• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Tokoh

Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Biografi Maria Walanda Maramis - Google Doodles
Sumber: Google Doodles

Coba sebutkan siapa saja pahlawan emansipasi wanita yang kamu kenal. Apakah R.A. Kartini atau Dewi Sartika yang berasal dari Pulau Jawa? Padahal, sebenarnya ada juga pahlawan emansipasi wanita yang berasal dari Minahasa. Kalau ingin tahu lebih lanjut, simak biografi Maria Walanda Maramis yang sudah kami siapkan di artikel ini, yuk!

Profil Maria Walanda Maramis
Nama
Maria Josephine Catherine Maramis
Tempat, Tanggal Lahir
Desa Kema, 1 Desember 1872
Meninggal
22 April 1924
Warga Negara
Indonesia
Pasangan
Joseph Frederick Caselung Walanda (m. 1890–1924)
Anak
Wilhelmina Grederika, Paul Alexander, Anna Palona Matuli, Albertine Pauline
Orangtua
Bernardus Maramis (Ayah), Sarah Rotinsulu (Ibu)

Jika membicarakan tentang pahlawan emansipasi  wanita, biasanya nama pertama yang terlintas di pikiran orang-orang adalah R.A. Kartini. Padahal, ada pahlawan lainnya yang juga memperjuangkan hak-hak wanita, seperti Maria Walanda Maramis. Kalau penasaran, kamu bisa mengenalinya lebih lanjut di biografi Maria Walanda Maramis di artikel ini.

Wanita yang terlahir dengan nama Maria Josephine Catherine Maramis ini memiliki peran yang sangat penting untuk masyarakat Minahasa, khususnya para wanita. Meskipun ia tidak terlahir dari keluarga kaya raya atau bangsawan seperti halnya pejuang emansipasi lainnya, hal itu nggak menghentikan semangatnya untuk terus mendapatkan ilmu pengetahuan.

Semangatnya untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi membuat perubahan besar bagi para wanita di Minahasa. Salah satu organisasi untuk memajukan pendidikan wanita yang didirikannya, PIKAT (Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya) bahkan masih berdiri hingga sekarang.

Semakin penasaran dengan informasi lebih lanjut seputar pahlawan wanita dari Sulawesi Utara yang satu ini? Simak biografi Maria Walanda Maramis yang sudah kamis siapkan di sini!

Perjalanan Hidup

Biografi Maria Walanda Maramis - Foto Profil Maria Walanda Maramis Sumber: WIkimedia Commons

Sebelum membahas tentang usaha Maria Walanda Maramis dalam memperjuangkan hak-hak wanita di biografi ini, kamu perlu mengetahui tentang kehidupan pribadinya terlebih dahulu. Karena dengan mengenali kehidupan pribadinya, kamu dapat lebih mengenali apa saja yang membentuk kepribadiannya.

1. Masa Kecil

Maria Walanda Maramis lahir pada tanggal 1 Desember 1872 di Desa Kema, Minahasa Utara. Ia merupakan putri bungsu dari pasangan Bernardus Maramis dan Sarah Rotinsulu. Bernardus adalah seorang pedagang di desanya, sementara Sarah adalah seorang ibu rumah tangga.

Maria memiliki dua orang kakak. Seorang kakak perempuan bernama Aantje Maramis dan seorang kakak laki-laki bernama Andries Alexander Maramis.

Sayangnya, ketika usianya masih 6 tahun, Maria menjadi yatim piatu. Kedua orang tuanya meninggal dunia karena terjangkit penyakit kolera yang melanda Minahasa. Maria dan kedua kakaknya kemudian diasuh oleh Ezam Rotinsulu, pamannya yang tinggal di Maumi, Minahasa Utara.

2. Pendidikan

Jika ingin membicarakan biografi Maria Walanda Maramis, seseorang yang berjuang untuk pendidikan para wanita di Minahasa, maka kamu perlu mengetahui pendidikannya sejak kecil. Karena dengan mengetahui latar belakang pendidikannya, kamu jadi mengetahui apa yang membuatnya terdorong untuk memiliki cita-cita memperjuangkan pendidikan bagi wanita.

Seperti halnya anak perempuan dari keluarga sederhana lainnya, Maria hanya bisa meraih pendidikan hingga tingkat Sekolah Dasar. Setelah lulus, ia dan Aantje tidak dapat melanjutkan studinya, sementara Andries Alexander masih dapat melanjutkan sekolah ke Hoofden School di Tondano.

Meskipun merasa kesal, Maria tidak bisa mengubah aturan yang sudah dibuat oleh pemerintah saat itu. Namun, tidak berarti aturan tersebut menghentikan niatnya untuk belajar lebih banyak dan lebih tinggi. Salah satu cara yang diambilnya adalah dengan memanfaatkan jabatan pamannya.

Pamannya adalah orang yang cukup disegani di Minahasa dan memiliki banyak teman dari kalangan terpelajar dan orang Belanda. Oleh karena itu, Maria berusaha memanfaatkan kesempatan tersebut untuk dapat belajar lebih tinggi.

Maria menjadi cukup akrab dengan salah satu rekan pamannya, pendeta Ten Hoeven. Dari sang pendeta dan istrinya, Maria mendapatkan semakin banyak ilmu yang memperluas pandangannya tentang pendidikan. Dari sana, cita-citanya untuk memajukan perempuan Minahasa pun semakin berkembang.

Baca juga: Biografi & Profil Ir Soekarno

3. Kehidupan Pernikahan

Biografi Maria Walanda Maramis - Maria Walanda Maramis dan Joseph Walanda Sumber: YouTube – Rikson Karundeng

Setelah mengetahui tentang masa kecil dan pendidikan yang ditempuh oleh Maria, kamu mungkin ingin mengetahui tentang keluarganya. Tenang saja, informasi terkait suami dan anak-anaknya bisa kamu dapatkan di biografi Maria Walanda Maramis ini.

Pada tahun 1890, Maria Walanda Maramis menikah dengan Joseph Frederick Caselung Walanda yang berasal dari desa Tenggiri. Ia adalah seorang guru bahasa di Hollandsch Inlandsche School (HIS), yaitu sebuah sekolah Belanda untuk orang Indonesia.

Dari pernikahan Maria Walanda Maramis dengan Joseph Walanda, keduanya dianugerahi empat orang anak, tiga perempuan dan satu laki-laki. Mereka adalah Wilhelmina Frederika, Anna Pawlona Matuli, Albertine Pauline, dan Paul Alexander. Sayangnya, sang putra, Paul Alexander, meninggal dunia ketika masih berusia dua tahun karena penyakit sawan.

Sebagai seseorang yang berusaha memperjuangkan pendidikan untuk wanita, memiliki tiga anak perempuan seolah menjadi sebuah tantangan atas keinginan untuk membuat perempuan Minahasa mendapatkan pendidikan tinggi. Demi menunjukkan hal tersebut, Maria berusaha membuat putri-putrinya bersekolah setinggi mungkin.

Maria pun menyekolahkan ketiga putrinya di sekolah Kristen untuk anak perempuan di Tomohon, Chistelijke Meisjesschool. Setelah satu tahun di sana, mereka dipindahkan ke Europe Lagere School (ELS) di Manado.

Pada saat itu, sebenarnya tidak ada pribumi yang dapat bersekolah di ELS, apalagi Maria Walanda Maramis dan suaminya bukanlah pasangan yang kaya. Namun, hal tersebut tidak menghentikan semangatnya untuk menyekolahkan putrinya.

Maria berusaha menghubungi pemerintah Minahasa untuk mengizinkan putri-putrinya bersekolah di ELS. Putri-putri Maria dan Joseph kemudian diberikan ujian kemahiran bahasa Belanda sebagai syarat bersekolah di ELS.

Sayangnya, saat itu Wilhelmina tidak bisa mengikuti ujian dan melanjutkan sekolahnya karena sakit parah. Namun, Anna dan Albertine dapat menyelesaikan ujian masuk ELS dengan baik dan lolos.

Tidak berhenti sampai di situ saja, Maria juga berniat mengirimkan putrinya untuk bersekolah di Pulau Jawa. Namun sayangnya, kali ini ia tidak mendapatkan restu dari suaminya. Baru setelah Kepala Sekolah ELS meyakinkan Joseph kalau menyekolahkan Anna dan Albertine ke Pulau Jawa itu akan menjadi hal yang baik bagi masa depan putri-putrinya, Joseph pun setuju.

Namun, Joseph memberikan izin tidak dengan cuma-cuma. Ia memberikan syarat pada kedua putrinya agar kembali ke Manado tiga tahun kemudian dengan mengantongi ijazah Europese Lager Onderwijs (Pendidikan Guru Rendah Belanda).

4.  Akhir Hayat

Mulai tahun 1920-an, kesehatan Maria Walanda Maramis mulai menurun. Padahal, saat itu ada banyak kegiatan yang tengah ia perjuangkan, termasuk berlangsungnya organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT).

Meskipun kesehatan Maria mulai menurun dan ia mulai jarang mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh PIKAT, tapi ia tidak berhenti memperjuangkan cita-citanya. Ia terus saja memberikan petunjuk dan nasihat ke cabang-cabang PIKAT melalui surat.

Ia juga sempat menulis surat permohonan beasiswa untuk sekolah perempuannya. Surat permohonan itu dititipkan pada Kepala Sekolah PIKAT, Nona H. Sumelang, dengan pesan terakhir “Jangan lupakan PIKAT, anak bungsuku.”

Pada tanggal 22 April 1924, Kartini dari Minahasa ini akhirnya menghembuskan napas terakhirnya. Jenazahnya dikemubikan di pemakaman keluarga di Maumi, 9 km dari Kota Manado.

Pada masa kepemimpinan Gubernur Sulawesi Utara, Cornelis John Rantung, makam sang pahlawan emansipasi dari Minahasa ini dipindahkan ke sebuah pemakaman di jalur utama Jalan Raya Maumi, Kabupaten Minahasa Utara. Lokasi pemakaman tersebut tak jauh dari makam yang lama, tapi berada di lokasi yang lebih strategis. Di depan area pemakaman tersebut terdapat sebuah monumen berbentuk segi lima dengan patung Maria di atasnya.

Baca juga: Biografi & Profil Ki Hajar Dewantara

Perjuangan sebagai Pahlawan Emansipasi Wanita

Biografi Maria Walanda Maramis - Gambar Maria Walanda Maramis Sumber: Instagram – soydivision.berlin

Jika membahas biografi Maria Walanda Maramis, tak akan lengkap jika kita tidak membicarakan perjuangannya dalam memperjuangkan hak-hak wanita. Kalau ingin tahu, simak ulasan yang sudah kami persiapkan di bawah ini!

1. Menulis untuk Surat Kabar

Upaya Maria dalam memperjuangkan hak-hak wanita dimulai ketika ia pindah ke Manado mengikuti suaminya. Selama di Manado, ia sering membaca surat kabar Tjahaja Siang dan mendapati kalau koran tersebut memiliki sebuah kolom opini.

Mengetahui hal tersebut, Maria mulai mengirimkan artikel-artikel opini ke Tjahaja Siang. Dalam setiap artikel, ia menuliskan tentang pentingnya peran seorang ibu di dalam keluarga, tak hanya untuk mengasuh dan menjaga kesehatan anggota keluarganya, tapi juga sebagai guru pertama bagi anak-anaknya. Ia juga selalu menekankan pentingnya bagi para wanita muda untuk memiliki bekal cukup sebagai seorang pengasuh keluarga.

2. Kelahiran PIKAT

Setelah berusaha menyadarkan para wanita tentang pentingnya peran seorang ibu di dalam keluarga melalui artikel di surat kabar, Maria berusaha semakin melebarkan sayapnya. Ia mulai mengumpulkan teman-temannya dan mengusulkan tentang pendirian organisasi yang berhubungan dengan pendidikan wanita.

Dengan perencanaan yang cukup matang, akhirnya organisasi yang diberi nama Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) itu resmi didirikan. Pada rapat terbuka yang diadakan tanggal 8 Juli 1917, masyarakat Minahasa menunjukkan sambutan positif dan antusiasmenya.

Dengan keberhasilan PIKAT di Manado, Maria mengajak wanita-wanita dari daerah lain untuk berusaha meraih pendidikan yang jauh lebih tinggi. Ia tak hanya mengirimkan surat pada wanita-wanita di sekitar Minahasa, seperti Kota Sangitalaud, Gorontalo, dan Poso, tapi juga hingga ke kota-kota besar di Pulau Jawa dan Sumatera. Beberapa kotanya adalah Jakarta, Bogor, Malang, Surabaya, Bandung, Cimahi, Magelang, Balikpapan, Sangu-sangu, Kotaraja, dan Ujungpandang.

Di dalam surat tersebut, Maria menyebutkan tentang cita-cita dan tujuannya mendirikan PIKAT. Tak hanya itu, ia juga menyebutkan apa saja yang diperlukan untuk mendirikan organisasi PIKAT. Wanita-wanita yang cukup terkemuka di daerah itu menyetujui usulan Maria dan mulai mendirikan cabang PIKAT di beberapa kota besar di Indonesia.

Baca juga: Biografi & Profil Jendral Sudirman Lengkap

3. Terbentuknya Sekolah Keterampilan Perempuan

Biografi Maria Walanda Maramis - PIKAT dan Ibu Tien Soeharto Sumber: YouTube – Rikson Karundeng

Dengan dibukanya cabang PIKAT di beberapa kota, organisasi itu pun semakin berkembang dengan pesat. Maria memiliki ide mendirikan sekolah keterampilan untuk perempuan.

Setelah dibahas dengan anggota cabang-cabang PIKAT lainnya, ia akhirnya mendirikan dan meresmikan Huishoud School pada tanggal 2 Juli 1918. Sekolah ini didirikan untuk memfasilitasi anak-anak perempuan yang baru saja lulus Sekolah Dasar dan ingin melanjutkan studinya.

Di Huishoud School, mereka diajari berbagai macam hal terkait rumah tangga. Seperti memasak, membuat kue, menjahit, membuat pakaian, merapikan rumah dan pekarangan, mengurus bayi, juga memberi pertolongan pertama pada kecelakaan.

Saat itu yang menjadi gurunya adalah sang pemrakarsa PIKAT sendiri dengan dibantu oleh salah satu putrinya, Anna Pawlona. Setelah sekolahnya semakin maju, Kartini dari Minahasa ini mengundang guru yang berkompeten untuk murid-muridnya.

4. Memasuki Ranah Politik

Kepedulian Maria Walanda Maramis pada perempuan tak hanya ditunjukkan di bidang pendidikan, tapi juga di bidang politik. Hal tersebut dimulai pada tahun 1919, ketika ia menyadari kalau anggota badan perwakilan rakyat yang bernama Minahasa Raad hanya dapat dipilih oleh laki-laki saja.

Kartini dari Minahasa itu merasakan ketidakadilan dalam hak memilih dewan perwakilan rakyat itu. Ia pun kemudian berusaha untuk memperjuangkan hal tersebut.

Pada tahun 1921, usahanya untuk memperjuangkan hak memilih wakil rakyat untuk perempuan di Minahasa pun membuahkan hasil. Pemerintah pusat di Batavia pada akhirnya mengeluarkan surat keputusan untuk memberikan hak pada wanita memilih anggota Minahasa Raad. Tak hanya itu, para wanita pun kemudian mendapat kesempatan untuk menjadi badan perwakilan rakyat lainnya, seperti Locale Raad dan Gemeentse Raad.

Baca juga: Biografi & Profil Moh Hatta

Penghargaan sebagai Pahlawan Nasional

Biografi Maria Walanda Maramis - Monumen Maria Walanda Maramis Sumber: Wikimedia Commons

Membahas tentang biografi Maria Walanda Maramis ini tentu saja kurang lengkap jika tidak menyebutkan penghargaan yang didapatkannya. Kira-kira dari mana saja penghargaan itu?

1. Pengakuan dari Pemerintah Indonesia

Pengakuan resmi dari Pemerintah Indonesia muncul dengan keluarnya Surat Keputusan Presiden RI No. 12/K/1969 pada tanggal 20 Mei 1969. Surat yang ditandatangani oleh Presiden Soeharto tersebut berisi tentang penganugerahan gelar Pahlawan Pergerakan Nasional untuk Maria Walanda Maramis.

Baca juga: Biografi & Profil Lengkap Bung Tomo

2. Pengakuan di Minahasa

Biografi Maria Walanda Maramis - RSUD Maria Walanda Maramis Sumber: Website RSUD Maria Walanda Maramis Kabupaten Minahasa Utara

Beriringan dengan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, pemerintah Minahasa juga memberikan penghargaan untuk Maria Walanda Maramis. Pada masa pemerintahan Gubernur Cornelis John Rantung, makam Maria dan suaminya dipindahkan ke lokasi yang lebih strategis dan mudah didatangi oleh warga.

Tak hanya itu, pemerintah Minahasa juga membuatkan patung Maria Walanda Maramis di Kecamatan Komo Luar, Kecamatan Wenang. Namanya pun diabadikan sebagai nama salah satu rumah sakit umum daerah di Airmadidi, Sarongsong, Minahasa Utara.

Sebagai bentuk penghargaan, masyarakat Minahasa juga memperingati tanggal 1 Desember sebagai Hari Ibu Maria Walanda Maramis. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari kelahirannya.

3. Pengakuan di Google Doodles

Salah satu bentuk penghargaan yang mungkin sedikit tidak terduga muncul pada tanggal 1 Desember 2018. Saat itu, Google Doodles, logo Google yang dimodifikasi sedemikian rupa berkaitan dengan momen atau event tertentu, menampilkan wajah seorang perempuan. Beberapa orang mungkin mulai bertanya-tanya siapa perempuan pada Google Doodles tersebut.

Jika orang-orang yang penasaran tersebut mencoba untuk mengeklik gambar perempuan itu, mereka akan menemukan informasi kalau perempuan tersebut bernama Maria Walanda Maramis. Google memasang doodles tersebut pada tanggal 1 Desember karena tanggal tersebut bertepatan dengan tanggal kelahiran sang pahlwan wanita dari Minahasa .

Baca juga: Biografi & Profil BJ Habibie

Mengenang Jasa-Jasa Maria Walanda Maramis Melalui Biografi-nya

Setelah membaca biografi Maria Walanda Maramis di artikel ini, kira-kira nilai apa saja yang bisa kamu dapatkan? Apakah kamu bisa memahami perjuangan yang sudah dilalui olehnya? Bagi para perempuan, apakah kalian semakin menghargai pendidikan yang didapatkan di sekolah?

Kebebasan untuk menimba ilmu di sekolah adalah sebuah anugerah yang dapat dirasakan oleh setiap wanita di masa kini. Anugerah itu dapat terwujud berkat jasa-jasa para pahlawan emansipasi wanita, termasuk Maria Walanda Maramis.

Sebagai bentuk penghormatan, kita jangan sampai melupakan sejarah dan jasa-jasa para pahlawan. Bahkan, sudah sepatutnya kita merasa bangga dengan nilai-nilai kebangsaan yang melekat pada jati diri kita, seperti bahasa daerah, pakaian daerah, dan masih banyak lagi. Karena sama seperti quotes dari Maria Walanda Maramis sendiri, “Pertahankanlah bangsamu, pergunakanlah bahasa daerahmu dan pakailah pakaian daerahmu”

← Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik
Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Rizki Adinda

Rizki Adinda, S.Hum, adalah seorang penulis yang lebih banyak menulis kisah fiksi daripada non fiksi. Seorang lulusan Universitas Diponegoro yang banyak menghabiskan waktunya untuk membaca, menonton film, ngebucin Draco Malfoy, atau mendengarkan Mamamoo. Sebelumnya, perempuan yang mengklaim dirinya sebagai seorang Slytherin garis keras ini pernah bekerja sebagai seorang guru Bahasa Inggris untuk anak berusia dua sampai tujuh tahun dan sangat mencintai dunia anak-anak hingga sekarang.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Tokoh Top

  • Biografi Axton Salim, Penerus Ketiga Kerajaan Bisnis Salim Group

  • Biografi Edwin Soeryadjaya, Sang Penyambung Kejayaan Keluarga Soeryadjaya

  • Biografi Prof Salim Said, Panelis ILC yang Ternyata Mantan Dubes RI Era SBY

  • Biografi John Riady, Bos Lippo Karawaci yang Pernah Magang di McDonald’s

  • Biografi Andrie Wongso, Motivator yang Pernah jadi Bintang Film Hongkong

  • Biografi Anthony Salim, Penyelamat Perusahaan Mi Instan dari Kebangkrutan

  • Biografi Siti Oetari, Istri Pertama Soekarno yang Juga Nenek Buyut Al Ghazali

  • Biografi Andrew Darwis, Founder KASKUS yang Memiliki Profit Miliaran Rupiah

  • Biografi Rasuna Said, Pahlawan Pergerakan Nasional dan Emansipasi Wanita

  • Biografi Sudono Salim, Pengusaha Kaya Raya yang Tidak Tamat Sekolah

  • Biografi Jim Geovedi, Pakar TI yang Tak Menempuh Perguruan Tinggi

  • Biografi Bong Chandra, Pengusaha Bertitel Motivator Paling Muda di Asia

  • Biografi Soepomo, Sang Ahli Hukum yang Ikut Menyusun Undang-Undang Dasar 1945

  • Biografi Putera Sampoerna, Pengusaha Rokok yang Jadi Pelopor Kretek LTLN

  • Biografi Sukanto Tanoto, Salah Satu Orang Terkaya di Indonesia Versi Majalah Forbes

  • Biografi Susilo Wonowidjojo, Tokoh di Balik Inovasi-Inovasi Gudang Garam

  • Biografi Joko Pinurbo, Sang Penyair Eksentrik Asal Jogja

  • Biografi Al Farabi, Filsuf Muslim yang Menggabungkan Filsafat Aristoteles & Plato

  • Biografi Ibnu Rusyd, Filsuf Muslim Asal Kordoba yang Menafsirkan dan Merangkum Karya Aristoteles

  • Biografi Ferry Unardi, Pendiri Traveloka yang Pernah Putus Kuliah

  • Biografi Seno Gumira Ajidarma, Sastrawan yang Lebih Suka Disebut Wartawan

  • Biografi Sunan Bonang, Anggota Wali Songo yang Letak Makam Aslinya Masih Jadi Misteri

  • Biografi Ernest Douwes Dekker, Keturunan Indonesia-Belanda yang Cinta Mati Pada Tanah Air

  • Profil Anindya Bakrie, Pemimpin Generasi Ketiga Bisnis Bakrie Group

  • Biografi Robert Budi Hartono, Orang Kaya Nomor 1 di Indonesia

  • Biografi Sunan Ampel, Guru Besar Wali Songo

  • Biografi Ratna Sari Dewi Soekarno, Istri Presiden Pertama Republik Indonesia yang Penuh Kontroversi

  • Biografi Pangeran Antasari, Pahlawan Banjar yang Berusaha Mengusir Belanda dari Kampung Halamannya

  • Biografi Moh Yamin, Sosok Penting di Balik Sumpah Pemuda dan Pancasila

  • Biografi Larry Page, Tokoh Penting di Balik Berdirinya Google

  • Biografi William Tanuwijaya, Kisah Pendiri Tokopedia yang Sempat Diremehkan

  • Biografi Wikana, Tokoh Kemerdekaan Indonesia yang Terlupakan dari Sejarah

  • Biografi Sultan Hasanuddin, Raja Gowa yang Disegani Prajurit Belanda

  • Biografi Laksamana Malahayati, Pahlawan Asal Aceh yang Menjadi Laksamana Wanita Pertama di Dunia

  • Biografi Yasa Paramita Singgih, Pengusaha Sukses Pendiri Men’s Republic

  • Biografi Rudy Salim, Pengusaha Muda Juragan Hypercar

  • Biografi HOS Cokroaminoto, Guru Tokoh Besar Nasional yang Dijuluki Raja Jawa Tanpa Mahkota

  • Biografi Sapardi Djoko Damono, Sang Pujangga Sederhana Asal Solo

  • Biografi KH Agus Salim, Pahlawan Indonesia yang Menguasai Sembilan Bahasa

  • Biografi Sutan Syahrir, Bung Kecil yang Mendesak Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Raden Patah, Keturunan Raja Majapahit yang Menjadi Pendiri Kesultanan Demak

  • Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro

  • Biografi WS Rendra, Kisah Penyair Legendaris Asal Surakarta

  • Biografi Tung Desem Waringin, Sang Motivator Kondang Pencetak Rekor MURI

  • Biografi Ibnu Sina, Bapak Kedokteran Modern yang Ideologinya Menjadi Kontroversi

  • Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto

  • Biografi Tan Malaka, Pahlawan Nasional yang Namanya Pernah Dihapus dari Sejarah

  • Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang

  • Biografi Buya Hamka, Sastrawan Sekaligus Ulama yang Dinobatkan Sebagai Pahlawan Nasional

  • Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Tidak Merasakan Kemerdekaan Indonesia

  • Biografi Mahatma Gandhi, Sang Pejuang Kemerdekaan Anti-Kekerasan

  • Biografi Sultan Ageng Tirtayasa, Raja Banten yang Ditangkap Belanda Karena Dikhianati Putranya Sendiri

  • Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri

  • Biografi Ahmad Yani, Jenderal TNI AD yang Tegas dan Penuh Kasih

  • Biodata Merry Riana, Motivator yang Mendapat Julukan Wanita Sejuta Dolar

  • Biografi Nelson Mandela, Presiden Kulit Hitam Pertama Afrika Selatan

  • Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan

  • Biografi Frans Kaisiepo, Pahlawan di Lembaran Uang 10.000 yang Memperjuangkan Penyatuan Papua dengan Indonesia

  • Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol

  • Biografi Albert Einstein, Ilmuwan Fisika yang Suka Musik

  • Mengenal Sosok Kartini dari Minahasa Melalui Biografi Maria Walanda Maramis

  • Mengenang Sosok Penyair yang Dijuluki Si Binatang Jalang Lewat Biografi Chairil Anwar Ini

  • Profil 10 Orang Terkaya di Dunia yang Dapat Menjadi Sumber Inspirasimu

  • Biografi & Profil Erick Thohir

  • Biodata & Profil Egy Maulana Vikri

  • Biografi & Profil Lengkap Bung Tomo

  • Biografi & Profil Soeharto

  • Biografi & Profil Nabi Muhammad SAW

  • Biografi & Profil Chairul Tanjung Lengkap

  • Biografi & Profil Moh Hatta

  • Biografi & Profil Jendral Sudirman Lengkap

  • Biografi & Profil Cut Nyak Dien

  • Biodata & Profil Gen Halilintar

  • Biodata & Profil Kevin Sanjaya Sukamuljo

  • Biodata & Profil Rocky Gerung

  • Biografi & Profil Ahok

  • Biografi & Profil Uztadz Abdul Somad

  • Biodata & Profil Sandiaga Uno

  • Biografi & Profil Ki Hajar Dewantara

  • Biografi & Profil BJ Habibie

  • Biografi & Profil Jokowi

  • Biografi & Profil Prabowo Subianto

  • Biodata & Profil Roy Kiyoshi

  • Biodata & Profil Jonatan Christie

  • Biografi & Profil RA Kartini

  • Biografi & Profil Ir Soekarno

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.