
Kalau kamu perhatikan deretan pahlawan nasional, di sana ada nama Martha Christina Tiahahu yang gugur dalam peperangan di usia muda. Gadis tangguh asal Maluku ini harus meregang nyawa untuk mengusir para penjajah saat usianya baru 18 tahun. Nah, buat yang penasaran gimana kisah lengkapnya, baca saja langsung di biografi Martha Christina Tiahahu ini.
- Nama
- Martha Christina Tiahahu
- Tempat, Tanggal Lahir
- Maluku, 4 Januari 1800
- Meninggal Dunia
- Laut Banda, 2 Januari 1818
- Warga Negara
- Indonesia
- Orang Tua
- Paulus Tiahahu (Ayah), Petronela Warlau (Ibu)
Kamu lagi nyari biografi Martha Christina Tiahahu, sang pemudi tangguh asal Maluku? Kalau iya, pas banget, nih. Soalnya, kamu bisa membaca ulasan lengkap tentang kehidupan dan perjuangannya di sini.
Kalau ditanya tentang pejuang wanita yang menginspirasi, kebanyakan orang mungkin akan menjawab R.A. Kartini, Cut Nyak Dhien, atau Dewi Sartika. Ketiga pahlawan wanita nasional ini memang sungguh menginspirasi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan caranya masing-masing.
Tapi, perlu kamu tahu bahwa sebelum mereka lahir, sudah ada Martha Christina Tiahahu yang berjuang sengit melawan para penjajah. Perjuangannya pun tidak kalah heroik dan menarik untuk disimak, lho.
Terlebih lagi, umurnya baru 17 tahun ketika terjun ke medan perang. Dengan membawa tombak, memakai ikat kepala berwarna merah, dan rambut terurai, ia ikut mengobarkan semangat para pejuang untuk mengusir para penjajah yang merampas kehidupan mereka.
Gimana? Kamu makin penasaran pengin membaca kisah tentangnya, kan? Kalau gitu, nggak usah basa-basi lagi. Langsung aja baca cerita lengkapnya di bawah ini, yuk! Selamat membaca!
Sekilas tentang Kehidupan Pribadi Martha Christina Tiahahu
Saat mencari biografi Martha Christina Tiahahu, mungkin kamu bertanya-tanya gimana kehidupannya waktu masih kecil, kan? Nggak usah khawatir karena jawabannya akan kamu dapatkan di sini.
Martha Christina Tiahahu lahir pada tanggal 4 Januari 1800 di Abuabu, Nusa Laut, Maluku. Ia merupakan anak tunggal dari pasangan Paulus Tiahahu dan Petronela Warlau.
Ayahnya adalah seorang pejuang yang menjadi salah satu orang kepercayaan Pattimura. Sedangkan ibunya sudah meninggal ketika dirinya masih kecil. Tidak mempunyai orang tua yang lengkap tentu saja membuat hatinya sedih. Namun di tengah keadaan yang serba sulit itu, ia bisa tumbuh menjadi seorang gadis yang mandiri dan pemberani.
Gadis ini mempunyai hubungan yang dekat dengan ayahnya. Ya, wajar saja karena sang ayah adalah satu-satunya orang tua yang dimilikinya.
Ke mana pun ayahnya pergi, ia selalu ikut. Bahkan, ia juga ikut saat ayahnya pergi menghadiri pertemuan-pertemuan untuk membahas strategi perang dan hal penting yang lainnya. Maka nggak heran jika Martha Christina mempunyai semangat nasionalisme yang besar karena sedari kecil sudah sering ikut rapat mengatur strategi perang melawan penjajah.
Saat menginjak remaja, satu hal yang diminta Martha Christina Tiahahu kepada Paulus Tiahahu adalah adalah izin untuk ikut bertempur. Laki-laki tersebut tentu saja tidak mengizinkannya karena usia sang putri yang masih terlalu muda.
Menurut buku Martha Christina (1981) karangan Dra. Nyonya L.J.H Zacharias, diceritakan bahwa ia membujuk sang ayah sampai tiga kali supaya memperbolehkannya ikut bertempur. Larangan ayahnya tentu sia-sia belaka karena ia sudah membulatkan tekad untuk berperang.
Baca juga: Biografi Bob Sadino, Pengusaha Sukses yang Memulai Usaha dari Telur Ayam Negeri
Pemicu Rakyat Nusa Laut Melawan Belanda
Kamu pastinya sudah nggak sabar untuk membaca kisah perjuangan Martha Christina Tiahahu dalam ulasan biografi ini, kan? Eits… tapi tunggu dulu, sebelum itu sebaiknya kamu cari tahu alasan mengapa ia bertekad untuk melawan mengusir Belanda. Yuk, simak kelanjutannya!
Ceritanya berawal dari Kongsi Dagang Belanda atau yang lebih dikenal dengan VOC datang ke Maluku pada tahun 1600-an. Kedatangan mereka ke sini tak lain dan tak bukan adalah untuk mencari rempah-rempah.
Namun pada waktu itu, Maluku sudah terlebih dahulu dikuasai oleh Portugis. Mau tak mau, Belanda melawan Portugis supaya dapat memonopoli hasil rempah-rempah di sana. Tepatnya pada tahun 1605, Belanda menyerang dan berhasil memukul mundur pasukan Portugis.
Setelah itu, kamu sudah bisa menebak apa yang terjadi, kan? Ya, Belanda memonopoli perdagangan rempah-rempah di semua wilayah Maluku, termasuk di Nusa Laut. Pulau ini dikenal sebagai surganya rempah-rempah karena bisa menghasilkan cengkih yang bermutu tinggi. Makanya, tidak heran kalau kehidupan penduduknya cukup layak.
Sayangnya semenjak praktik monopoli Belanda, rakyat menjadi semakin menderita dan tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup lagi. Tidak hanya dirampas semua hasil panennya, mereka juga diwajibkan untuk melakukan kerja paksa. Hal inilah yang kemudian memicu perlawanan untuk mengusir orang-orang Belanda dari wilayah mereka.
Para pemimpin di Nusa Laut kemudian mengangkat Thomas Matulessy alias Kapiten Pattimura untuk memimpin perlawanan. Penduduk pun setuju, termasuk Paulus dan Martha Christina Tiahahu. Mereka kemudian saling bahu-membahu mengusir para penjajah.
Merebut Benteng Beverwijk
Buat cewek-cewek,nih, setelah kamu berusia 17 tahun, hal apa yang pengin banget kamu lakukan? Apakah mempunyai pacar atau bisa membeli barang-barang dan kebutuhan makeup sendiri? Normalnya mungkin memang seperti itu, kan?
Tapi tidak bagi Martha Christina Tiahahu. Jangankan berpikiran untuk mempunyai kekasih, satu-satunya yang diinginkannya adalah ikut berperang supaya tempat kelahirannya bisa terbebas dari belenggu penjajahan.
Saat sudah berumur 17 tahun, ia akhirnya diizinkan oleh sang ayah untuk terjun ke medan perang. Ia kemudian pergi ke hutan-hutan bersama ayahnya menghadiri pertemuan untuk mematangkan strategi mengalahkan Belanda.
Pada tanggal 14 Mei 1817, keduanya pergi ke Hutan Saniri untuk menghadiri pertemuan besar yang diadakan oleh Pattimura. Kesempatan itu digunakan untuk mematangkan rencana pengambilalihan Benteng Beverwijk dan Duurstede milik Belanda.
Di pertemuan itu pula, para pejuang mengucapkan sumpah untuk selalu berjuang bersama-sama apa pun keadaannya dan siapa yang berkhianat akan mendapat hukuman gantung. Mereka mengucapkan janji tersebut berulang kali sehingga semakin menyulut kobaran semangat dalam diri mereka.
Keesokan harinya, rencana untuk merebut Benteng Beverwijk pun dijalankan. Pagi-pagi buta, para pejuang yang dipimpin oleh Paulus Tiahahu menyerang benteng tersebut. Pasukan Belanda yang tidak siaga dibuat kalang kabut oleh serangan yang mendadak itu.
Perkelahian pun tidak bisa dihindari. Banyak korban jiwa yang berjatuhan dari kedua belah pihak. Beruntungnya pengorbanan itu tidak sia-sia karena para pejuang berhasil merebut benteng pertahanan Belanda ini. Nah, inilah sedikit kisah pertempuran pertama Martha Christina Tiahahu dalam biodata ini.
Menuntaskan Misi Merebut Benteng Duurstede
Perang pertama merebut Benteng Beverwijk usai sudah, tapi tentu saja itu baru permulaan. Selanjutnya dalam biografi Martha Christina Tiahahu ini, kamu akan membaca bagaimana usaha rakyat Maluku untuk merebut Benteng Duurstede.
Benteng Duurstede mulanya dibangun oleh Portugis yang kemudian jatuh ke tangan Belanda. Tempat ini mempunyai peran yang vital bagi VOC karena merupakan pusat pemerintahan dan pertahanan selama menguasai Maluku.
Untuk merebut benteng tersebut, strategi yang digunakan oleh para gerilyawan masih sama, yaitu menggunakan serangan mendadak saat pagi-pagi buta. Cara ini memang efektif, terbukti pasukan Belanda lagi-lagi dibuat kelabakan.
Pertempuran yang memakan banyak korban jiwa pun tidak terelakkan. Pihak Belanda-lah yang paling merugi karena residen mereka, Van den Berg beserta keluarganya yang tinggal di sana ikut tewas dan hanya anak laki-lakinya berusia 5 tahun yang selamat.
Pertarungan selesai, Benteng Duurstede dapat direbut oleh rakyat Maluku. Keadaan ini tentu saja membuat Belanda semakin berang dan takut karena kedudukan mereka mulai goyah. Mereka tentu ingin merebut tempat itu secepatnya. Namun keinginan tersebut tidak bisa segera terwujud karena semua kiriman senjata diambil alih dan pasukan tambahan sudah ditumpas oleh para pejuang.
Baca juga: Biodata Merry Riana, Motivator yang Mendapat Julukan Wanita Sejuta Dolar
Pengkhianatan yang Membawa Malapetaka
Seperti yang kamu baca dalam ulasan biografi Martha Christina Tiahahu di atas, Belanda tentunya tidak diam begitu saja melihat pusat kegiatan mereka diambil alih oleh para pejuang. Selama beberapa bulan, mereka mengumpulkan bantuan dan memantapkan strategi untuk melakukan serangan balik.
Pasukan Belanda kemudian melakukan operasi besar-besaran dengan melibatkan lebih banyak bala tentara. Mereka juga dipersenjatai dengan alat yang lebih canggih.
Faktor lain yang membuat mereka mantap untuk menyerang balik adalah adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh Patih Akoon dan Dominggus Tawanakotta. Dua orang tersebut mengkhianati para pejuang dengan membocorkan semua informasi keamanan di dalam benteng yang dirancang sedemikian rupa oleh Pattimura.
Akibatnya tentu sangat fatal. Para pejuang pun menjadi kewalahan saat menghadapi Belanda hingga mereka terpaksa lari dan bersembunyi di Desa Ouw-Ulath yang terletak di pegunungan. Sayangnya, tempat persembunyian tersebut bisa dengan cepat ditemukan oleh Belanda karena mereka mempunyai peralatan dan persenjataan yang lebih canggih.
Peperangan pun membara saat pasukan Belanda membakar desa tersebut. Para pejuang semakin terdesak. Namun hal itu tidak menyurutkan semangat Martha Christina Tiahahu untuk menumpas para penjajah.
Dengan membawa tombak, memakai ikat kepala berwarna merah, dan membiarkan rambutnya terurai, ia ikut maju perang. Tak cuma itu, ia juga terus memberi semangat untuk para pejuang, khususnya wanita, agar membantu para lelaki yang sedang bertempur.
Semua tenaga sudah dikerahkan, tapi itu masih belum cukup. Cadangan senjata pun semakin menipis. Melihat keadaan tersebut, Belanda menggunakan kesempatan itu untuk semakin gencar menyerang
Rakyat yang terdesak pun kemudian melempari mereka dengan menggunakan batu. Tapi, pada akhirnya mereka harus kalah.
Pasukan Belanda bisa merebut kembali bentengnya dan menangkap Pattimura, Paulus Tiahahu, Martha Christina, dan petinggi penting lainnya. Martha Christina dibebaskan karena umurnya masih muda, sedangkan ayahnya dan Pattimura dihukum mati.
Baca juga: Biografi Dewi Sartika, Sang Pejuang Hak-Hak Kaum Perempuan dari Priangan
Kembali Ditangkap Hingga Meninggal Dunia
Setelah dibebaskan, apakah menurutmu gadis tangguh ini akan menyerah saja? Tentu saja tidak. Kalau kamu penasaran dengan apa yang akan ia lakukan selanjutnya, teruskan membaca biografi Martha Christina Tiahahu ini, ya!
Mengetahui sang ayah akan dihukum mati, Martha tentu tidak bisa diam begitu saja. Ia mengusahakan berbagai cara agar ayahnya bisa kembali. Sayangnya, semua usaha yang dilakukannya tidak berhasil. Dengan mata kepalanya sendiri, dia harus menyaksikan ayahnya ditembak mati.
Kehilangan orang tua satu-satunya dengan cara yang tidak manusiawi seperti itu tentu saja membuat Martha sangat marah. Ia kemudian mengumpulkan para pejuang yang masih ada untuk kembali melakukan perlawanan. Namun dikarenakan jumlahnya yang tidak sebanding, mereka dengan mudah bisa ditangkap lagi oleh pasukan Belanda pada bulan Desember 1917.
Kali ini, ia tidak dibebaskan seperti sebelumnya. Dirinya bersama para pejuang yang lain akan dibawa ke Pulau Jawa untuk menjalani kerja paksa di perkebunan-perkebunan kopi milik Belanda.
Mereka semua kemudian diangkut menggunakan Kapal Eversten menuju ke Jawa. Selama perjalanan, Martha Christina Tiahahu tidak mau berbicara kepada siapa pun. Bahkan, ia juga tidak mau menyentuh makanannya. Kondisinya pascakematian sang ayah memang sudah tidak terlalu baik, ia mengalami depresi akibat kesedihan mendalam yang dirasakannya.
Meskipun dibujuk dengan berbagai cara, dia tetap bergeming. Dengan membiarkan rambutnya tetap terurai, dirinya bersumpah tidak akan menggelungnya sebelum mandi darah Belanda.
Sayang, keinginan Martha Christina Tiahahu itu belum bisa terwujud. Dikarenakan kondisi yang semakin melemah, ia pun meninggal pada pada tanggal 2 Januari 1818. Jenazahnya disemayamkan dengan penghormatan militer dan dilarung di Laut Banda.
Baca juga: Biografi Steve Jobs, Pendiri Apple yang Membangun Kerajaan Bisnisnya dari Nol
Apresiasi Perjuangan Martha Christina Tiahahu
Seperti yang sudah kamu baca lewat biografi Martha Christina Tiahahu di atas kalau perjuangan yang dilakukannya memang benar-benar luar biasa. Meskipun dirinya masih muda, tapi hal itu tidak menghalangi tekadnya untuk mengusir penjajah dari Maluku.
Nah, berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/ Tahun 1969 yang dikeluarkan pada tanggal 20 Mei 1969, Martha Christina Tiahahu secara resmi dianugerahi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia. Selain itu, sosoknya juga diabadikan dalam prangko yang terbit pada tahun 1999.
Pemerintah juga menetapkan tanggal 2 Januari sebagai Hari Martha Christina Tiahahu, lho. Setiap tanggal tersebut, rakyat memperingati perjuangan dan pengorbanannya dengan melakukan tabur bunga di Laut Banda.
Oh iya, masih ngomongin soal laut, ternyata namanya juga diabadikan pada sebuah kapal perang Indonesia yang dibeli dari Inggris tahun 1979 lalu. Kapal tersebut diberi nama KRI Martha Christina Tiahahu.
Tak hanya itu saja, sebuah monumen setinggi 7 meter juga dibangun di tanah kelahiran Martha sebagai simbol perjuangan dan mengenang jasa-jasanya. Di atas tugu tersebut dibangun patung yang menonjolkan ciri khasnya, yaitu memegang tombak, rambut panjang yang terurai, dan mengenakan ikat kepala.
Monumen tersebut diresmikan pada tanggal 2 Januari tahun 1977 oleh Menteri Sosial Republik Indonesia waktu itu, yaitu H.M.S. Mintaredja. Di monumennya tertulis “Martha Christina Tijahahu, Mutiara Nusa Laut, Pahlawan Nasional RI, Tak Lelah Berjuang Mengusir Penjajah Belanda dari Maluku, Gugur pada Tanggal 2 Januari 1818.”
Buat kamu yang hobi traveling dan sedang berencana untuk jalan-jalan ke Ambon, nggak ada salahnya nanti kalau menyempatkan waktu untuk mengunjungi obyek wisata sejarah ini. Karena letak lokasinya yang cukup tinggi, kamu bisa melihat keindahan kota Ambon dari sini.
Teladan yang Diambil Setelah Membaca Biografi Martha Christina Tiahahu
Itulah tadi ulasan lengkap biografi Martha Christina Tiahahu, mulai dari masa kecil, perjuangan yang dilakukan, hingga wafatnya. Semoga tidak hanya memuaskan rasa ingin tahumu, tapi juga membuatmu bisa meneladani sifatnya yang pemberani dan tidak putus asa.
Di zaman modern ini, mungkin kamu tidak perlu lagi angkat senjata dan berperang melawan penjajah. Tapi darinya kamu bisa belajar untuk tetap semangat dan tidak pernah menyerah untuk menggapai cita-citamu. Meskipun jalannya tidak akan selalu mulus, tapi percayalah kamu bisa melewati semuanya. Semangat, ya!
Selain biografi Martha Christina Tiahahu, kamu juga bisa membaca artikel menarik tentang tokoh-tokoh Indonesia di KepoGaul, lho. Tidak hanya akan membuatmu melek sejarah, tapi juga bisa mengambil teladan dari sifat-sifat mereka. Beberapa di antaranya ada biografi Maria Walanda Maramis, Mahatma Gandhi, Cut Nyak Dhien, dan Ki Hajar Dewantara.
Nah, jangan lupa juga untuk cek artikel-artikel lain yang nggak kalah seru, mulai dari berita tentang seleb, makeup, rekomendasi tempat wisata asyik, hingga resep kuliner yang mudah dipraktikkan pun ada. Baca KepoGaul terus, ya!