• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Tokoh

Biografi KH Agus Salim, Pahlawan Indonesia yang Menguasai Sembilan Bahasa

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi KH Agus Salim - Foto Profil
Sumber: Wikimedia Commons

Haji Agus Salim adalah pahlawan diplomasi yang menjadi perwakilan Indonesia dalam beberapa perundingan. Berkat jasa-jasanya, kemerdekaan Indonesia dapat diakui oleh negara-negara lain di Indonesia. Nah, kalau kamu ingin mengenal sosoknya lebih jauh, langsung saja baca biografi KH Agus Salim yang ada di artikel ini!

Profil KH Agus Salim
Nama Asli
Masyhudal Haq
Nama Terkenal
KH Agus Salim
Tempat, Tanggal Lahir
Koto Gadang, 8 Oktober 1884
Meninggal Dunia
4 November 1954
Pekerjaan
Menteri Luar Negeri Indonesia, Menteri Muda Luar Negeri Indonesia
Pasangan
Zaenatun Nahar (1912–1954)
Anak
Theodora Atia, Jusuf Taufik, Violet Hanifah, Maria Zenobia, Ahmad Sjauket, Islam Basari, Abdul Hadi, Siti Asiah, Zuvhra Adiba, dan Sidik Salim.
Orang Tua
Soetan Salim gelar Soetan Mohamad Salim (Ayah), Siti Zainab (Ibu)

Kamu tentu sudah pernah membaca di buku sejarah kalau setelah Indonesia merdeka ada banyak proses diplomasi yang perlu dilakukan agar republik ini bisa diakui oleh negara lain. Nah, di biografi ini kami akan mengupas tuntas perjalanan hidup salah satu diplomat yang cukup terkenal dan disegani, yaitu KH Agus Salim.

Meskipun KH Agus Salim termasuk sosok penting dalam proses pengakuan kemerdekaan Indonesia, sayangnya tidak banyak orang yang mengetahui seperti apa perannya yang sesungguhnya. Kebanyakan orang mungkin hanya pernah mendengar namanya saja

Padahal, salah satu hal yang membuatnya disegani adalah kemampuannya berpidato dalam berbagai macam bahasa asing. Sehingga delegasi dari negara-negara lain pun terkesan dan akhirnya memberikan pengakuan akan kemerdekaan Indonesia.

Kalau ingin mengenal sosoknya lebih dekat, langsung saja simak biografi KH Agus Salim yang sudah kami siapkan di artikel ini, yuk! Kamu bisa mengetahui perjalanan hidupnya dan jasa-jasanya untuk Indonesia. Selamat membaca!

Kehidupan Pribadi

Biografi KH Agus Salim - Foto Masa Muda Foto masa muda
Sumber: Instagram – gerilyasastra

Untuk memulai pembahasan di biografi KH Agus Salim ini, kamu perlu mengetahui masa mudanya terlebih dahulu. Mulai dari masa kecil, pendidikan yang ditempuh, hingga pekerjaan yang pernah dilakoninya.

1. Keluarga KH Agus Salim

Pria yang lahir pada tanggal 8 Oktober 1884 ini sebenarnya memiliki nama asli Masyhudal Haq, yang berarti pembela kebenaran. Nama tersebut terinspirasi dari seorang tokoh di salah satu buku favorit sang ayah.

Ketika masih kecil, Masyhudal Haq memiliki seorang pengasuh yang berasal dari Jawa Timur dan suka memanggilnya “den bagus”. Panggilan yang dipendekkan menjadi “gus” itu lama kelamaan menjadi panggilan dari sahabatnya juga.

Karena terlalu terbiasa dengan dengan panggilan itu, lama-lama Masyhudal Haq jauh lebih dikenal sebagai Agus. Setelah ditambahkan nama belakang ayahnya, namanya kemudian menjadi Agus Salim.

Putra keempat dari pasangan Soetan Mohamad Salim dan Siti Zainab ini cukup beruntung karena terlahir dari keluarga yang berkecukupan. Ayahnya merupakan Kepala Jaksa di Pengadilan Tinggi Riau dan pamannya yang bernama Syaikh Ahmad Khatib Al-Minakabauwi adalah seorang ulama terkenal di Mekkah.

2. Pendidikan

Dengan kedudukan tinggi sang ayah di pemerintahan, KH Agus Salim beruntung dapat bersekolah di sebuah sekolah dasar bergengsi bernama Europeesche Lagere School atau ELS. Pada tahun 1897, ia melanjutkan pendidikannya ke Hoogere Burger School (HBS) di Batavia.

Di antara kaum kolonial dan terpelajar di Hindia Belanda, nama KH Agus Salim cukup banyak dikenal juga disegani. Alasannya adalah karena ia menjadi siswa terbaik dengan nilai tertinggi. Tak hanya itu, saat lulus dari HBS ia juga sudah menguasai tujuh bahasa asing.

Setelah lulus, ia berniat melanjutkan pendidikannya ke sekolah kedokteran terbaik di Belanda. Namun, cita-cita itu harus ia padamkan karena beasiswa pendidikan yang ia ajukan ditolak oleh pemerintah.

Ketika RA Kartini mengetahui kabar bahwa ada seorang siswa cerdas yang tidak bisa melanjutkan pendidikannya, ia langsung merekomendasikan beasiswa miliknya sebesar 4.800 gulden dialihkan untuk siswa yang bernama KH Agus Salim itu. Lagipula pahlawan emansipasi wanita itu sudah akan menikah dan sudah dipastikan calon suaminya tidak akan merestui untuk melanjutkan sekolah.

Pihak pemerintah Hindia Belanda sebenarnya sudah menyetujui rekomendasi dari RA Kartini. Namun, Haji Agus Salim justru menolak usulan tersebut karena beranggapan kalo beasiswa itu bukanlah atas hasil jerih payahnya sendiri.

3. Pekerjaan

Selanjutnya, pada biografi ini kamu bisa mengetahui tentang pekerjaan-pekerjaan yang pernah dilakoni KH Agus Salim. Karena gagal melanjutkan pendidikan ke sekolah kedokteran, KH Agus Salim kemudian bekerja sebagai penerjemah dan pembantu notaris di sebuah perusahaan pertambangan. Atas rekomendasi dari pamannya, ia pindah ke Jeddah dan bekerja di Konsulat Belanda.

Selama berada di Jeddah, ia memanfaat kesempatan untuk mempelajari cara berdiplomasi dan memperdalam agama Islam pada pamannya. Ia juga beberapa kali menjalankan ibadah haji hingga akhirnya mulai dikenal sebagai Haji Agus Salim.

Lima tahun bekerja di Jeddah, ia kembali ke Indonesia dan mendirikan sekolah Hollandsche Inlandsche School (HIS). Sekolah tersebut ditujukan untuk anak pribumi tetapi mengajarnya menggunakan bahasa Belanda.

Pada tahun 1915, KH Agus Salim mulai bekerja di bidang jurnalistik dengan menjadi redaktur di Harian Neratja kemudian memimpin koran Hindia Baroe di Jakarta. Namun, setelah banyak artikel-artikel yang ditulisnya dianggap terlalu menyerang pemerintah Hindia Belanda hingga akhirnya dikeluarkan dari kantor-kantor tersebut, Haji Agus Salim memutuskan untuk mendirikan surat kabar Fadjar Asia.

Ketika pindah ke Yogyakarta, ia kembali bekerja di bidang jurnalistik sebagai redaktur koran Moestika. Di Jogja, ia membuka kantor Adivies en Informatie Bureau Penerangan Oemoem (AIPO).

Kehidupan Berpolitik KH Agus Salim

Biografi KH Agus Salim - Perwakilan Indonesia di PBB Kiri ke kanan: Sumitro Djojohadikusumo, Prof. Sudjatmoko, Sutan Syahrir, Charles Tambu, dan Agus Salim sebagai delegasi Indonesia di PBB pada tahun 1947
Sumber: Instagram – wartasejarah

Hal menarik selanjutnya yang perlu kamu ketahui di biografi ini adalah seputar karier politik KH Agus Salim. Karier itulah yang membuat namanya dikenal oleh rakyat Indonesia hingga sekarang.

1. Sebelum Kemerdekaan Indonesia

Pada tahun 1915, Haji Agus Salim bergabung dengan Volksraad (Dewan Rakyat) bersama HOS Tjokroaminoto. Kemudian mereka bergabung dengan Sarekat Islam (SI), sebuah organisasi yang mengumpulkan para pedagang Islam dan baru saja barubah menjadi partai politik.

Sebagai perwakilan Sarekat Islam, ia sering melakukan berbagai macam cara untuk dapat memperjuangkan hak pedagang Islam dari pedagang asing yang masuk ke Indonesia. Salah satunya adalah ketika ia mendirikan Persatuan Pergerakan Kaum Buruh dengan tujuan menuntut pemerintah Belanda membuat Dewan Perwakilan Rakyat.

Kemudian, ia juga mengorganisasi aksi pemogokan buruh untuk menuntut kenaikan gaji. Aksi tersebut tak hanya dilakukan di Jakarta, tetapi juga Surabaya, Cirebon, dan Semarang.

Pada tahun 1923, perpecahan terjadi di dalam Sarekat Islam. Saat itu Semaun dan Darsono meminta agar SI lebih condong ke arah sosialisme dan komunisme, tetapi tidak disetujui oleh KH Agus Salim dan HOS Tjokroaminoto. Perpecahan itu membuat SI terbelah menjadi dua, yaitu Sarekat Rakyat yang nantinya berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Sarekat Islam yang dipimpin oleh KH Agus Salim.

Awalnya, masih ada beberapa anggota yang bergabung dengan Sarekat Islam sekaligus Sarekat Rakyat. KH Agus Salim yang tidak menghendaki hal tersebut lalu membuat aturan kalau anggota SI dilarang memiliki keanggotaan ganda.

Selain mengurus SI, KH Agus Salim juga merupakan salah satu pendiri Jong Islamieten Bond (Perhimpunan Pemuda Islam). Organisasi yang bertujuan untuk menyatukan para pemuda dan pelajar Islam di Hindia Belanda itu memiliki anggota yang tersebar di Jakarta, Yogyakarta, Solo, dan Madiun.

Di awal tahun 1945, pemerintah Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang nantinya berganti menjadi Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). KH Agus Salim pun bergabung menjadi salah satu anggota dan memiliki tugas mempersiapkan dan merancang Undang Undang Dasar (UUD).

2. Setelah Kemerdekaan Indonesia

Setelah Indonesia merdeka, Presiden Soekarno membentuk sebuah lembaga bernama Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang tugasnya adalah memberikan masukan atau pertimbangan kepada presiden. Anggota DPA itu berjumlah sebelas orang, salah satunya adalah KH Agus Salim.

Karena saat itu DPA tidak memiliki banyak tugas dan Haji Agus Salim diketahui menguasai banyak bahasa asing, Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai Menteri Luar Negeri. KH Agus Salim menjabat selama masa periode Kabinet Syahrir I, Kabinet Syahrir II, dan Kabinet Hatta.

Berkat kepiawaiannya dalam melakukan diplomasi, ia dipercaya untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain, salah satunya adalah Mesir. Tak hanya itu, bersama Sutan Syahrir, Soemitro Djojohadikusumo, Prof. Sudjatmoko, dan Charles Tambu, ia menjadi perwakilan Indonesia untuk Persatuan Bangsa-Bangsa.

Setelah beberapa lama menunjukkan kemampuan diplomasi dengan negara-negara lain, Haji Agus Salim semakin disegani oleh banyak orang. Bahkan, banyak orang memberinya julukan The Grand Old Man.

Baca juga: Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak

Kehidupan Pernikahan KH Agus Salim

Biografi KH Agus Salim - Dengan Anak Bungsunya Bersama anak bungsunya, Sidik Salim
Sumber: Instagram – info.sejarah

Hal selanjutnya yang perlu kamu ketahui pada biografi KH Agus Salim adalah seputar istri dan anak-anaknya. Tak hanya itu, kamu juga bisa mengetahui seputar prinsip yang selalu ia ajarkan pada buah hatinya.

Setelah kembali dari Jeddah, KH Agus Salim berkenalan dengan seorang perempuan bernama Zaenatun Nahar. Pada tahun 1912, keduanya memutuskan untuk menikah. Mereka dikaruniai sepuluh anak, tetapi dua di antaranya meninggal dunia saat masih bayi.

Nama delapan anaknya adalah Theodora Atia (Dolly), Jusuf Taufik (Totok), Violet Hanifah (Jojet), Maria Zenobia (Adek), Ahmad Sjauket, Islam Basari, Abdul Hadi, Siti Asiah, Zuvhra Adiba, dan Sidik Salim.

Pada anak-anaknya, KH Agus Salim selalu mengajarkan komunikasi menggunakan bahasa Belanda. Selain itu, ia juga mendidik anak-anaknya sendiri di rumah atau yang dikenal dengan istilah homeschooling. Ia sendiri yang menyusun kurikulumnya dan menjadi guru untuk anaknya.

Salah satu kakak KH Agus Salim yang bernama Kutiniyati Mochtar sempat menentang keputusan homeschooling itu. Namun, sang diplomat tetap bisa membuktikan kalau buah hatinya bisa sama cerdasnya dengan anak-anak lain yang sekolah formal. Faktanya, banyak orang yang terkejut ketika mengetahui Theodora Atia dan adik-adiknya bisa mengobrol menggunakan bahasa Belanda dengan lancar.

Setelah anak-anaknya dewasa, Haji Agus Salim selalu memberitahu mereka untuk tidak menikahi orang dari satu kampungnya. Saat itu, orang-orang Kota Gadang terbiasa menikah dengan anggota keluarganya sendiri. Kebiasaan tersebut bisa membuat terjadinya degenerasi keturunan dan KH Agus Salim tak menginginkan hal itu terjadi pada keluarganya.

Untungnya, lima anaknya, Theodora Atia, Jusuf Taufik, Islam Basari, Siti Asiah, dan Sidik Salim mengikuti saran dari sang ayah. Theodora menikah dengan seorang rektor Universitas Islam Jakarta dan pendiri Universitas Nasional yang bernama Soedjono Hardjodoediro, Jusuf menikah dengan Agustine Budiarti, seorang wanita dari Jawa. Islam Basari juga menikah dengan seorang wanita jawa yang bernama Arsyana, Siti Asiah menikah dengan laki-laki Jawa bernama Soenharyo, sementara Sidik Salim menikah dengan Anak Agung Ayu Okka yang berasal dari Bali.

Baca juga: Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro

Karya-Karya yang Diterbitkan

Biografi KH Agus Salim - Menuju Banda Neira Kiri ke kanan: Amir Sjarifuddin, Hatta, Sutan Syahrir, dan Agus Salim
Sumber: Instagram – fadliramadhanil

Setelah membahas tentang jasa-jasa KH Agus Salim dalam bidang politik, hal menarik selanjutnya yang perlu kamu ketahui di biografi ini adalah karya-karya yang sudah dibuatnya. Ia tak hanya menulis buku sendiri tetapi juga menerjemahkan beberapa karya.

Sebagai seorang yang menguasai banyak bahasa, KH Agus Salim memiliki ketertarikan untuk menerjemahkan karya sastra ke dalam bahasa Indonesia. Beberapa di antaranya adalah The Taming of the Shrew karya Shakespeare (diterjemahkan menjadi Menjinakkan Perempuan Garang), The Jungle Cook karya Rudyard Kipling (diterjemahkan menjadi Cerita Mowgli Anak Didikan Rimba), Alewijn de Lijfeigene: Historisch Verhaal Uit de Twaalfde Eeuw karya E. Molt (diterjemahkan menjadi Sejarah Dunia).

Selain menerjemahkan karya sastra lain, ia juga menulis buku dalam berbagai bahasa. Beberapa karyanya yaitu Riwayat Kedatangan Islam di Indonesia, Dari Hal Ilmu Quran, Muhammad voor en na de Hijrah, Gods Laatste Boodschap, dan Keterangan Filsafat tentang Tauchid, Takdir, dan Tawakal. Beberapa kumpulan artikelnya juga dikumpulkan kemudian diterbitkan dengan judul Jejak Langkah Haji Agus Salim (1954).

Baca juga: Biografi WS Rendra, Kisah Penyair Legendaris Asal Surakarta

Akhir Hayat KH Agus Salim

Soekarno Mendoakan Jenazahnya Presiden Soekarno Mendoakan Jenazah KH Agus Salim
Sumber: Wikimedia Commons

Jika ingin membicarakan tentang akhir hayat KH Agus Salim pada biografi ini, kamu perlu mengetahui tentang keputusannya untuk mengundurkan diri dari dunia politik pada tahun 1953. Keputusan itu diambil karena ia merasa usianya sudah terlalu lanjut dan akan lebih baik jika jabatannya sebagai penasihat Kementrian Luar Negeri digantikan oleh orang-orang yang lebih muda.

Setelah pensiun, ia mengajak istrinya untuk menemui sahabat lamanya, Prof. Kahin di Universitas Cornell, Amerika Serikat. Selain itu, ia juga berusaha untuk menyelesaikan buku yang berjudul Bagaimana Takdir, Tawakal, dan Tauchid Harus Dipahamkan?

Sepulangnya ke tanah air, Haji Agus Salim jatuh sakit. Awalnya, pihak keluarga mengira itu adalah penyakit biasa yang akan segera sembuh. Namun, siapa sangka pada tanggal 8 November 1954 ia menghembuskan napas terakhirnya di RSU Jakarta. KH Agus Salim kemudian menjadi pahlawan pertama yang dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Pada tanggal 27 Desember 1961, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden nomor 657 tahun 1961 untuk memberikan gelar pahlawan nasional pada KH Agus Salim. Sekarang, namanya diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota dan nama sebuah stadion di Padang, Sumatra Barat.

Baca juga: Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

Fakta Menarik seputar KH Agus Salim

Bertemu Tokoh KNIL Bertemu dengan tokoh dari KNIL
Sumber: Instagram – rooktobacco

Kamu masih semangat membaca biografi KH Agus Salim ini, kan? Hal selanjutnya yang bisa kamu ketahui adalah fakta-fakta menarik seputar diplomat pertama Indonesia.

1. Memahami dan Menguasai Sembilan Bahasa

Sejak masih sekolah, Haji Agus Salim selalu menunjukkan ketertarikan pada bahasa asing. Sehingga ketika lulus dari Hoogere Burger School (HBS) yang setara dengan SMA , ia menguasai tujuh bahasa asing, yaitu Perancis, Belanda, Inggris, Arab, Turki, Jerman, dan Jepang. Kalau ditambah dengan bahasa Indonesia dan Minang, bisa dibilang ia menguasai total sembilan bahasa.

Kefasihan berbahasa itu rupanya tidak hanya bisa dilakukan dalam satu bahasa saja, tetapi ia bisa mengobrol bersama empat orang dengan empat bahasa yang berbeda dalam waktu bersamaan. Buktinya adalah pada tahun 1945 ketika menghadiri sebuah acara, ia terlihat mengobrol menggunakan bahasa Minang dengan Buya Hamka, bahasa Inggris dengan Ismail Jamil, bahasa Arab dengan M. Zain Djambek, dan bahasa Belanda dengan M. Syah Syafi’i.

Tak hanya bisa mengobrol menggunakan empat bahasa sekaligus, diplomat yang memiliki perawakan kecil ini juga bisa membuat candaan lucu dalam setiap bahasa yang dikuasainya. Mereka yang memahami candaan tersebut biasanya akan tertawa lepas.

Tak hanya menggunakan kemampuannya berbahasa dalam percakapan sehari-hari, KH Agus Salim juga sering kali berpidato menggunakan bahasa asing, seperti pidato berbahasa Inggris di Konferensi Buruh Internasional pada tahun 1930, juga pidato berbahasa Inggris, Prancis, dan Arab di Mesir pada tahun 1947.

2. Hidupnya Sederhana

Ketika masih kecil, hidup KH Agus Salim dapat dibilang berkecukupan. Namun setelah dewasa, ia memutuskan untuk hidup dalam kesederhanaan.

Hal tersebut ia dapatkan setelah dekat dengan HOS Tjokroaminoto di Volksraad. Setelah menikah dan memiliki anak, ia meneruskan ilmu kesederhanaan itu pada buah hatinya, bahkan ketika memiliki jabatan dalam pemerintah sekalipun.

Ketika beberapa pahlawan membeli rumah sendiri, Haji Agus Salim tetap memilih untuk mengontrak rumah. Ia bahkan berpindah dari satu rumah kontrakan ke lainnya, mulai dari daerah Karet, Tanah Abang, Jatinegara, Petamburan, Tuapekong, Kernolong, Gang Listrik, dan masih banyak lagi.

Kesederhanaan itu tidak hanya berlaku pada rumah tinggal dan keluarganya saja, tetapi juga ke prinsip politiknya. Hal tersebut terbukti ketika ia menjadi delegasi Indonesia pada perundingan Linggarjati.

Karena ia dikenal sebagai negosiator yang tangguh dan pandai berdebat, ketua delegasi Belanda yang bernama Willem Schermerhorn berusaha untuk memberinya uang demi memudahkan negosiasi. Namun, dengan kesederhanaannya, Haji Agus Salim menolak sogokan itu.

3. Mudah Akrab dengan Semua Orang

KH Agus Salim termasuk orang yang sangat luwes dan tidak pernah canggung dalam situasi apa pun. Bahkan, ia bisa mengobrol bersama orang-orang berjabatan tinggi dengan santai.

R. Brash, duta besar Inggris untuk Indonesia pada tahun 1982–1984 pernah menjadi saksi atas keluwesan itu. Pada tahun 1953, Haji Agus Salim mendatangi acara penobatan Ratu Elizabeth II sebagai Ratu Inggris dan didampingi oleh R. Brash.

Awalnya, sang diplomat yang memiliki kebiasaan merokok kretek diingatkan untuk tidak merokok di dalam gedung Westminster Abbey. Permintaan itu dituruti dengan mudah dan ia hanya merokok ketika berada di mobil saja.

Namun, ketika pesta penobatan dimulai, ia melihat suami Ratu Elizabeth II, Pangeran Phillip terlihat sangat canggung bertemu dengan seluruh hadirin yang ada di sana. Dengan santainya KH Agus Salim mendekati pangeran yang masih berusia 32 tahun itu kemudian menunjukkan rokok kretek miliknya. Kemudian ia menanyakan apakah sang pangeran mengenali aroma tersebut.

Dengan polosnya, Pangeran Phillip menyebutkan kalau ia tidak mengenali bau rokok itu sama sekali. Agus Salim kemudian memberitahunya kalau rokok kretek itulah yang membuat bangsa Inggris datang jauh hingga ke Indonesia. Mendengar hal tersebut, sang pangeran langsung tersenyum dan menjadi lebih santai ketika menemui tamu-tamunya.

4. Mendapatkan Hinaan dengan Panggilan Kambing

Haji Agus Salim sering kali terlihat berkacamata, berkopiah, dan berjanggut panjang berwarna putih. Ia sering sekali mendapatkan hinaan karena penampilannya itu. Salah satu tokoh yang pernah memberikan hinaan itu adalah Musso, seorang tokoh SI yang menjadi orang penting di Partai Komunis Indonesia.

Ketika melakukan pidato di hadapan anggota-anggota SI, Musso bertanya pada para hadirin tentang orang yang berkumis dan berjenggot itu menyerupai hewan apa. Beberapa anggota SI memberikan jawaban “kambing”.

Saat gilirannya berpidato mulai, tanpa menunjukkan kekesalan sama sekali Haji Agus Salim bertanya pada hadirin tentang orang yang tidak memiliki kumis atau jenggot itu menyerupai hewan apa. Ketika beberapa anggota SI memberikan jawaban “anjing”, KH Agus Salim hanya tersenyum kemudian memulai pidatonya.

Selain Musso, Sutan Syahrir juga pernah memberikan hinaan itu pada sang diplomat. Ketika Haji Agus Salim tengah melakukan pidato, Syahrir dan beberapa pemuda lain berusaha mengacau dengan menirukan suara kambing yang mengembik.

Mendengar suara kambing itu, KH Agus Salim langsung mengucapkan kalau beliau senang ada beberapa kambing yang turut serta datang untuk mendengarkan pidatonya. Kemudian ia melanjutkan dengan permintaan agar para “kambing” keluar dari ruangan terlebih dahulu karena pidatonya itu ia tujukan pada para manusia.

Menariknya, ia mengizinkan para “kambing” itu kembali ke ruangan ketika ia berpidato menggunakan bahasa kambing. Ia seolah ingin menunjukkan kalau selain menguasai sembilan bahasa manusia, ia juga menguasai bahasa hewan. Ucapan itu langsung membuat para pemuda yang melakukan hinaan langsung merasa malu tetapi tidak berani keluar dari ruangan.

Baca juga: Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang

Mengenal Lebih Dekat Sosok Diplomat Pertama Indonesia melalui Biografi KH Agus Salim

Setelah membaca biografi KH Agus Salim di atas, apakah kamu semakin mengenali sosoknya? Apakah ada inspirasi yang kamu dapatkan dari diplomat yang menguasai sembilan bahasa ini?

Layaknya KH Agus Salim yang bisa mempelajari bahasa asing sambil tetap memperdalam ilmu agama, kamu pun juga bisa melakukan hal yang sama. Karena dengan begitu kamu tetap membuat kehidupan dunia dan akhiratmu seimbang.

Kalau kamu ingin mencari biografi pahlawan nasional lainnya yang bisa menginspirasimu seperti halnya KH Agus Salim, langsung cek artikel-artikel di kanal Tokoh website KepoGaul.com ini. Kamu bisa mendapatkan biografi presiden pertama Indonesia, bapak tentara Indonesia, pahlawan emansipasi wanita, dan masih banyak lagi.

← Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo
Biografi Sutan Syahrir, Bung Kecil yang Mendesak Kemerdekaan Indonesia →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Rizki Adinda

Rizki Adinda, S.Hum, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Axton Salim, Penerus Ketiga Kerajaan Bisnis Salim Group

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Sang Penyambung Kejayaan Keluarga Soeryadjaya

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC yang Ternyata Mantan Dubes RI Era SBY

  • Biografi John Riady, Bos Lippo Karawaci yang Pernah Magang di McDonald’s

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Pernah jadi Bintang Film Hongkong

  • Biografi Anthony Salim, Penyelamat Perusahaan Mi Instan dari Kebangkrutan

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Juga Nenek Buyut Al Ghazali

  • Biografi Andrew Darwis, Founder KASKUS yang Memiliki Profit Miliaran Rupiah

  • Biografi Rasuna Said, Pahlawan Pergerakan Nasional dan Emansipasi Wanita

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Kaya Raya yang Tidak Tamat Sekolah

  • Biografi Jim Geovedi, Pakar TI yang Tak Menempuh Perguruan Tinggi

  • Biografi Bong Chandra, Pengusaha Bertitel Motivator Paling Muda di Asia

  • Biografi Soepomo, Sang Ahli Hukum yang Ikut Menyusun Undang-Undang Dasar 1945

  • Biografi Putera Sampoerna, Pengusaha Rokok yang Jadi Pelopor Kretek LTLN

  • Biografi Sukanto Tanoto, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes

  • Biografi Susilo Wonowidjojo, Tokoh di Balik Inovasi-Inovasi Gudang Garam

  • Biografi Joko Pinurbo, Sang Penyair Eksentrik Asal Jogja

  • Biografi Al Farabi, Filsuf Muslim yang Menggabungkan Filsafat Aristoteles & Plato

  • Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles

  • Biografi Ferry Unardi, Pendiri Traveloka yang Pernah Putus Kuliah

  • Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan

  • Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Jadi Misteri

  • Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air

  • Profil Anindya Bakrie, Pemimpin Generasi Ketiga Bisnis Bakrie Group

  • Biografi Robert Budi Hartono, Orang Kaya Nomor 1 di Indonesia

  • Biografi Sunan Ampel, Guru Besar Wali Songo

  • Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi

  • Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya

  • Biografi Moh Yamin, Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda dan Pancasila

  • Biografi Larry Page, Tokoh Penting di Balik Berdirinya Google

  • Biografi William Tanuwijaya, Kisah Pendiri Tokopedia yang Sempat Diremehkan

  • Biografi Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia yang Terlupakan dari Sejarah

  • Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa yang Disegani Prajurit Belanda

  • Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia

  • Biografi Yasa Paramita Singgih, Pengusaha Sukses Pendiri Men’s Republic

  • Biografi Rudy Salim, Pengusaha Muda Juragan Hypercar

  • Biografi HOS Cokroaminoto, Guru Tokoh Besar Nasional yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

  • Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo

  • Biografi KH Agus Salim, Pahlawan Indonesia yang Menguasai Sembilan Bahasa

  • Biografi Sutan Syahrir, Bung Kecil yang Mendesak Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak

  • Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro

  • Biografi WS Rendra, Kisah Penyair Legendaris Asal Surakarta

  • Biografi Tung Desem Waringin, Sang Motivator Kondang Pencetak Rekor MURI

  • Biografi Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern yang Ideologinya Menjadi Kontroversi

  • Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

  • Biografi Tan Malaka, Pahlawan Nasional yang Namanya Pernah Dihapus dari Sejarah

  • Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang

  • Biografi Buya Hamka, Sastrawan Sekaligus Ulama yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

  • Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Tidak Merasakan Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan

  • Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

  • Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri

  • Biografi Ahmad Yani, Jenderal TNI AD yang Tegas dan Penuh Kasih

  • Biodata Merry Riana, Motivator yang Mendapat Julukan Wanita Sejuta Dolar

  • Biografi Nelson Mandela, Presiden Kulit Hitam Pertama Afrika Selatan

  • Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan

  • Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

  • Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol

  • Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik

  • Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

  • Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini

  • Profil 10 Orang Terkaya di Dunia yang Dapat Menjadi Sumber Inspirasimu

  • Biografi & Profil Erick Thohir

  • Biodata & Profil Egy Maulana Vikri

  • Biografi & Profil Lengkap Bung Tomo

  • Biografi & Profil Soeharto

  • Biografi & Profil Nabi Muhammad SAW

  • Biografi & Profil Chairul Tanjung Lengkap

  • Biografi & Profil Moh Hatta

  • Biografi & Profil Jendral Sudirman Lengkap

  • Biografi & Profil Cut Nyak Dien

  • Biodata & Profil Gen Halilintar

  • Biodata & Profil Kevin Sanjaya Sukamuljo

  • Biodata & Profil Rocky Gerung

  • Biografi & Profil Ahok

  • Biografi & Profil Uztadz Abdul Somad

  • Biodata & Profil Sandiaga Uno

  • Biografi & Profil Ki Hajar Dewantara

  • Biografi & Profil BJ Habibie

  • Biografi & Profil Jokowi

  • Biografi & Profil Prabowo Subianto

  • Biodata & Profil Roy Kiyoshi

  • Biodata & Profil Jonatan Christie

  • Biografi & Profil RA Kartini

  • Biografi & Profil Ir Soekarno

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.