
Drs. H. Mohammad Hattaadalahseorang negarawan, ekonom, pejuang proklamasi, dan Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Beliau adalah salah satu orang yang kontribusinya besar bagi Indonesia, dari penyusunan naskah proklamasi hingga menjaga stabilisasi negara pascakemerdekaan, terutama dalam bidang politik dan ekonomi. Ingin tahu kiprahnya? Simak dalam artikel biografi dan profil Moh Hatta lengkap berikut!
- Nama
- Dr. Drs. H. Mohammad Hatta, Mohammad Athar
- Tempat, Tanggal Lahir
- Fort de Kock, Bukittinggi, 12 Agustus 1902
- Meninggal
- Jakarta, 14 Maret 1980
- Warga Negara
- Indonesia
- Pasangan
- Rahmi Rachim
- Anak
- Meutia Hatta, Gemala Hatta, Halida Hatta
- Orang Tua
- Siti Saleha (Ibu), Muhammad Djamil (Ayah)
Pada 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia pertamakali memproklamirkan diri sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Pada hari itu, ada dua orang yang mewakili masyarakat Indonesia, salah satunya adalah Bung Hatta. Mari kita pelajari kehidupan Moh Hatta lewat artikel biografi dan profil lengkap berikut.
Bung Hatta merupakan wakil dari Presiden Soekarno, beliau merupakan Wakil Presiden Republik Indonesia Pertama yang menjabat pada periode 1945–1956. Beliau juga menjadi wakil Soekarno pada Musyawarah Panitia Sembilan yang bertugas mengurusi persiapan kemerdekaan. Beliau turut andil dalam perumusan naskah proklamasi, Piagam Jakarta, pengesahan Pancasila, dan Undang-Undang Dasar 1945.
Tidak hanya dikenal sebagai proklamator, Bung Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Sebab, pascakemerdekaan beliau menciptakan sebuah sistem ekonomi berlandaskan ekonomi kerakyatan bernama koperasi. Hal tersebut berdampak besar terhadap stabilitas dan perkembangan ekonomi Indonesia yang saat itu masih tergolong negara baru.Hingga saat ini, sistem tersebut masih berjalan di beberapa sektor meski tidak berkembang seperti dulu.
Berkat jasa-jasa beliau, lewat Keputusan Presiden nomor 081/TK/1986 pada 23 Oktober 1986 Moh Hatta dan Soekarno dinobatkan oleh Presiden Soeharto sebagai Pahlawan Proklamasi. Kemudian pada 2011, barulah akhirnya kedua proklamator tersebut diberi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Di artikel ini, kita akan membahas secara lengkap biografi dan profil Moh Hatta, mulai dari kehidupan pribadi, peran bagi Indonesia, hingga pencapaiannya. Siapkan dirimu untuk kembali belajar sejarah, dengan menyimak artikel ini sampai habis, ya!
Kehidupan Pribadi
Sumber: Wikimedia Commons
Menurut pengakuan orang-orang terdekat yang ditulis dalam biografi miliknya, Bung Hatta dianggap sosok yang sederhana dan tidak sombong. Padahal, beliau adalah salah satu orang top di Indonesia. Tapi tidak hanya itu saja, ada banyak hal tentang kehidupan pribadi Bung Hatta yang menarik untuk dibahas, simak terus artikel biografi dan profil lengkap ini.
1. Masa Kecil
Menurut buku biografi lengkap Bung Hatta, tertulis bahwa Hatta lahir dengan nama Mohammad Athar pada 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatra Barat. Athar merupakan anak kedua dari pernikahan Siti Saleha dengan Haji Muhammad Djamil. Pada saat usianya masih tujuh bulan, ayahnya meninggal dunia. Ibunya kemudian menikah lagi dengan seorang pedagang asal Palembang, Haji Ning.
Dari pernikahan keduanya, Siti Saleha dikaruniai empat anak perempuan. Hatta menjadi anak laki-laki satu-satunya di keluarga karena kakak kandungnya juga seorang perempuan.
Semasa kecil, Athar sering belajar pendidikan agama Islam dari uztadz dan ulama seperti Muhammad Jamil Jambek. Selain pendidikan agama di lingkungan yang islami, dirinya juga terdidik untuk berdagang. Sebab, selain ayah angkatnya pedagang, ibunya pun berasal dari keluarga pedagang Minangkabau.
Baca juga: Biografi & Profil Rocky Gerung
2. Pendidikan
Bung Hatta menempuh pendidikannya pertama kali di ELS (Europeesche Lagere School) Padang dari 1910 hingga 1913. Setelah itu, Athar melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) yang juga berada di Padang, dari 1913 sampai 1916.
Pada saat belajar di MULO, Hatta sudah menunjukkan minat pada politik pergerakan. Beliau kerap mendatangi ceramah dan perkumpulan politik lokal yang diadakan oleh Sarekat Indonesia. Selain itu, Athar juga mulai mempelajari bahasa Belanda.
Seusai sekolah di Padang, sempat terjadi perdebatan di keluarga Hatta untuk memutuskan kelanjutkan pendidikannya. Kakek dari keluarga ayah kandungnya berencana akan membawanya ke Arab untuk menimba ilmu agama. Tapi hal tersebut ditentang oleh keluarga ibunya, mereka menyarankan Hatta untuk pindah ke Batavia (kini Jakarta) saja.
Akhirnya, Hatta pindah ke Jakarta untuk bersekolah di HBS (Hogere Burger School) dan diasuh oleh Mak Eteb Ayub, seorang pengusaha dari Minang yang masih merupakan pamannya. Di bawah asuhan pamannya tersebut, kebiasaan membaca buku Hatta dimulai. Bahkan dalam dokumenter yang menceritakan profil dan biografi lengkap Moh Hatta, digambarkan bahwa Mak Eteb merupakan salah satu sosok pahlawan di hidupnya.
Pada tahun 1921, Hatta lulus dari HBS dan mendapatkan beasiswa untuk belajar di Handels Hogeschool (kini Universitas Erasmus Rotterdam). Pada saat mengenyam pendidikan di Belanda ini, Hatta aktif terlibat dengan beberapa pergerakan politik yang ada di Belanda. Hingga akhirnya pada 1932, beliau lulus dan menjadi sarjana ekonomi.
3. Hubungan Asmara
Sumber: Wikimedia Commons
Salah satu hal yang menarik untuk disimak dalam profil lengkap dan biodata Moh Hatta tentunya adalah hubungan asmaranya. Pasalnya, beliau baru menikah ketika usianya sudah menginjak 43 tahun. Usia yang bisa dikatakan cukup terlambat, apalagi jika dibandingkan dengan Soekarno yang sudah menikah sejak umur 20 tahun.
Memang, sumpah Bung Hatta untuk tetap melajang hingga Indonesia merdeka cukup terkenal, setidaknya di kalangan sejarawan. Pada peringatan 100 tahun Moh Hatta, dalam sebuah tayangan yang menampilkan biografi dan profil beliau, diceritakan bahwa setidaknya ada tiga wanita yang berkesempatan untuk jadi istrinya.
Dalam sebuah tulisan biografi berjudul Hatta, Jejak yang Melampaui Zaman diceritakan bahwa kawan-kawan bung Hatta pernah mencomblangkannya dengan seorang wanita Polandia. Wanita tersebut juga diceritakan tertarik dengan Hatta. Tapi setelah makan malam berdua, perempuan tersebut menyerah karena Hatta tidak tertarik dengannya.
Wanita lainnya yang berkesempatan dinikahi oleh Hatta adalah anak perempuan dari Mak Eteb, yaitu Nelly. Saat Mak Eteb dipenjara, ia meminta Bapak Koperasi tersebut untuk menikahi anaknya. Hatta pada saat itu dengan berat hati menolak permintaan itu karena tetap setia pada sumpahnya.
Salah satu wanita yang mungkin pernah memikat hati Hatta untuk waktu yang cukup lama adalah Anni. Anni merupakan seorang aktifis wanita dan terlibat dalam Konggres Perempuan III di Bandung. Setelah dekat cukup lama, hubungan mereka kandas dan Anni menikah dengan Abdul Rachim.
Pernikahan Anni dan Rachim diberkahi dua anak perempuan, salah satunya adalah Rachmi. Wanita yang nantinya dinikahi oleh bung Hatta setelah Indonesia merdeka, tepatnya pada 18 November 1945.
Pernikahannya dengan Rachmi diberkahi tiga orang anak, yaitu Meutia Farida Hatta, Gemala Rabi’ah Hatta, dan Halida Nuriah Hatta. Dari ketiga anak perempuannya, hanya Gemala yang tidak pernah terjun ke dunia politik sama sekali.
Baca juga: Biodata & Profil Roy Kiyoshi
4. Sepatu Bally
Dalam buku biografi lengkap dan profil, diceritakan bahwa sejak masih kecil Moh Hatta merupakan pribadi yang sederhana. Meskipun merupakan orang yang memiliki jabatan tinggi di Indonesia, tahukah kamu bahwa hingga akhir hayatnya beliau tidak dapat membeli sepatu Bally dambaannya?
Konon, hal itu disebabkan oleh kebijakan pemerintah pada tahun 1950 melakukan denominalisasi mata uang. Bung Hatta yang sebenarnya mengetahui rencana tersebut dari jauh hari, memutuskan untuk tetap diam meski merugi agar kebijakan negara berjalan lancar. Selain pengorbanannya itu, beliau juga tidak menuntut fasilitas mewah dari negara setelah pensiun.
Peran Moh Hatta Sebelum Proklamasi
Jauh sebelum terjadinya proklamasi, wakil presiden pertama ini telah aktif melakukan berbagai pergerakan. Tujuannya adalah untuk bisa mengakhiri penderitaan rakyat Indonesia yang tertindas bangsa lain. Terus simak artikel biodata dan profil lengkap Moh Hatta ini sampai habis, agar kamu tahu betapa hebatnya perjuangan pahlawan Indonesia yang satu ini.
1. Awal Pergerakan
Menurut beragam sumber biografi, profil, atau buku sejarah lengkap tentang masa pergerakan politik, Moh Hatta tercatat telah aktif berjuang sejak 1922 saat masih belajar di Belanda. Hatta bergabung dengan pergerakan Indische Vereeniging, organisasi yang berubah namanya menjadi Perhimpunan Indonesia (PI) pada 1924. Di organisasi tersebut, dirinya menjabat sebagai bendahara Hindia Putera, sebuah majalah yang diterbitkan oleh PI.
Tiga tahun setelah Indische Vereeniging berubah nama, Hatta kemudian diangkat menjadi ketuanya. Tertulis dalam biografi lengkap Moh Hatta bahwa pada saat dirinya menjabat, Semaun dari PKI menawarkan pusat pimpinan pergerakan nasional kepada PI. Pada saat itu Hatta tidak sepenuhnya setuju dengan paham komunisme, setelah perundingan akhirnya dibuatlah Perjanjian Hatta–Semaun.
Seiring berjalanannya waktu, hubungan Hatta dan komunisme semakin buruk. Hal ini karena adanya perbedaan pandangan dan ideologi, Hatta lebih condong ke sosialis nasionalis. Ditambah lagi, posisi kedua organisasi yang saat itu tidak seimbang karena PI bukan merupakan partai politik.
Sejak menjabat menjadi ketua PI, pahlawan proklamasi yang satu ini sudah aktif menghadiri berbagai konferensi tingkat internasional di Paris dan Belgia. Diceritakan dalam film berisi biodata dan profil Moh Hatta bahwa dari konferensi ini dapat terjalin hubungan baik dengan beberapa negarawan, seperti Jawaharlal Nehru, Hafiz Ramadhan Bey, dan Senghor. Puncaknya pada 1927, beliau diundang dalam sebuah konferensi yang berjudul Menentang Imperialisme, Penindasan Kolonial, dan untuk Kemerdekaan Nasional.
2. Dipenjara di Rotterdam
Pada tahun 1927, Hatta bersama dengan Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak, dan Madjid Djojohadiningrat ditangkap oleh pemerintah Belanda seusai mengisi pidato di Brussel. Dalam film biografi lengkap yang ada di Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) dijelaskan, bahwa penangkapan ini atas dasar tuduhan Moh Hatta terlibat pemberontakan PKI. Padahal, pada saat itu Hatta sudah memutuskan hubungan dengan komunisme.
Hatta dan kawan-kawannya ditahan selama lima setengah bulan di Penjara Rotterdam sebelum akhirnya disidang pada 22 Maret 1928. Pada saat sidang, beliau memberikan sebuah pidato berjudul Indonesie Vrij yang berarti Indonesia Merdeka. Dalam pidato tersebut, Hatta membantah segala tuduhan-tuduhan yang dialamatkan kepada dirinya dan teman-temannya.
Sidang akhirnya memutuskan untuk mencabut segala tuduhan dan membebaskan keempat aktifis tersebut. Naskah pidato legendaris tersebut kemudian diselundupkan dan disebarkan di Indonesia.
Bagaimana? Hebat bukan pahlawan proklamasi kita yang satu ini? Masih mahasiswa tapi sudah berjuang dan membuat pidato yang melegenda. Masih banyak hal yang bisa dipelajari dari sosok Moh Hatta, jadi simak terus artikel biografi dan profil lengkap tentang beliau, ya!
Baca juga: Biografi & Profil Prabowo Subianto
3. Kembali Ke Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons
Setelah menyelesaikan studinya, Moh Hatta berencana kembali ke Indonesia dan membentuk kembali Pendidikan Nasional Indonesia (PNI) bersama Sutan Syahrir. Tapi sebelum membaca profil lengkap dan biografi ini, tahukah Anda jika Moh Hatta sebetulnya mendapat tawaran untuk masuk ke parlemen Belanda?
Wakil Presiden Indonesia pertama tersebut sebenarnya menolak tawaran Belanda, sayangnya berita yang sampai ke Indonesia pada saat itu berbeda. Sehingga Soekarno yang mendengar hal ini di Indonesia, malah menuduh Hatta sebagai orang yang tidak konsisten dan non-kooperatif. Dalam video berisi biodata dan profil Moh Hatta, diceritakan bahwa 2 bulan pertama kali sejak kedua proklamator bertemu di Bandung, mereka justru saling memberi sindiran lewat tulisan.
Hingga akhirnya, tak lama Belanda memutuskan Soekarno akan dikirim ke penjara. Menanggapi kejadian itu, Hatta justru melancarkan protes paling keras membela Soekarno lewat tulisan-tulisannya.
Pada tahun 1934, Hatta bersama Syahrir diasingkan ke Boven Digul, Papua karena dianggap membahayakan pemerintah Belanda. Di Digul, Hatta berperan aktif untuk memberantas penyakit Malaria yang memang mewabah di sana. Selain itu, selama pengasingan dirinya biasa menghabiskan waktu untuk membaca buku yang dibawa dan menulis untuk koran-koran di Jakarta.
Pada 1936, menurut biografi lengkapnya, bung Hatta dipindahkan ke Banda Neira. Di tempat ini beliau menulis untuk beberapa koran dan bercocok tanam. Hingga akhirnya pada 1942, beliau kembali dipindahkan ke Jawa, tepatnya di Sukabumi untuk waktu yang singkat sebab Belanda menyerah pada Jepang.
4. Masa Jepang
Sumber: Wikimedia Commons
Saat Belanda menyerah dan kekuasaan di Indonesia diambil alih oleh Jepang, Hatta dipanggil kembali ke Jakarta untuk kerjasama dengan diiming-imingi jabatan. Beliau menolak tawaran tersebut dan memilih untuk menjadi penasihat saja.
Tidak hanya beliau, langkah serupa juga diambil oleh pemimpin pergerakan lainnya seperti Soekarno, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Pemerintah Jepang kemudian menjadikan mereka pemimpin Pusat Tenaga Rakyat (Putera), sebuah organisasi propaganda untuk membantu Jepang dalam perang pasifik. Sebagai gantinya, atas nama persaudaraan Asia, Indonesia diakui sebagai negara merdeka dan bukan koloni Jepang.
a. Menjadi Penasihat Jepang
Moh Hatta bercerita secara lengkap dalam biografi dirinya, pada saat itu dia merasa dilema. Karena merasa bersalah telah membuat saudara setanah airnya menderita karena romusha, tapi di sisi lain pilihan tersebut adalah yang terbaik. Sebab, berbeda dengan Belanda yang masih mau melakukan dialog dan berunding, Jepang cenderung lebih tegas dan kejam.
Hal inilah yang membuatnya dikecam tokoh-tokoh pergerakan lapangan seperti Tan Malaka dan Alimin Prawirodirjo. Mereka beranggapan bahwa cara yang dilakukan Hatta dan lainnya terlalu lembek dan merugikan rakyat.
b. BPUPKI
Di masa penjajahan Jepang, selama bertahun-tahun tokoh-tokoh dan founding father Indonesia mengusahakan kemerdekaan Indonesia lewat dialog dan diplomasi. Hingga akhirnya mereka berhasil mendesak Jepang untuk membentuk Dokuritsu Junbi Choosakai (BPUPKI), sebuah badan yang dibentuk untuk membahas persiapan kemerdekaan.
Sidang BPUPKI secara resmi digelar pertama kali pada 28 Mei 1945 tersebut menghadirkan tokoh pergerakan dari berbagai daerah, pergerakan, dan bidang. Misalnya Mohammad Yamin, Radjiman Wedyodiningrat, Ahmad Soebardjo, Ki Bagoes Hadikusumo, KH Agus Salim, dan lain-lain. Sidang pertama berlangsung pada 28 Mei hingga 1 Juni 1945, sementara sidang kedua berlangsung pada 10 hingga 17 Juli 1945.
Pada sidang pertama, terjadi diskusi yang alot tentang pembentukan dasar negara. Saat itu para founding father terpecah kedalam dua kubu, nasionalis dan Islam. Menurut biografi lengkap beberapa tokoh dan buku sejarah diceritakan bung Hatta termasuk dalam kubu nasionalis.
Usai sidang pertama, dibentuk panitia sembilan yang bertugas mendiskusikan gagasan umum yang telah dikemukakan pada rapat pertama dengan lebih detil. Bung hatta merupakan salah satu dari anggota panitia sembilan tersebut. Hasil diskusi dalam forum kecil ini kemudian menghasilkan sebuah gentleman’s agreement yang kemudian lebih dikenal sebagai Piagam Jakarta.
Pada sidang BPUPKI kedua, majelis dibagi menjadi beberapa kelompok untuk membahas hal-hal yang lebih spesifik. Menurut biografi lengkap dan profil Moh Hatta, dirinya awalnya tergabung dalam kelompok dengan agenda bahasan hukum tata negara, sementara Yamin di kelompok yang membahas ekonomi. Jadi Soekarno memintanya bertukar karena Yamin lebih ahli bidang hukum tata negara.
c. PPKI
Setelah sidang BPUPKI selesai dan menghasilkan Rancangan Undang Undang Dasar, dibentuklah Dokuritsu Junbi Iinkai (PPKI). Panitia ini berjumlah 21 orang dengan perwakilan dari Jawa 12 orang, Sumatra 3 orang, Kalimantan 1 orang, Sulawesi 2 orang, Nusa Tenggara 1 orang, Maluku 1 orang, dan Tionghoa 1 orang. Panitia ini diketuai oleh Soekarno dan Hatta sebagai wakilnya.
Dalam video berisi biodata Moh Hatta milik ANRI, pemerintah Jepang awalnya memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia pada 24 Agustus 1945. Menurut pengakuan Bapak Proklamasi tersebut, saat itu dirinya benar-benar merasa senang menunggu datangnya hari tersebut. Sampai akhirnya meletuslah bom di Hiroshima dan Nagasaki yang melemahkan kekuatan Jepang.
d. Peristiwa Rengasdengklok
Hal tersebut mendorong golongan muda seperti Soekarni, Wikana, dan Chaerul Saleh mendesak untuk mengumumkan kemerdekaan sesegera mungkin. Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebardjo yang termasuk golongan tua, terpaksa diculik dan didesak untuk memerdekakan diri tanpa bantuan Jepang. Akhirnya, pada 17 Agustus 1945 Soekarno dan Hatta sebagai perwakilan rakyat mengumumkan kemerdekaan Indonesia.
Proses proklamasi adalah momen haru yang sangat bersejarah dan penting bagi rakyat Indonesia. Tidak hanya dari tulisan biografi lengkap tokoh yang terlibat seperti Moh Hatta atau Soekarno, kamu juga bisa menyaksikan kronologinya lewat video di channel YouTube ANRI.
Baca juga: Biodata & Profil Jonatan Christie
Peran Moh Hatta setelah Proklamasi
Setelah proklamasi, Indonesia masih dalam keadaan genting sebab Belanda lewat pasukan sekutu berusaha untuk menguasai kembali Indonesia. Untuk itu, beliau mengusulkan adanya sidang darurat pada 18 Agustus 1945 yang bertujuan mengesahkan Undang-Undang Dasar.
Pada saat sidang itu pula, diangkatlah dirinya sebagai Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Jika kamu ingin tahu kiprah Moh Hatta setelah menjadi wakil presiden, simak terus artikel biografi dan profil lengkap berikut.
1. Menjadi Perwakilan Indonesia
Sumber: Wikimedia Commons
Meski sudah melakukan deklarasi kemerdekaan, Indonesia belum sepenuhnya bebas sebab harus menghadapi agresi militer Belanda. Perjanjian Linggarjati yang telah disepakati dengan Belanda juga tidak bertahan lama. Oleh sebab itu pada 1947, Moh Hatta terbang ke Mesir dan India untuk mencari dukungan. Hasilnya, Perdana Menteri India, Jawarharlal Nehru berjanji akan membantunya mendapat dukungan di PBB.
Dengan dukungan dari beberapa negara tersebut, Indonesia berhasil mendapatkan simpati dari beberapa negara di PBB. Bahkan, Inggris yang tadinya merupakan sekutu mengecam agresi Belanda.
Dengan adanya desakan PBB, Belanda akhirnya membuka kesempatan untuk melakukan perundingan. Pada 1949, diadakan Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag yang mengakhiri agresi militer Belanda. Perundingan tersebut berlangsung selama lebih dari tiga bulan dan dia ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Indonesia untuk KMB.
2. Menjadi Perdana Menteri
Salah satu dari hasil dari KMB adalah dibentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS). Hatta kemudian ditunjuk menjadi perdana menteri merangkap menteri luar negeri, sementara Soekarno ditunjuk menjadi Presiden RIS. Tetapi RIS tidak berlangsung lama dan Indonesia berubah menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 1950.
3. Membuat Koperasi
“Rakyat harus memiliki kualitas hidup yang baik dan bermartabat.” Hal itu adalah salah satu quote Moh Hatta yang merupakan dasar kebijakan koperasi untuk rakyat yang dicetuskannya.
Kebijakan beliau membuat ekonomi Indonesia pada saat itu stabil, meski kondisi negara saat itu sedang berperang. Sayangnya setelah mundur dari jabatan wapres, koperasi secara perlahan semakin tidak berkembang karena sistem ekonomi terpimpin.
4. Dewan Penasihat Presiden
Setelah mundur dari jabatannya sebagai Wakil Presiden RI pada 1 Desember 1956, Hatta menghabiskan waktunya untuk menulis buku. Baginya, menulis buku adalah cara terbaik untuk dirinya berpendapat.
Hingga pada 1972, Presiden Soeharto mengangkatnya menjadi salah satu Dewan Penasihat Presiden bersama dengan Prof Mr. Soebardjo, Prof Mr. Sunario, A.A. Maramis, dan Prof Mr. Pringgodigdo. Dewan ini dibentuk dengan tujuan untuk memberikan pengertian terhadap Pancasila.
Baca juga: Biografi & Profil RA Kartini
Kontroversi
Bung Hatta memang memiliki peran yang sangat besar bagi kemerdekaan Indonesia. Tapi, tahukah kamu bahwa ada kontroversi karena perbuatannya? Dalam artikel biodata dan profil lengkap Moh Hatta berikut akan dijelaskan beberapa kontroversi beliau. Ingin tahu? Simak terus ya!
1. Penghapusan Tujuh Kata di Piagam Jakarta
Pada rapat BPUPKI, Piagam Jakarta telah disetujui sebagai dasar negara yang nantinya akan disahkan saat Indonesia merdeka. Piagam tersebut merupakan hasil perundingan alot dari pihak nasionalis dan Islam. Tapi pada pagi hari sebelum ratifikasi Undang-Undang Dasar, Hatta dengan bantuan Kasman Singodimedjo melobi Ki Bagoes Hadikusumo.
Dalam biografi lengkap bung Hatta, ia bercerita pada Ki Bagoes bahwa malam hari setelah proklamasi, datang opsir Jepang yang mendesak pencoretan tujuh kata di Piagam Jakarta. Kalimat yang dicoret tersebut berbunyi, “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk pemeluknya.”
Hingga kini tidak ada yang mengetahui siapa opsir Jepang yang dimaksud Moh Hatta, bahkan tidak dijelaskan juga dalam biografi lengkap Kasman. Hal ini menjadi sebuah keanehan sebab Ki Bagoes sangat tegas mempertahankan Syariat Islam di Piagam Jakarta pada rapat BPUPKI. Sementara hanya dengan waktu singkat Hatta dapat meyakinkan beliau.
2. Perselisihan dengan Soekarno
Sumber: Wikimedia Commons
Soekarno dan Hatta memang dijuluki dwitunggal karena saling melengkapi. Bung Karno sebagai orator yang berada di depan rakyat, sementara Bung Hatta sebagai pemikir. Tapi sebenarnya, mereka berdua benar-benar pribadi yang jauh bertolak belakang.
Perbedaan-perbedaan tersebut sering membuat kedua proklamator ini berselisih paham mengenai pengambilan kebijakan, terutama sesudah proklamasi. Dalam biografi lengkap Moh Yamin, digambarkan Moh Hatta seperti hujan yang selalu mematikan ide Soekarno yang terkadang berapi-api dan tanpa pikir panjang. Sayangnya, setelah Belanda mundur, Soekarno semakin otoriter sehingga semakin sering berselisih dengan wakilnya tersebut.
Puncak perselisihan mereka terjadi pada tahun 1956, ketika wakil Presiden Pertama Indonesia mengundurkan diri dari jabatannya. Dalam biografi lengkap Moh Hatta, ia mengaku marah terhadap sikap Soekarno yang terlalu mencampuri urusan kabinet. Ia mengungkapkan bahwa ia sudah tidak bisa lagi menegurnya dan hubungan mereka sudah merenggang.
Alasan lainnya adalah kedekatan Soekarno dengan Partai Komunis yang terbukti semakin terlihat pada tahun 1960-an. Seperti yang telah dijelaskan di atas, Hatta tidak mendukung paham komunisme.
Baca juga: Biodata & Profil Sandiaga Uno
Pelajaran Apa yang Kamu Petik dari Biografi & Profil Lengkap Moh Hatta di Atas?
Semoga ada hal yang dapat dipelajari dengan membaca biodata dan profil lengkap Moh Hatta di atas. Sosok beliau yang cerdas, sederhana, dan kritis dapat menjadi motivasi bagi kamu baik dalam hal belajar di sekolah atau berkarir.
Jangan lupa kunjungi artikel tokoh lainnya yang ada di KepoGaul. Tidak hanya artikel biografi dan profil lengkap pahlawan seperti bung Karno dan Moh Hatta saja, ada juga biodata Presiden Jokowi atau Habibie.