
Kamu mungkin kurang familier dengan Sudono Salim. Namun,kamu pasti sudah pernah mengkonsumsi produk dari perusahaannya, salah satunya adalah Indomie. Nah, kalau kamu ingin mengetahui lebih banyak tentang sosok pengusaha Sudono Salim, langsung baca saja ulasan biografi berikut ini, ya!
Kamu tentu sudah tidak asing lagi dengan Indomie. Makanan yang bercita rasa enak dan praktis ini memang menjadi solusi cepat saat lapar melanda. Nah, sosok pengusaha di balik terciptanya produk tersebut adalah Sudono Salim. Karena pengin mengenal sosoknya lebih dekat, banyak orang pun kemudian mencari biografi Sudono Salim, termasuk kamu salah satunya, kan?
Sudono Salim dikenal sebagai pemilik Salim Group yang memayungi berbagai perusahaan seperti PT Indofood, Bogasari, Indoritel, Indomobil dan masih banyak lagi. Ia jugalah yang dulunya mendirikan BCA yang kini dimiliki oleh Hartono Bersaudara.
Kesuksesan yang diraih oleh pengusaha ini tentu tidak didapatkan dengan mudah. Ia dulu hanyalah seorang anak petani di Tiongkok yang merantau ke Indonesia untuk mengubah nasib. Ia datang ke sini untuk menyusul kakak-kakaknya yang sudah lebih dahulu menjadi imigran.
Awalnya, dirinya bekerja hanya sebagai buruh di pabrik pembuatan tahu dan kerupuk. Karena merasa tidak puas, ia pun kemudian mencari peluang usaha lain, yaitu sebagai pemasok cengkih. Meskipun pada akhirnya usaha tersebut gagal, tapi ia tidak menyerah.
Hasilnya seperti yang bisa kamu lihat, perusahaan yang didirikannya berkembang begitu besar dan merajai pasaran. Gimana? Apakah sedikit ulasan di atas membuatmu jadi makin penasaran? Kalau gitu, langsung saja kisah lengkap Sudono Salim lewat biografi di bawah ini, yuk!
Mengulik Kehidupan Pribadi Sudono Salim
Saat mencari biografi Sudono Salim, salah satu hal yang mungkin ingin kamu ketahui mungkin adalah mengenai latar belakang kehidupannya, kan? Nah kalau begitu, pertanyaaanmu mengenai keluarganya dan sedikit kisah cintanya bisa dibaca berikut ini.
1. Menjadi Imigran di Indonesia
Saat melihat kesuksesan pengusaha taipan ini, kamu mungkin berpikir ia berasal dari keluarga yang kaya raya. Padahal kenyataannya tidaklah begitu. Sudono Salim atau yang juga biasa ditulis Soedono Salim dulunya hanyalah seorang imigran Tiongkok yang berhijrah untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.
Laki-laki yang mempunyai nama asli Liem Sioe Liong ini lahir pada tanggal 16 Juli 1916 di wilayah Fujian, Tiongkok. Ia adalah anak dari pasangan petani miskin yang bisa dikatakan hidupnya serba kekurangan.
Dirinya juga tidak menamatkan sekolahnya karena ketiadaan biaya. Umurnya masih sangat muda waktu itu, yaitu 15 tahun. Tidak menyerah dengan keadaan, ia pun membantu orang tua untuk menyambung hidup dengan berjualan mie keliling di daerah tempat tinggalnya.
Perang Dunia II yang meletus pada tahun 1939 berdampak ke banyak negara, termasuk Tiongkok. Hal itu pun membuat kehidupan Liem semakin sulit. Maka dari itu, ia memutuskan untuk menyusul kedua kakaknya, yaitu Liem Ke Lok dan Zhen Xusheng ke Indonesia. Kedua kakaknya tersebut tinggal di Kudus.
Pada waktu itu, dirinya menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk sampai di Indonesia dengan menggunakan kapal layar. Tidak bisa langsung mendarat di Kudus, ia harus transit terlebih dahulu di Surabaya.
Setibanya di Surabaya, ia pun harus lontang-lantung seperti gelandangan sebelum dijemput oleh kakaknya. Maklumlah, pada waktu itu alat transportasi memang masih tidak secepat dan secanggih sekarang. Ia menunggu di sana sendirian selama empat hari.
Setelah itu, Liem kemudian tinggal di Kudus bersama sang kakak. Di kota itu, ia bekerja sebagai buruh di pabrik pengolahan tahu dan kerupuk.
Baca juga: Biografi Jim Geovedi, Pakar TI yang Tak Menempuh Perguruan Tinggi
2. Menikah dengan Anak Saudagar Kaya
Sumber: Suara Manado
Selanjutnya lewat biografi Sudono Salim ini, kamu juga bisa menyimak mengenai kisah perjalanan cintanya dengan sang istri. Jarang-jarang, lho, ada pengusaha sekelas beliau yang kehidupan cintanya bisa diulik. Apakah kisahnya manis seperti drama Korea yang sering kamu tonton? Maka dari itu, simak kelanjutannya, yuk!
Beberapa waktu setelah pindah ke Indonesia, Liem muda bertemu dengan seorang gadis yang mampu membuatnya jatuh hati. Namanya adalah Lie Kim Nio atau yang lebih dikenal dengan nama Lilani.
Jangan dipikir kisah cinta keduanya langsung berjalan mulus begitu saja. Pada awalnya, orang tua Lilani tidak menyetujui hubungan keduanya dikarenakan Liem yang merupakan seorang China Totok.
Buat kamu yang belum paham, China Totok adalah sebutan untuk menyebut orang berdarah Tiongkok asli dan baru saja tiba di Indonesia. Orang tua Lilani tidak mau jika suatu saat nanti anak perempuan mereka akan dibawa kembali ke negara asalnya.
Liem muda tetap berjuang dan melamar pujaan hatinya. Meskipun berujung penolakan, tapi hal tersebut malah membuatnya semakin gigih untuk menunjukkan keseriusannya meminang sang kekasih.
Melihat perjuangannya, lambat laun hati orang tua Lilani akhirnya luluh. Mereka mau menerima lamaran Liem dengan syarat anaknya tidak boleh dibawa ke Tiongkok.
Syarat tersebut tentu saja disanggupi oleh Liem. Tidak lama kemudian, kedua sejoli ini mengucapkan janji suci. Pesta besar-besaran pun diadakan untuk merayakan hari bahagia pasangan tersebut. Diketahui, pada saat itu orang tua Lilani memang cukup berada.
Dari pernikahan tersebut, Liem Sioe Liong dan Lilani dikaruniai empat orang anak, tiga laki-laki dan satu perempuan. Nama keempat anaknya itu adalah Albert Salim, Andre Salim, Anthony Salim, dan Mira Salim.
Rumah tangga yang dijalani pasangan tersebut selalu adem ayem dan harmonis, kuncinya adalah saling percaya. Selain itu, Lilani juga tidak pernah ikut campur dengan bisnis yang dilakukan suaminya. Bahkan, dirinya juga jarang menghadiri acara bisnis suaminya. Ia sendiri lebih memilih untuk menjaga anak-anak di rumah.
Baca juga: Biografi Sukanto Tanoto, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes
Awal Mula Gurita Bisnis
Sudono Salim
Tadi kamu sudah menyimak sedikit tentang latar belakang kehidupan dan kisah cintanya, kan? Nah, selanjutnya dalam ulasan biografi Sudono Salim ini, kamu akan menyimak tentang asal muasal perusahaannya yang menggurita dan usaha apa saja yang sempat dilakoninya.
1. Menjadi Pemasok Cengkih
Seperti yang sudah kamu baca pada biografi Sudono Salim di atas, pada awalnya ia memang bekerja sebagai buruh di sebuah pabrik. Namun, ada rasa tidak puas dalam dirinya menjalani pekerjaan tersebut.
Ia lantas mencari-cari peluang yang sekiranya bisa dijadikan peluang usaha. Akhirnya, pilihannya jatuh pada usaha pemasokan cengkih. Keputusan tersebut diambil berdasarkan pengamatannya kalau di Kudus begitu banyak pabrik rokok, tapi pasokan cengkih masih minim.
Dikarenakan keterbatasan dana, Liem sempat ragu untuk memulai bisnis ini. Dirinya hanyalah seorang buruh biasa, sementara untuk memulai bisnis cengkih pasti membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Nah, keinginannya sebagai pemasok cengkih baru bisa terwujud setelah dirinya menikah dengan Lilani. Ayah mertuanya yang cukup berada itu mau memberinya modal untuk berbisnis.
Dewi fortuna sepertinya memang sedang berpihak padanya. Usaha cengkih yang belum lama dirintis itu bisa dibilang sukses.
Koneksi yang dimilikinya pun tidak main-main dan tersebar dari Sumatera hingga Sulawesi. Setelah itu, ia dikenal sebagai Salim si bandar cengkih. Karena usahanya ini juga, ia bisa mengenal Oei Wie Gwan, yang merupakan ayah dari Robert Budi Hartono.
Keren sekali, ya? Bisa dibilang zaman dahulu teknologi komunikasi tentu saja tidak secanggih sekarang. Tapi hal tersebut tidak menjadi halangan, usahanya tetap bisa sukses hingga ke luar Pulau Jawa.
2. Terjun ke Bisnis Logistik dan Berkawan dengan Soeharto
Pasang surut dalam menjalani bisnis adalah hal yang lumrah. Hal itu pula yang dialami oleh pria yang pernah masuk ke deretan 100 orang terkaya di dunia ini. Kalau ingin tahu kelanjutannya, simak di biografi Sudono Salim berikut.
Kedatangan Jepang ke Indonesia pada tahun 1942 membuat semua orang mengalami masa-masa yang sulit, termasuk Sudono Salim. Usaha cengkih yang dijalaninya pun berhenti total. Sebenarnya, tidak hanya bisnisnya saja yang terkena dampak, tapi hampir seluruh kegiatan masyarakat berhenti selama kependudukan Jepang.
Ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, pengusaha ini memilih untuk pindah ke Jakarta dan mencari peluang bisnis yang lebih menjanjikan. Tak menunggu lama, ia pun kembali membangun usaha sebagai penyedia barang-barang logistik untuk para tentara Indonesia.
Bisnis tersebut dipilihnya setelah berkenalan dengan seorang perwira logistik bernama Sulardi. Sulardi merupakan sepupu dari mantan Presiden RI ke-2, yaitu Soeharto. Lewatnyalah, Liem bisa berkenalan dengan Soeharto.
Dikarenakan sering mengirim pasokan logistik bagi tentara yang dikomandoni oleh Soeharto, lama kelamaan kedua orang itu menjadi dekat. Pertemanan yang terjalin di antara keduanya pun begitu akrab, bahkan bisa dibilang seperti saudara.
Saat menjadi Presiden Republik Indonesia pada tahun 1966, Soeharto mengeluarkan kebijakan naturalisasi dan menyuruh semua warga Tionghoa mempunyai nama Indonesia. Termasuk juga Liem Sioe Liong yang berganti nama menjadi Soedono Salim.
Bukan sembarangan, nama tersebut ternyata dipilihkan langsung oleh Soeharto, lho. Kata “soe” dalam bahasa Jawa berarti baik dan “dono” berarti dana. Namanya cukup berkesan mengingat Liem memang dikenal ahli dalam menghasilkan uang.
Dari kedekatan itu pula, Liem dilibatkan dan mendapatkan proyek-proyek besar pemerintahan. Salah satunya adalah proyek impor beras Bulog sebanyak 35.0000 ton. Hal ini tentu saja berdampak baik untuk kemajuan bisnisnya.
Namun, jauh sebelum menerima proyek-proyek tersebut, ia memang sudah dekat dengan anggota keluarga cendana yang lain. Ia bahkan menjalin kerjasama dengan Ibnu Widjojo dan sepupu Soeharto, Sudwikatmono.
Baca juga: Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan
Gurita Bisnis Milik Sudono Salim
Kesuksesan yang diraih dalam berbisnis tentu saja tidak lantas membuatnya merasa puas. Ia malah semakin mengembangkan usaha lagi di berbagai bidang. Kira-kira apa saja usaha apa saja yang dilakoninya sehingga bisa mengokohkan gurita bisnisnya? Jawabannya bisa kamu baca di biografi Sudono Salim ini.
1. Mendirikan BCA
Sebelum terlibat dengan proyek-proyek pemerintahan di zaman Soeharto, usaha logistik yang dilakukan oleh Om Liem bisa dibilang sudah sukses. Karena itulah, ia mencoba untuk mendirikan sebuah bank yang diberi nama Central Bank Asia pada tahun 1950-an. Usaha perbankan tersebut dirintisnya bersama Mochtar Riady, yang kini dikenal sebagai pendiri Lippo Group.
Ide mendirikan bank tersebut muncul karena banyak pelanggannya yang tidak bisa membayar barang secara tunai. Maka dari itu, ia berpikir untuk meringankan beban pelanggan dengan menggunakan pembayaran sistem kredit.
Tidak disangka, ternyata banyak orang yang tertarik. Lama-kelamaan usaha perbankan yang dijalaninya ini semakin bertambah besar. Pada tahun 1960-an, dirinya kemudian mengubah nama perusahaannya menjadi Bank Central Asia atau BCA.
Sayangnya, krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997 dan berdampak ke berbagai sektor. Sudono Salim juga tidak bisa terhindar dari dampaknya.
Akibatnya, ia menderita kerugian dan hutang yang cukup banyak, yaitu lebih dari 52 triliun rupiah. Mau tidak mau, dirinya terpaksa menjual beberapa perusahaannya. Salah satunya adalah BCA ini yang kemudian jatuh ke tangan pengusaha rokok, Hartono bersaudara.
Baca juga: Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles
2. Terjun ke Bisnis Pangan
Bisnis selanjutnya yang bisa kamu simak dalam biografi Sudono Salim ini adalah berkecimpung di sektor pangan dengan mendirikan PT Bogasari. Perusahaan yang didirikan pada tahun 1967 ini merupakan hasil kerjasama dengan Ibrahim Risjad, Sudwiktamono, dan Djuhar Sutanto. Keempat orang ini kemudian dikenal dengan The Geng of Four.
Hal yang melatari berdirinya perusahaan ini sebenarnya cukup sederhana, yaitu ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap nasi dan tepung gandum. Pada mulanya, perusahaan ini berdiri dengan hanya bermodalkan 100 juta rupiah.
Tak berapa lama kemudian, ia pun mendapatkan izin dari Bulog untuk membangun pabrik di wilayah barat Indonesia. Tak hanya itu, Bogasari juga mendapatkan dana kredit sebanyak 2,8 milyar untuk membesarkan usaha tepung gandum ini.
Keuntungan yang didapatkan perusahaan tentu saja tidak sedikit. Apalagi, produk-produk milik Bogasari bisa dengan singkat menguasai pasaran. Uang pun semakin deras mengalir ke pundi-pundi milik Om Liem.
Setelah semakin berjaya, kakek dari Axton Salim ini kemudian mendirikan PT Indofood pada tahun 1990. Perusahaan ini kemudian meluncurkan produk olahan tepung terigu berupa mie instan yang diberi merek Indomie.
Ketika beredar di pasaran, dulu varian Indomie hanya dua saja, yaitu sari udang dan ayam. Karena permintaan pasar pula, perusahaan ini terus berinovasi untuk menciptakan varian rasa-rasa baru yang siap memanjakan lidah.
Mempunyai harga yang murah dan rasa yang enak tentu membuat masyarakat susah berpaling. Apalagi untuk anak kos atau yang sedang malas masak, produk ini menjadi solusi yang praktis untuk menghilangkan rasa lapar.
Kelezatan Indomie nampaknya tidak hanya bisa dinikmati di Indonesia saja, tapi juga sudah merambah ke berbagai negara. Bahkan, produk ini menjadi makanan favorit di Nigeria, lho.
Nah, di tahun 2017, Top 10 Global Brand versi Brand Footprint Kantar World Panel merilis daftar produk yang digemari di seluruh dunia. Hebatnya, Indomie menjadi satu-satunya produk Indonesia yang masuk. Selain Indomie, perusahaan ini juga mengeluarkan berbagai produk olahan makanan dan minuman ringan.
Baca juga: Biografi Ferry Unardi, Pendiri Traveloka yang Pernah Putus Kuliah
3. Bisnis-Bisnis Lain yang Digeluti
Selain beberapa bisnis yang sudah kamu baca di atas, nyatanya masih banyak lagi usaha-usaha yang dikembangkannya, lho. Untuk informasi selengkapnya langsung saja baca di biografi Sudono Salim ini.
Sebelum mengembangkan Bogasari yang kini berada di bawah naungan PT Indofood Sukses Makmur, Sudono Salim ternyata sudah melebarkan bisnisnya ke banyak sektor. Salah satunya adalah membangun perusahaan retail otomotif yang bernama Indomobil pada tahun 1967.
Beberapa waktu kemudian, tepatnya tahun 1985, ia pun mendirikan Indocement. Perusahaan ini sebenarnya merupakan hasil gabungan dari enam perusahaan semen kecil. Pada awalnya, Indocement berjalan dengan baik. Namun, karena terlilit hutang akibat krisis moneter, Indocement mengalami nasib yang sama dengan BCA, yaitu dijual.
Tidak hanya bergelut di bidang logistik, Om Liem mengembangkan usahanya ke dunia hiburan dengan mendirikan saluran TV Indosiar pada tahun 1995. Saat diluncurkan, saluran TV ini lebih menayangkan acara-acara kebudayaan seperti pertunjukan wayang. Lambat laun, tayangannya pun mengalami inovasi sesuai kebutuhan penonton.
Sayang, perusahaan tersebut hanya bertahan hampir satu dekade saja di bawah payung Salim Group. Pada tahun 2004, Saluran TV yang berslogan Memang untuk Anda ini dijual dan diambil alih oleh Surya Citra Media.
Om Liem juga mengambil peluang di bidang retail dengan mendirikan PT Indomarco. Pada tahun 1988, perusahaan tersebut hanya membuka toko di Ancol, Jakarta.
Lama kelamaan karena melihat bisnis tersebut sangat menjanjikan, ia kemudian mengembangkan bisnis waralaba Indomaret pada tahun 1997. Nah, hasilnya sendiri seperti yang kamu lihat bahwa gerai Indomaret sudah tersebar di berbagai kota di indonesia.
Bukan hanya di kota-kota besar, tapi di kota kecil pun mudah ditemukan. Hingga tahun 2019, jumlah gerai milik PT Indomarco ini sudah mencapai hampir 17 ribu gerai, lho.
Keren banget, kan? Bisa nggak kamu membayangkan berapa keuntungan yang diperoleh Salim Group dari bisnisnya ini?
Baca juga: Biografi Joko Pinurbo, Sang Penyair Eksentrik Asal Jogja
Pergi dari Indonesia akibat Reformasi
Pada tahun 1992, pria yang pernah terdaftar sebagai 10 orang terkaya di Indonesia ini menyerahkan semua tumpu kekuasaan Salim Group kepada anak lelakinya Anthony Salim dan sang menantu Fransiscus Welirang. Hal itu dikarenakan usianya sudah tidak muda lagi, yaitu 76 tahun. Ia ingin menjalani masa tuanya dengan lebih santai.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 1998, ketenangannya itu terusik dengan adanya reformasi. Peristiwa lengsernya Soeharto dari kursi presiden pun berimbas padanya.
Isu etnis yang memanas dan kedekatannya dengan Soeharto membuat tempat tinggalnya dijarah oleh massa reformasi. Rumahnya tidak hanya dirusak, tapi foto-foto dan lukisan milik dirinya dan keluarga pun dibakar.
Kejadian tersebut tentu saja menimbulkan trauma yang mendalam. Demi ketenteraman hidup, ia dan sang istri kemudian memutuskan untuk pindah ke Singapura. Walau begitu, ia tetap sesekali datang ke Indonesia.
Selama hampir 15 tahun, Om Liem menikmati masa tuanya di Singapura. Pada tanggal 10 Juni 2012, ia menghembuskan nafas terakhirnya dalam usia 96 tahun.
Awalnya banyak orang yang mengira kalau ia akan dimakamkan di negara yang melambungkan namanya, Indonesia. Namun, ternyata keluarga sepakat untuk memakamkannya di Singapura.
Kepergian Sudono Salim tentu saja meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak orang, terutama Lilani. Istrinya itu merasa begitu sedih dan kehilangan. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tanggal 4 Maret 2016, sang istri menyusulnya dan dimakamkan berdampingan dengan sang suami.
Pelajaran yang Bisa Diambil Setelah Membaca Biografi Sudono Salim
Itulah tadi ulasan lengkap biografi Sudono Salim yang bisa kamu baca di KepoGaul. Semoga semua pertanyaanmu tentangnya sudah terjawab semua lewat artikel di atas, ya!
Ada banyak sekali pelajaran yang bisa kamu petik lewat kisah hidup Sudono Salim. Salah satunya adalah untuk tidak pernah menyerah pada keadaan. Berasal dari lingkungan yang buruk bukan berarti kamu tidak bisa sukses. Yang terpenting kamu mempunyai kemauan kuat dan diimbangi dengan usaha, pasti kesuksesan bisa diraih.
Selain itu, kamu pun bisa belajar untuk tidak hanya berkutat di zona nyaman saja. Seperti Sudono Salim yang mau mengambil risiko untuk mengembangkan usahanya, kamu juga bisa melakukannya. Kalaupun nanti gagal, kamu pasti bisa memulainya lagi, kan? Jangan menyerah, ya!
Nah, tidak hanya Sudono Salim, kamu juga bisa membaca biografi tokoh-tokoh lain, baik dari Indonesia maupun luar negeri, yang kisah hidupnya tidak kalah menginspirasi. Contohnya saja ada Larry Page, Steve Jobs, Andrew Darwis, Bong Chandra, dan masih banyak lagi.
Kalau misalnya kamu lagi suntuk dan pengin membaca artikel ringan mengenai seleb idolamu juga ada, lho. Mulai dari seleb Indonesia hingga K-pop semuanya ada. Pokoknya lengkap banget, deh! Baca terus KepoGaul, ya!