• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Tokoh

Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Sultan Ageng Tirtayasa - Sultan Ageng
Sumber: Instagram - tirtayasathesultanofbanten

Pahlawan yang hidup pada masa awal kedatangan Belanda, memang tidak mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan. Namun, jasa mereka yang mempertaruhkan segalanya demi mengusir penjajah sungguh tak bisa dianggap sepele. Nah, dari sekian banyak pahlawan nasional di era awal kedatangan Belanda, berikut kami sajikan biografi Sultan Ageng Tirtayasa yang rela berperang dengan anaknya yang bekerja sama dengan musuh.

Profil Sultan Ageng Tirtayasa
Nama
Sultan Ageng Tirtayasa
Tempat, Tahun Kelahiran
Kesultanan Banten, 1631
Meninggal
1683
Warga Negara
Indonesia
Pasangan
(Tidak Diketahui Namanya), Nyi Ayu Ratu Gede, Ratu Nengah
Anak
Sultan Abu Nashar Abdulqahar, Pangeran Purbaya, Tubagus Abdul, Tubagus Rajaputra, Tubagus Husaen, Tubagus Ingayudadipura, Raden Mandaraka, Raden Saleh, Raden Rum, Raden Sugiri, Raden Muhammad, Tubagus Rajasuta, Raden Muhsin, Arya Abdulalim, Tubagus Muhammad Athif, Tubagus Wetan, Tubagus Kulon, Raden Mesir
Orangtua
Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad Kanari (Ayah), Ratu Martakusuma (Ibu)

Pada masa awal kedatangan Belanda, daerah-daerah di Indonesia masih berbentuk kerajaan. Di antara raja-raja yang berkuasa, ada yang pro Belanda dan ada juga yang kontra. Nah, dari beberapa raja yang kontra terhadap Belanda, salah satu yang benar-benar gigih melakukan perlawanan adalah raja ke-6 Kesultanan Banten yang kisahnya tersaji dalam biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini.

Memang, jika dibandingkan dengan Belanda yang memiliki persenjataan lebih canggih, mungkin alat perang Kesultanan Banten saat itu tergolong seadanya. Namun, hal tersebut tak meruntuhkan semangat sang sultan untuk terus melawan Belanda.

Nah, tak hanya tentang kegigihannya dalam melawan kolonialisme, di biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini kamu bisa mendapatkan informasi tentang permusuhan antara Sultan Ageng dan putra sulungnya, Sultan Haji. Ya, permusuhan itu terjadi karena Sultan Haji malah mendukung Belanda dan mengkhianati sang ayah.

Mengapa bisa begitu, ya? Kalau kamu penasaran dengan kisah lengkap Sultan Ageng Tirtayasa yang berseteru dengan putranya sendiri gara-gara Belanda, simak terus uraian tentang perjalanan hidup sang sultan dalam biografi ini. Selamat membaca!

Kehidupan Pribadi

Raja Banten - Lukisan Sultan Ageng Sumber: Wikimedia Commons

Untuk lebih mengerti seseorang, memahami bagaimana kehidupan pribadinya adalah hal yang sangat penting. Oleh sebab itu, kami juga menyajikan tentang latar belakang keluarga sang sultan dalam biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini.

Sultan Ageng Tirtayasa lahir pada tahun 1631 dengan nama Pangeran Surya. Ia adalah putra pasangan Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad Kanari dan Ratu Martakusuma. Kakek dari ibunya adalah Pangeran Jayakarta, dan kakek dari ayahnya adalah Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdul Khadir atau Sultan Agung yang merupakan sultan ke-5 Banten.

Dari ayah dan ibu yang sama, Pangeran Surya memiliki empat saudara, yaitu Ratu Kulon, Pangeran Kilen, Pangeran Lor, dan Pangeran Arya. Sedangkan dari ayah yang sama dan ibu yang berbeda, ia juga memiliki empat saudara, yaitu Pangeran Wetan, Pangeran Kidul, Ratu Intan, dan Ratu Timpuruk.

Pangeran Surya diangkat menjadi sultan muda pada 1650. Sebab ayahnya, Sultan Abu al-Ma’ali Ahmad Kanari, yang menjabat sebagai sultan muda selama periode 1640–1650, telah terlebih dahulu menghadap Sang Pencipta.

Setelah satu tahun menjabat sebagai sultan muda yang bergelar Pangeran Adipati, ia dinobatkan sebagai sultan ke-6 Banten dan diberi gelar Sultan Abu al-Fath Abdulfattah. Sebab, sang kakek yang sebelumnya menjabat sebagai sultan ke-5 telah meninggal pada 10 Maret 1651.

Selama hidupnya, Sultan Abu al-Fath Abdulfattah pernah menikah sebanyak tiga kali. Namun, istri kedua dan ketiganya dinikahi setelah istri pertama meninggal dunia. Nama istri pertama Sultan Abu al-Fath Abdulfattah tak diketahui karena tak terukir dalam sejarah, sedangkan istri kedua dan ketiganya bernama Nyi Ayu Ratu Gede dan Ratu Nengah.

Baca juga: Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

Kebijakan Sultan Ageng Tirtayasa & Perjuangannya Melawan Belanda

Raja Banten - Wilayah Kesultanan Banten Sumber: patrah-kesultananbanten.com

Selama menjabat sebagai pemimpin Kesultanan Banten, Sultan Abu al-Fath Abdulfattah yang juga dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa, berusaha membuat kebijakan yang bermanfaat untuk kemajuan Banten.

Kebijakan-kebijakan yang diterapkannya tentu ada yang untuk dalam negeri dan ada juga yang ditujukan ke luar negeri. Penasaran seperti apa upaya sang sultan yang berhasil membuat Banten berada di puncak kejayaannya? Simak terus biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini!

1. Kebijakan Dalam Negeri

Untuk meningkatkan hasil pertanian Banten yang bisa berujung dengan kemakmuran masyarakat, Sultan Ageng membuka lahan-lahan persawahan baru. Agar penduduk tak kesulitan untuk mengairi sawahnya, Sultan juga membangun sistem irigasi agar masyarakat tak perlu menunggu hujan untuk bercocok tanam.

Di bidang pendidikan, Sultan membangun pesantren-pesantren untuk memudahkan masyarakatnya yang ingin menimba ilmu keislaman. Di bidang keagamaan pun demikian, Sultan membangun banyak masjid agar masyarakatnya bisa melaksanakan ibadah di tempat yang layak.

Sedangkan untuk pemerintahannya, Sultan ingin agar nuansa keislaman tetap terpancar di Kesultanan Banten. Oleh sebab itu, ia sampai mengangkat Syekh Yusuf, ulama yang didatangkan dari Makassar, untuk menjadi mufti (ulama yang memiliki wewenang untuk menginterpretasikan teks dan memberikan fatwa kepada umat) dan menjadi penasihatnya dalam menentukan segala keputusan.

Baca juga: Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini

2. Kebijakan Luar Negeri

Untuk kebijakan luar negerinya, Sultan Ageng berani mengambil langkah tegas dengan tak melanjutkan perjanjian dagang dengan Belanda. Padahal, perjanjian tersebut sudah ada sejak tahun 1645, yaitu dimulai masa pemerintahan Sultan Abdulmufakar Mahmud Abdulkadir, kakek Sultan Ageng. Bukan hanya tak mau melanjutkan perjanjian dagang, Sultan Ageng juga dengan berani berusaha menghalang-halangi Belanda untuk berdagang di Banten.

Gara-gara kebijakan-kebijakan yang diterapkan Sultan Abu al-Fath Abdulfattah ini, Belanda marah sehingga pelabuhan Banten di blokade, dan pedagang-pedagang yang tadinya mendarat di Banten dipaksa untuk mendarat di Batavia.

Tak terima, Sultan Ageng mulai menyerang Belanda dengan cara membakar kebun-kebun tebu dan alat penggilingan milik Belanda. Tak hanya itu, Sultan juga memerintahkan pasukannya untuk membakar kampung yang menjadi pos pertahanan Belanda.

Mendapat perlawanan yang demikian, Belanda tak tinggal diam. Mereka berusaha memperkuat pertahanan di daerah Angke yang pernah di serang Sultan Ageng, dan juga perbatasan Tangerang-Jakarta. Ya, perang antara Banten dan Belanda yang terjadi sepanjang tahun 1656 itu walaupun tidak terbilang besar, tapi tetap menimbulkan kerugian bagi kedua belah pihak.

Sultan Ageng sadar bahwa perlawanannya terhadap Belanda kurang membawa hasil yang gemilang dan terlalu berisiko jika dilakukan sendiri. Oleh karenanya, ia juga berupaya menjalin persahabatan dengan kerajaan lain yang sama-sama menentang Belanda.

Sedangkan untuk hubungan kerja sama antarkerajaan yang telah terjalin, sang sultan berusaha untuk memperkokohnya. Nah, dari sekian banyak kerajaan yang diajak bekerja sama, beberapa di antaranya, yaitu Demak, Cirebon, dan Gowa.

Perjanjian Damai dengan Belanda

Setelah sebelumnya gencar berperang, akhirnya pada akhir tahun 1657, Kesultanan Banten dan Belanda sepakat untuk melakukan perjanjian damai. Belanda mengusulkan agar orang-orang Belanda dari Batavia, termasuk yang sudah disunat (memeluk Islam), yang ditahan di Banten dikembalikan. Sedangkan Banten mengajukan syarat agar diizinkan berdagang ke Ambon, Perak, dan Ujung Pandang.

Namun, pada 29 April 1658, Belanda mengajukan syarat damai tambahan yang isinya menyatakan bahwa Banten harus membayar kerugian perang berupa 500 ekor kerbau dan 1.500 ekor lembu, kapal Belanda yang berlabuh di Banten tidak diperiksa, dan Belanda tidak membayar bea cukai untuk kapalnya yang lewat perairan dan berlabuh di Banten.

Karena Belanda mengajukan syarat tambahan, pada 4 Mei 1658, Sultan Ageng juga mengajukan syarat tambahan yang menyatakan bahwa pasukan Kesultanan Banten harus diizinkan datang ke Batavia tiap setahun sekali untuk membeli meriam, peluru, mesiu, dan cengkih. Namun, Belanda tak bersedia mengabulkan syarat dari Kesultanan Banten sehingga kesepakatan damai pun berakhir.

Oleh sebab itu, pada 11 Mei 1658, Sultan mengumumkan peperangan terhadap Belanda dengan cara menyerang dan menghancurkan kapal Belanda hingga merebut daerah Angke yang saat itu dikuasai Belanda. Untuk membuat para prajuritnya bersemangat melawan Belanda, ia sampai menjanjikan hadiah berlimpah berupa kedudukan dan uang untuk siapa saja yang berhasil membunuh opsir Belanda.

Serangan yang terus dilancarkan pihak Kesultanan Belanda membuat Belanda lelah. Ujung-ujungnya, mereka kembali menawarkan perjanjian damai lewat perantara Sultan Jambi. Perjanjian damai yang berisi enam syarat tersebut disetujui Sultan Ageng pada 10 Juli 1659. Meski sebenarnya, sang sultan merasa kurang puas karena tidak ada pasal yang menyebutkan bahwa Banten bebas berdagang dengan Ambon.

Kesepakatan damai bersama Belanda sudah ditandatangani, tapi Sultan Ageng paham bahwa Belanda sangat licik sehingga kemungkinan mereka menyerang tiba-tiba tetap ada. Oleh sebab itu, Sultan Ageng yang selama ini tinggal di Surosowan, membangun istana lagi di daerah Tirtayasa (sekarang masuk wilayah Kabupaten Serang) yang dimaksudkan sebagai benteng pertahanan.

Baca juga: Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik

Politik Adu Domba yang Berujung Perseteruan dengan Sultan Haji

Biografi Sultan Ageng Tirtayasa - Perang dengan Belanda Sumber: daerah.sindonews.com

Meski memiliki persenjataan yang canggih, Belanda paham bahwa kekuatan pasukan Kesultanan Banten tak bisa diremehkan. Oleh sebab itu, mereka melancarkan politik adu domba untuk mengobrak-abrik keluarga sultan dari dalam. Jadi, Kesultanan Banten akan kacau dengan sendirinya tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga. Ya, mereka menemukan celah lewat Sultan Haji, dan dalam biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini, kami sajikan kisah lengkapnya.

Sebagai seorang sultan, sesuai tradisi, Sultan Ageng mengangkat putra sulungnya, Pangeran Gusti, menjadi sultan muda dengan gelar Pangeran Anom. Kemudian, Sultan Ageng meminta Pangeran Anom pergi ke Makkah untuk lebih memperdalam ajaran Islam. Sedangkan tugas-tugas sultan muda, untuk sementara digantikan oleh Pangeran Purbaya, adik Pangeran Anom.

Melihat kesuksesan sang adik dalam melaksanakan tugas sultan muda, membuat Pangeran Anom yang saat itu baru pulang dari Makkah merasa takut jika tahta akan diserahkan pada Pangeran Purbaya. Untuk mencegah hal tersebut, Pangeran Anom memaksa Sultan Ageng untuk menyerahkan tahta padanya.

Tidak ingin menimbulkan keributan, pada 1671, Sultan Ageng menyerahkan urusan sehari-hari Kesultanan Banten kepada Pangeran Anom. Setelah diangkat menjadi sultan, Pangeran Anom diberi gelar Sultan Abu Nashar Abdul Qahar yang juga dikenal dengan nama Sultan Haji. Sejak saat itu, Sultan Ageng lebih memilih untuk tinggal di Istana Tirtayasa, sedangkan Istana Surosowan ditempati oleh Sultan Haji.

Tindakan Sultan Haji yang tidak sopan terhadap ayahnya sendiri sebenarnya bukan tanpa alasan. Di balik itu, ada Belanda yang melihat bahwa Sultan Haji adalah orang yang lemah hati dan mudah dipengaruhi. Jadi, mereka semakin mengobarkan rasa iri yang ada di benak Sultan Haji terhadap Pangeran Purbaya.

Baca juga: Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol

Peperangan Antara Ayah dan Anak

Seiring berjalannya waktu, Sultan Ageng menyadari bahwa putranya telah dipengaruhi oleh Belanda. Pada puncaknya, Sultan Ageng benar-benar kesal karena Sultan Haji mengirimkan ucapan selamat atas pengangkatan Rijklof van Goens menjadi Gubernur Jenderal menggantikan Jovan Maetsuyker yang meninggal dunia pada 4 Januari 1678.

Tak ingin bahwa penerusnya malah bekerja sama dengan musuh, Sultan Ageng memerintahkan pasukannya untuk menyerang Istana Surosowan yang ditempati Sultan Haji pada 26 Februari 1682. Akibat serangan yang mendadak itu, Sultan Haji terdesak dan melarikan diri untuk meminta bantuan Belanda.

Karena prajurit Belanda yang ada di Banten kewalahan menangani pasukan Sultan Ageng, didatangkanlah dua kapal pasukan dari Jakarta yang dipimpin oleh Saint Martin. Setelah itu, datang lagi pasukan dalam jumlah yang lebih besar di bawah pimpinan Kapten Tack. Ingin memperkuat pasukan, Belanda mengirimkan lagi 1.000 prajurit tambahan yang dipimpin Hartsinck.

Menghadapi pasukan gabungan yang sedemikian banyak, pasukan Sultan Ageng terdesak mundur hingga terpaksa membumihanguskan Istana Tirtayasa dan melarikan diri ke Hutan Keranggan.

Dari Keranggan, Sultan Ageng melanjutkan pelariannya ke Lebak, lalu ke Parijan, hingga akhirnya tiba di Sajira (perbatasan Bogor). Selama bersembunyi, Sultan Ageng diikuti oleh orang-orang yang setia padanya, seperti Pangeran Purbaya dan Syekh Yusuf.

Baca juga: Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan

Wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa

Raja Banten - Makam Sultan Ageng Sumber: Instagram – azispitak126

Meski sudah berada jauh dari Istana Surosowan, rupanya keberadaan Sultan Ageng beserta pengawalnya diketahui Sultan Haji. Sultan Haji lalu diperintahkan Belanda untuk membujuk rayu sang ayah agar bersedia kembali ke Istana Surosowan. Tanpa curiga, Sultan Ageng Tirtayasa yang sudah sepuh kembali ke Istana Surosowan sesuai permintaan putranya dan tiba di istana pada tanggal 14 Maret 1683 tengah malam.

Tak lama setelah itu, Belanda datang dan menangkap Sultan Ageng Tirtayasa untuk dipenjarakan di Jakarta. Sang sultan kemudian wafat di dalam penjara pada tahun 1683. Berdasarkan permintaan para petinggi Kesultanan Banten, jenazah Sultan Ageng dipulangkan ke kampung halamannya untuk kemudian di makamkan di sebelah utara Masjid Agung.

Atas kegigihannya dalam memerangi Belanda, berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 045/TK/Tahun 1970, Sultan Ageng Tirtayasa diberi gelar sebagai pahlawan nasional.

Baca juga: Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

Manfaat Membaca Biografi Sultan Ageng Tirtayasa

Itu tadi adalah profil dan biografi lengkap Sultan Ageng Tirtayasa. Mulai dari latar belakang, sepak terjangnya semasa hidup, hingga perseteruannya dengan sang putra, semua telah kami ulas. Apakah kamu sudah merasa puas dengan sajian di atas?

Ada banyak manfaat yang bisa kamu dapatkan dengan membaca biografi Sultan Ageng Tirtayasa ini. Yang pertama dan utama, tentu saja kamu jadi bisa lebih menghargai perjuangan para pahlawan demi kemerdekaan bangsa.

Selain itu, dengan menyimak perjalanan hidup Sultan Ageng Tirtayasa dalam biografi ini, kamu akan sadar bahwa terkadang orang lain hanya baik padamu jika ada maunya. Sementara kasih orang tuamu, tak akan hilang meski kamu telah berbuat buruk pada mereka.

Jadi, apabila saat ini kamu masih memiliki orang tua, berbuat baiklah pada mereka selagi masih ada waktu. Sedangkan jika saat ini orang tuamu sudah dipanggil Tuhan Yang Maha Kuasa, kasihilah mereka dengan cara mengirimkan doa secara rutin.

← Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan
Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Mentari Aprellia

Mentari Aprellia, S.I.Kom adalah alumni Universitas Terbuka jurusan Ilmu Komunikasi dengan beasiswa penuh. Meski mampu membuat tulisan feature maupun hard news, penulis kurang suka membuat karya fiksi karena selalu bingung mengakhiri cerita. Penulis yang merupakan penggemar film horor, tapi penakut ini pernah magang sebagai wartawan lapangan di Koran Solopos, pernah bekerja sebagai guru TK, guru les privat, dan tukang desain gambar.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Axton Salim, Penerus Ketiga Kerajaan Bisnis Salim Group

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Sang Penyambung Kejayaan Keluarga Soeryadjaya

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC yang Ternyata Mantan Dubes RI Era SBY

  • Biografi John Riady, Bos Lippo Karawaci yang Pernah Magang di McDonald’s

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Pernah jadi Bintang Film Hongkong

  • Biografi Anthony Salim, Penyelamat Perusahaan Mi Instan dari Kebangkrutan

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Juga Nenek Buyut Al Ghazali

  • Biografi Andrew Darwis, Founder KASKUS yang Memiliki Profit Miliaran Rupiah

  • Biografi Rasuna Said, Pahlawan Pergerakan Nasional dan Emansipasi Wanita

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Kaya Raya yang Tidak Tamat Sekolah

  • Biografi Jim Geovedi, Pakar TI yang Tak Menempuh Perguruan Tinggi

  • Biografi Bong Chandra, Pengusaha Bertitel Motivator Paling Muda di Asia

  • Biografi Soepomo, Sang Ahli Hukum yang Ikut Menyusun Undang-Undang Dasar 1945

  • Biografi Putera Sampoerna, Pengusaha Rokok yang Jadi Pelopor Kretek LTLN

  • Biografi Sukanto Tanoto, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes

  • Biografi Susilo Wonowidjojo, Tokoh di Balik Inovasi-Inovasi Gudang Garam

  • Biografi Joko Pinurbo, Sang Penyair Eksentrik Asal Jogja

  • Biografi Al Farabi, Filsuf Muslim yang Menggabungkan Filsafat Aristoteles & Plato

  • Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles

  • Biografi Ferry Unardi, Pendiri Traveloka yang Pernah Putus Kuliah

  • Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan

  • Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Jadi Misteri

  • Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air

  • Profil Anindya Bakrie, Pemimpin Generasi Ketiga Bisnis Bakrie Group

  • Biografi Robert Budi Hartono, Orang Kaya Nomor 1 di Indonesia

  • Biografi Sunan Ampel, Guru Besar Wali Songo

  • Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi

  • Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya

  • Biografi Moh Yamin, Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda dan Pancasila

  • Biografi Larry Page, Tokoh Penting di Balik Berdirinya Google

  • Biografi William Tanuwijaya, Kisah Pendiri Tokopedia yang Sempat Diremehkan

  • Biografi Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia yang Terlupakan dari Sejarah

  • Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa yang Disegani Prajurit Belanda

  • Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia

  • Biografi Yasa Paramita Singgih, Pengusaha Sukses Pendiri Men’s Republic

  • Biografi Rudy Salim, Pengusaha Muda Juragan Hypercar

  • Biografi HOS Cokroaminoto, Guru Tokoh Besar Nasional yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

  • Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo

  • Biografi KH Agus Salim, Pahlawan Indonesia yang Menguasai Sembilan Bahasa

  • Biografi Sutan Syahrir, Bung Kecil yang Mendesak Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak

  • Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro

  • Biografi WS Rendra, Kisah Penyair Legendaris Asal Surakarta

  • Biografi Tung Desem Waringin, Sang Motivator Kondang Pencetak Rekor MURI

  • Biografi Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern yang Ideologinya Menjadi Kontroversi

  • Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

  • Biografi Tan Malaka, Pahlawan Nasional yang Namanya Pernah Dihapus dari Sejarah

  • Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang

  • Biografi Buya Hamka, Sastrawan Sekaligus Ulama yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

  • Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Tidak Merasakan Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan

  • Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

  • Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri

  • Biografi Ahmad Yani, Jenderal TNI AD yang Tegas dan Penuh Kasih

  • Biodata Merry Riana, Motivator yang Mendapat Julukan Wanita Sejuta Dolar

  • Biografi Nelson Mandela, Presiden Kulit Hitam Pertama Afrika Selatan

  • Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan

  • Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

  • Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol

  • Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik

  • Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

  • Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini

  • Profil 10 Orang Terkaya di Dunia yang Dapat Menjadi Sumber Inspirasimu

  • Biografi & Profil Erick Thohir

  • Biodata & Profil Egy Maulana Vikri

  • Biografi & Profil Lengkap Bung Tomo

  • Biografi & Profil Soeharto

  • Biografi & Profil Nabi Muhammad SAW

  • Biografi & Profil Chairul Tanjung Lengkap

  • Biografi & Profil Moh Hatta

  • Biografi & Profil Jendral Sudirman Lengkap

  • Biografi & Profil Cut Nyak Dien

  • Biodata & Profil Gen Halilintar

  • Biodata & Profil Kevin Sanjaya Sukamuljo

  • Biodata & Profil Rocky Gerung

  • Biografi & Profil Ahok

  • Biografi & Profil Uztadz Abdul Somad

  • Biodata & Profil Sandiaga Uno

  • Biografi & Profil Ki Hajar Dewantara

  • Biografi & Profil BJ Habibie

  • Biografi & Profil Jokowi

  • Biografi & Profil Prabowo Subianto

  • Biodata & Profil Roy Kiyoshi

  • Biodata & Profil Jonatan Christie

  • Biografi & Profil RA Kartini

  • Biografi & Profil Ir Soekarno

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.