaitu Sunan Gresik menikah dengan putri Raja Champa. Namun, leluhurnya dari pihak ayah sebenarnya merupakan keturunan Nabi Muhammad dari putri sang nabi, Fatimah Az Zahra. Oleh sebab itu, Raden Rahmad bisa disimpulkan merupakan seorang sayyid.

Begini silsilahnya, Raden Maulana bin Raden Rahmat bin Maulana Malik Ibrahim bin Syekh Jumadil Qubro bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik Al Muhajir bin Alawi Ammil Faqih.

Kemudian, Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Sohib Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alawi Ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Alawi Awwal bin Ubaidullah bin Muhammad Syahril bin Ali Zainal ‘Abidin bin Hussain (putra Fatimah Az Zahra binti Nabi Muhammad).

2. Pendidikan dan Kehidupan Rumah Tangga

Memiliki ayah seorang sunan, sudah barang tentu jika sejak kecil Raden Maulana sudah mempelajari ilmu agama dan ilmu pengetahuan dari sang ayah. Tak sendiri, ia juga belajar bersama murid-murid ayahnya yang lain, seperti Raden Patah dan Raden Kusen yang merupakan saudara sepupunya, serta Raden Qosim alias Sunan Drajat, adiknya.

Ketika beranjak remaja, Raden Maulana pergi ke Samudera Pasai (Aceh) untuk memperdalam ilmu keislamannya. Di Negeri Pasai, ia belajar pada Syaikh Maulana Ishak yang merupakan pamannya. Setelah selesai belajar pada sang paman, Sunan Ampel memintanya untuk kembali ke Pulau Jawa dan berdakwah di daerah Tuban.

Mengenai kehidupan rumah tangganya, Raden Maulana menikah dengan wanita bernama Dewi Hirah. Sang istri merupakan putri Raden Jakandar atau yang juga dikenal sebagai Sunan Bangkalan, keturunan Kerajaan Padjajaran yang berdakwah di Bangkalan, Madura.

Dari pernikahan dengan Dewi Hirah, Raden Maulana Makdum Ibrahim dikarunia dua orang anak laki-laki dan satu orang anak perempuan. Putranya bernama Jayeng Katon dan Jayeng Rono, sedangkan putrinya bernama Dewi Ruhil.

Baca juga: Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

Bisa Mengubah Benda Jadi Emas

Biografi Sunan Bonang - Pertemuan dengan Raden Mas Said Sumber: Wajib Baca

Raden Maulana Makdum Ibrahim adalah seseorang yang benar-benar sakti. Selain mampu mengubah aliran Sungai Brantas, ternyata sang sunan juga mampu mengubah benda jadi emas. Ini dia kisah selengkapnya dalam biografi Sunan Bonang.

Pada suatu hari, ia sedang berjalan di tengah hutan dengan membawa sebuah tongkat berlapis emas. Tiba-tiba, ia dicegat oleh rombongan perampok Lokajaya yang dipimpin Raden Said. Ketika melihat tongkat yang dibawa sang sunan, Raden Said pun bernafsu untuk merebut tongkat tersebut.

Ya, Raden Said memang suka merampok dari orang-orang kaya karena ingin memberikan hasilnya pada orang miskin. Namun, Sunan Bonang menasehati Raden Said dan berkata bahwa Tuhan tak akan senang dengan perbuatan baik yang dilakukan dengan cara yang salah.

Sang sunan juga berkata, jika memang ingin mendapatkan harta tanpa berusaha, Raden Said diperintahkan untuk melihat pohon kolang-kaling. Saat itu juga sang sunan mengarahkan tongkatnya ke arah pohon kolang-kaling dan mengubahnya menjadi emas.

Setelah itu, ia pun langsung pergi. Namun, Raden Said segera berlari menghampiri dan menyatakan kesediaan untuk menjadi muridnya. Akhirnya, Sunan Bonang menerima Raden Said sebagai murid setelah berhasil melalui tantangan darinya. Setelah menguasai ilmu yang diajarkan Sunan Bonang, Raden Said juga turut berdakwah dan dikenal dengan julukan Sunan Kalijaga.

Dakwah yang Gagal di Kediri

Wali Songo adalah ulama-ulama hebat yang menyebarkan Islam di Pulau Jawa. Bukan dengan jalan berperang, mereka berhasil menarik minat penduduk yang saat itu masih banyak menganut Buddha, Hindu, Animisme, dan Dinamisme untuk masuk Islam dengan kelembutan dan cinta kasih.

Namun, siapa sangka bahwa Sunan Bonang pernah gagal berdakwah di daerah Kediri gara-gara sikapnya yang keras. Ya, peristiwa tersebut terjadi sebelum ia memutuskan untuk berdakwah melalui media seni dan budaya. Bagaimana kisahnya? Tetap simak biografi Sunan Bonang ini.

1. Mengubah Aliran Air Sungai Brantas

Suatu hari, Sunan Bonang melakukan perjalanan ke Kediri bersama para pengikutnya. Saat tiba di daerah aliran Sungai Brantas, Sunan Bonang pun mengetahui bahwa masyarakat setempat masih belum memeluk Islam.

Meski demikian, ia tetap memerintahkan pengikutnya untuk meminta air bersih pada penduduk untuk digunakan berwudu. Sebab, saat itu kondisi Sungai Brantas sedang keruh.

Salah satu pengikutnya pun bergegas ke desa dan bertemu dengan seorang gadis. Namun, saat ditanya baik-baik mengenai ketersediaan air bersih, sang gadis malah mengatakan, “Kamu baru saja lewat sungai, mengapa minta air simpanan? Di sini tidak ada orang yang menyimpan air kecuali air seniku ini sebagai simpanan yang jernih bila kamu mau meminumnya.”

Sang pengikut pun langsung kembali pada rombongan Sunan Bonang dan melaporkan kejadian tersebut. Sunan Bonang pun langsung marah dan mengutuk aliran Sungai Brantas. Ia membuat sebagian daerah terkena banjir, dan sebagian lainnya mengalami kekeringan.

Tak hanya itu, sang sunan juga mengutuk gadis-gadis desa tersebut agar tak mendapatkan jodoh sebelum usianya tua. Begitu juga dengan kaum perjakanya, ia mengutuk mereka tak akan menikah sebelum menjadi perjaka tua.

Beberapa lama singgah di daerah tersebut, ia juga mengetahui bahwa penduduknya masih rajin memberi sesaji dan menyembah arca-arca. Oleh sebab itu, ia mulai menghancurkan arca-arca yang ada di sana.

2. Melawan Nyai Plencing dan Ki Buto Locaya

Melihat apa yang telah diperbuat Sunan Bonang, salah satu tokoh sakti bernama Nyai Plencing melapor pada Ki Buto Locaya yang menguasai daerah tersebut. Mereka berdua sama-sama menganut Bhairawa-Tantra (ajaran Tantra yang menyimpang).

Ki Buto Locaya pun marah dan mengerahkan jin dan setan yang sangat banyak jumlahnya untuk menyerang sang sunan. Namun, para jin dan setan lari terbirit-birit karena tidak tahan rasa panas ketika berada di dekat Sunan Bonang.

Oleh sebab itu, Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing turun tangan sendiri untuk menyerang sang sunan. Namun, ternyata mereka juga kalah karena ternyata Sunan Bonang memiliki kesaktian yang luar biasa.

Namun, meski berhasil mengalahkan Ki Buto Locaya dan Nyai Plencing, Sunan Bonang tetap tak berhasil berdakwah di daerah tersebut. Mungkin itu disebabkan cara dakwahnya yang keras.

Baca juga: Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia

Hijrah ke Demak

Biografi Raden Maulana Makdum Ibrahim - Masjid Agung Demak Sumber: Gana Islamika

Gagal berdakwah di Kediri tak membuat Raden Maulana putus asa dan menyerah berdakwah. Ia pun berhijrah ke Demak dan sedikit demi sedikit mulai memahami cara berdakwah yang baik. Inilah kisahnya dalam biografi Sunan Bonang.

Dari keterangan yang tertulis dalam Hikayat Hasanuddin, Raden Maulana diminta untuk menjadi imam Masjid Agung Demak oleh Raden Patah yang merupakan sepupunya dari pihak ibu. Raden Maulana pun memenuhi undangan tersebut dan bersedia menjadi imam masjid.

Namun, ia tak lama berada di Demak karena diminta datang ke Kadipaten Lasem, Jawa Tengah oleh kakak perempuannya, Nyai Gede Maloka. Sedangkan posisi imam Masjid Agung Demak yang ditinggalkannya digantikan oleh Pangeran Karang Kemuning, saudara iparnya.

Di Kadipaten Lasem, Nyai Gede Maloka memberinya tugas untuk menjaga dan merawat makam nenek mereka, Putri Bi Nang Ti yang berasal dari Champa. Ia juga diminta untuk merawat makam Pangeran Wirabraja dan Arya Wiranegara yang merupakan ayah mertua dan suami Nyai Gede Maloka.

Saat berada di Lasem, Sunan Bonang mulai makin mendalami kesenian daerah karena ia sadar bahwa seni adalah media terbaik untuk berdakwah. Orang-orang tidak akan menentang dengan keras jika ilmu sedikit demi sedikit dimasukkan dalam seni, budaya, dan sastra.

Mengembangkan Jurus Ilmu Tenaga Dalam

Sunan Bonang yang profilnya kita bahas dalam biografi ini mempelajari banyak jenis ilmu, salah satunya adalah ilmu tenaga dalam. Dengan ilmu yang dimilikinya, tak heran jika banyak orang yang berasal Tuban, Jepara, Pulau Bawean, hingga Madura datang ke padepokan Sunan Bonang untuk menimba ilmu darinya.

Bagaimana tidak, Sunan Bonang mampu mengembangkan ilmu ilmu zikir dari Nabi Muhammad untuk kemudian dikombinasikan dengan keseimbangan pernapasan. Ilmu ini lalu terkenal dengan sebutan rahasia alif lam mim atau bisa juga diartikan hanya Allah yang tahu.

Di samping rahasia alif lam mim, sang sunan juga menciptakan jurus bela diri yang terinspirasi dari huruf hijaiyah. Dari rangkaian 28 jurus ini, Sunan Bonang murid-muridnya bisa sekaligus menghafal huruf hijaiyah yang merupakan huruf penyusun Alquran.

Nah, jika sudah mencapai tingkat tertentu, para siswanya juga diwajibkan untuk mempelajari dan memahami isi kitab Alquran. Jadi ibaratnya, sekali dayung, dua tiga pulau terlampau.

Karena metodenya yang baik, jurus ciptaan Sunan Bonang ini masih tetap diajarkan dan dipraktekkan hingga saat ini, lho. Nama lembaga pendidikan yang masih mengajarkan ilmu Sunan Bonang adalah Padepokan Ilmu Sujud Tenaga Dalam Silat Tauhid Indonesia yang berdiri secara resmi mulai tahun 1992.

Baca juga: Biografi HOS Cokroaminoto, Guru Tokoh Besar Nasional yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

Peninggalan Sunan Bonang

Biografi Raden Maulana Makdum Ibrahim - Mengajar Gamelan Sumber: Nusantara News

Sebagai sosok ulama hebat, tampaknya wajar saja jika Raden Maulana Makdum Ibrahim mewariskan banyak peninggalan mulai dari alat musik, kitab, karya sastra, hingga resep kuliner. Berikut sudah kami rangkum selengkapnya dalam biografi Sunan Bonang ini.

1. Gamelan dan Tembang

Gamelan adalah kumpulan alat musik tradisional Jawa yang sejak dahulu sering digunakan untuk mengiringi berbagai macam acara. Mulai dari pertunjukan seni hingga upacara keagamaan, semua menggunakan gamelan sebagai pengiringnya.

Sunan Bonang yang saat itu rajin berdakwah dengan media pertunjukan wayang pun berinisiatif untuk menambahkan satu jenis alat musik ke dalam rangkaian gamelan. Alat musik ini terbuat dari kuningan dan menonjol di bagian tengahnya.

Memiliki bentuk yang mirip gong, tapi lebih kecil, alat musik ini juga dimainkan dengan cara memukulnya menggunakan kayu. Lambat laun, perangkat musik yang satu ini lebih dikenal dengan nama bonang, sesuai nama tempat yang menjadi kediaman sang sunan, yaitu Desa Bonang di Lasem.

Tak hanya menciptakan alat musik baru, sunan yang juga dikenal sebagai dalang andal ini juga menciptakan lagu berjudul Tombo Ati. Tembang ciptaannya ini menjelaskan tentang cara mengobati jiwa dengan cara lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Selain menyertakan bonang dan tembang Tombo Ati dalam setiap pementasan wayangnya, sang sunan juga tak lupa untuk menyisipkan pesan-pesan ketauhidan dalam setiap kisah yang dibawakan.

Kisah yang sering dimainkan Sunan Bonang adalah perseteruan antara Pandawa dan Kurawa. Sunan Bonang menafsirkan kisah tersebut sebagai peperangan antara peniadaan (nafi) dan peneguhan (isbah).

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

2. Suluk

Suluk merupakan jenis karangan tasawuf yang banyak dikenal masayarakat Jawa dan Madura. Sunan Bonang pun tak ingin ketinggalan dalam menyebarkan ajaran Islam lewat suluk-suluk ciptaannya.

Beberapa karya suluk yang diciptakan oleh sang sunan, yaitu Suluk Wujil, Suluk Khaliafah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Wasiyat, Suluk Bentur, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Ing Aewuh, dan Suluk Sunan Bonang.

Suluk karya Sunan Bonang tersebut saat ini tersimpan rapi di perpustakaan Universitas Leiden, Belanda. Kumpulan suluk tersebut benar-benar dijaga dengan baik karena di zaman modern ini suluk diakui sebagai karya sastra yang memiliki nilai keindahan luar biasa. Tak hanya itu, suluk juga mengandung makna yang sangat penting tentang kehidupan.

3. Kitab, Puisi, dan Prosa

Ada banyak media yang digunakan Sunan Bonang untuk mengajarkan ilmu tasawuf, salah satunya melalui buku. Dalam kitab berjudul Tabnihul Ghofilin yang ditulisnya, ia mengajarkan kepada manusia agar selalu menjalani kehidupan dengan kesungguhan dan kecintaan kepada Allah.

Meski sudah ditulis ratusan tahun lalu, kitab yang tersusun atas 234 halaman ini masih saja laris hingga saat ini. Ya, santri-santri pondok pesantren masih menggemari kitab karya Raden Maulana Makdum Ibrahim ini sebagai media pembelajaran dan pengingat untuk lebih mencintai Sang Pencipta.

Selain kitab, ia juga menulis beberapa puisi dan prosa. Puisi dan prosa karangannya tertulis dalam buku berjudul Het Boet Van Bonang. Buku tersebut juga memuat terjemahan dalam bahasa Belanda.

4. Resep Kuliner

Bubur sumsum pada umumnya menjadi hidangan takjil di bulan Ramadan, khususnya bagi masyarakat Jawa. Namun, lain halnya dengan masyarakat Jawa yang bermukim di sekitar kompleks Makam Sunan Bonang di Tuban. Mereka lebih memilih bubur suro sebagai hidangan takjil.

Ya, menurut penjaga Makam Sunan Bonang dan warga sekitar, pada zaman dahulu bubur suro dimasak langsung oleh putra Sunan Ampel tersebut. Kemudian meski sang sunan telah tiada, penduduk sekitar tetap melanjutkan tradisi memasak bubur suro sebagai hidangan takjil tiap bulan Ramadan secara turun temurun.

Walau merupakan hidangan tradisional dan dimasak setiap satu tahun sekali, masyarakat sekitar tak bosan-bosannya menyantap hidangan ini. Setiap bulan Ramadan selesai salat Asar, warga sekitar pasti berbaris rapi untuk mendapat jatah bubur suro dari panitia.

Demi memenuhi kebutuhan bubur suro untuk warga sekitar, panitia takjil menghabiskan 25 kg beras, 6 kg daging sapi, 10 kg tulang sapi, dan 10 butir kelapa setiap harinya. Agar bubur tetap memiliki rasa dan aroma yang khas, bahan-bahan itu dimasak selama tiga jam dengan kayu bakar.

Baca juga: Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

Perbedaan Pendapat tentang Makam Sunan Bonang

Sunan Bonang, anggota Wali Songo yang kami ulas dalam biografi ini wafat pada tahun 1525 dalam usia 60 tahun. Ketika ia meninggal, murid-murid yang begitu mencintainya sempat berseteru karena ingin sang guru dimakamkan di daerah mereka. Mungkin akibat peristiwa tersebut, posisi makam sesungguhnya Raden Maulana Makdum Ibrahim jadi simpang siur.

Ada beberapa lokasi yang yakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Raden Maulana. Tempat pertama dan yang paling populer berada di belakang Masjid Agung Tuban. Lokasi kedua ada di tepi pantai utara yang termasuk dalam wilayah Lasem, Rembang.

Meski demikian, makam Raden Maulana yang diyakini berada di kaki bukit sama sekali tak diberi batu nisan sebagai patokan. Hanya ada tanaman melati yang bisa dijadikan penanda.

Kondisi tersebut mungkin disebabkan karena petilasan sang sunan yang berada di atas bukit justru lebih populer. Ya, di puncak bukit ada batu yang katanya merupakan tempat sholat Raden Maulana.

Orang-orang meyakininya karena ada ukiran telapak kaki yang diyakini merupakan milik Raden Maulana di atas batu yang letaknya berada dalam satu kompleks dengan makam Putri Cempo ini.

Untuk lokasi makam yang ketiga diyakini berada di Pulau Bawean, Jawa Timur. Untuk lokasi yang satu ini, ada dua makam yang dipercaya sebagai makam Raden Maulana. Dua-duanya sama-sama berada di pinggir pantai.

Akan tetapi, dari dua makam itu yang tampak terurus hanyalah satu makam. Sedangkan makam lainnya terlihat tak terawat karena statusnya masih simpang siur. Sebagian orang percaya itu makam sang sunan, tapi sebagian lainnya meragukannya dan berpikir bahwa itu merupakan makam seorang pelaut dari Sulawesi yang terdampar di Pulau Bawean.

Lokasi keempat diyakini berada di sebuah daerah bernama Singkal yang berada di tepi Sungai Brantas. Pendapat ini muncul karena kisah dalam Babad Kadhiri yang menyatakan bahwa Sunan Bonang melancarkan dakwah di Kediri, tapi berakhir dengan kegagalan.

Hikmah Membaca Biografi Sunan Bonang

Itu tadi adalah profil dan biografi Sunan Bonang yang telah terangkum secara lengkap, mulai dari silsilah, perjalanan dakwah, peninggalan-peninggalan, hingga perbedaan pendapat tentang makam aslinya. Apakah Anda sudah merasa puas dengan sajian di atas?

Ada banyak pelajaran yang bisa diambil dengan membaca biografi Sunan Bonang. Salah satunya, Anda mungkin jadi paham bahwa cara yang keras hanya menyebabkan orang lain juga bersikap keras. Apabila kamu ingin mendapatkan hati orang lain, maka bersikaplah dengan lembut.

Jika Anda ingin mendapatkan inspirasi da motivasi dari biografi tokoh-tokoh selain Sunan Bonang, terus simak KepoGaul.com. Di sini ada informasi mengenai pahlawan nasional, seperti Laksamana Malahayati dan Sultan Ageng Tirtayasa, hingga pebisnis sukses dunia, seperti Steve Jobs dan Larry Page.

← Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan
Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Mentari Aprellia

Mentari Aprellia, S.I.Kom adalah alumni Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi dengan beasiswa penuh. Meski mampu membuat tulisan feature maupun hard news, penulis kurang suka membuat karya fiksi karena selalu bingung mengakhiri cerita. Penulis yang merupakan penggemar film horor, tapi penakut ini pernah magang sebagai wartawan lapangan di Koran Solopos, pernah bekerja sebagai guru TK, guru les privat, dan tukang desain gambar.

Editor
Khonita Fitri

Seorang penulis dan editor lulusan Universitas Diponegoro jurusan Bahasa Inggris. Passion terbesarnya adalah mempelajari berbagai bahasa asing. Selain bahasa, ambivert yang memiliki prinsip hidup "When there is a will, there's a way" untuk menikmati "hidangan" yang disuguhkan kehidupan ini juga menyukai musik instrumental, buku, genre thriller, dan misteri.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Axton Salim, Penerus Ketiga Kerajaan Bisnis Salim Group

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Sang Penyambung Kejayaan Keluarga Soeryadjaya

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC yang Ternyata Mantan Dubes RI Era SBY

  • Biografi John Riady, Bos Lippo Karawaci yang Pernah Magang di McDonald’s

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Pernah jadi Bintang Film Hongkong

  • Biografi Anthony Salim, Penyelamat Perusahaan Mi Instan dari Kebangkrutan

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Juga Nenek Buyut Al Ghazali

  • Biografi Andrew Darwis, Founder KASKUS yang Memiliki Profit Miliaran Rupiah

  • Biografi Rasuna Said, Pahlawan Pergerakan Nasional dan Emansipasi Wanita

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Kaya Raya yang Tidak Tamat Sekolah

  • Biografi Jim Geovedi, Pakar TI yang Tak Menempuh Perguruan Tinggi

  • Biografi Bong Chandra, Pengusaha Bertitel Motivator Paling Muda di Asia

  • Biografi Soepomo, Sang Ahli Hukum yang Ikut Menyusun Undang-Undang Dasar 1945

  • Biografi Putera Sampoerna, Pengusaha Rokok yang Jadi Pelopor Kretek LTLN

  • Biografi Sukanto Tanoto, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes

  • Biografi Susilo Wonowidjojo, Tokoh di Balik Inovasi-Inovasi Gudang Garam

  • Biografi Joko Pinurbo, Sang Penyair Eksentrik Asal Jogja

  • Biografi Al Farabi, Filsuf Muslim yang Menggabungkan Filsafat Aristoteles & Plato

  • Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles

  • Biografi Ferry Unardi, Pendiri Traveloka yang Pernah Putus Kuliah

  • Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan

  • Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Jadi Misteri

  • Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air

  • Profil Anindya Bakrie, Pemimpin Generasi Ketiga Bisnis Bakrie Group

  • Biografi Robert Budi Hartono, Orang Kaya Nomor 1 di Indonesia

  • Biografi Sunan Ampel, Guru Besar Wali Songo

  • Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi

  • Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya

  • Biografi Moh Yamin, Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda dan Pancasila

  • Biografi Larry Page, Tokoh Penting di Balik Berdirinya Google

  • Biografi William Tanuwijaya, Kisah Pendiri Tokopedia yang Sempat Diremehkan

  • Biografi Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia yang Terlupakan dari Sejarah

  • Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa yang Disegani Prajurit Belanda

  • Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia

  • Biografi Yasa Paramita Singgih, Pengusaha Sukses Pendiri Men’s Republic

  • Biografi Rudy Salim, Pengusaha Muda Juragan Hypercar

  • Biografi HOS Cokroaminoto, Guru Tokoh Besar Nasional yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

  • Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo

  • Biografi KH Agus Salim, Pahlawan Indonesia yang Menguasai Sembilan Bahasa

  • Biografi Sutan Syahrir, Bung Kecil yang Mendesak Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak

  • Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro

  • Biografi WS Rendra, Kisah Penyair Legendaris Asal Surakarta

  • Biografi Tung Desem Waringin, Sang Motivator Kondang Pencetak Rekor MURI

  • Biografi Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern yang Ideologinya Menjadi Kontroversi

  • Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

  • Biografi Tan Malaka, Pahlawan Nasional yang Namanya Pernah Dihapus dari Sejarah

  • Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang

  • Biografi Buya Hamka, Sastrawan Sekaligus Ulama yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

  • Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Tidak Merasakan Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan

  • Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

  • Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri

  • Biografi Ahmad Yani, Jenderal TNI AD yang Tegas dan Penuh Kasih

  • Biodata Merry Riana, Motivator yang Mendapat Julukan Wanita Sejuta Dolar

  • Biografi Nelson Mandela, Presiden Kulit Hitam Pertama Afrika Selatan

  • Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan

  • Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

  • Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol

  • Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik

  • Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

  • Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini

  • Profil 10 Orang Terkaya di Dunia yang Dapat Menjadi Sumber Inspirasimu

  • Biografi & Profil Erick Thohir

  • Biodata & Profil Egy Maulana Vikri

  • Biografi & Profil Lengkap Bung Tomo

  • Biografi & Profil Soeharto

  • Biografi & Profil Nabi Muhammad SAW

  • Biografi & Profil Chairul Tanjung Lengkap

  • Biografi & Profil Moh Hatta

  • Biografi & Profil Jendral Sudirman Lengkap

  • Biografi & Profil Cut Nyak Dien

  • Biodata & Profil Gen Halilintar

  • Biodata & Profil Kevin Sanjaya Sukamuljo

  • Biodata & Profil Rocky Gerung

  • Biografi & Profil Ahok

  • Biografi & Profil Uztadz Abdul Somad

  • Biodata & Profil Sandiaga Uno

  • Biografi & Profil Ki Hajar Dewantara

  • Biografi & Profil BJ Habibie

  • Biografi & Profil Jokowi

  • Biografi & Profil Prabowo Subianto

  • Biodata & Profil Roy Kiyoshi

  • Biodata & Profil Jonatan Christie

  • Biografi & Profil RA Kartini

  • Biografi & Profil Ir Soekarno

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.