
Raden Patah adalah sosok pendiri Kesultanan Demak yang ternyata merupakan keturunan Raja Majapahit. Hmm... bagaimana bisa penguasa kerajaan Hindu memiliki keturunan yang menjadi pendiri kerajaan Islam? Nah, kalau kamu penasaran, yuk, langsung saja baca biografi Raden Patah yang ada di artikel ini!
- Nama
- Raden Patah
- Tempat, Tahun Kelahiran
- Palembang, 1455
- Meninggal
- 1518
- Warga Negara
- Indonesia
- Pasangan
- Putri Bong Swi Hoo, Putri Rangdu Sanga, Putri Dipati Jipang
- Anak
- Raden Surya, Raden Trenggono, Raden Kanduruwan, Raden Kikin, Ratu Mas Nyawa
- Orangtua
- Brawijaya V (Ayah), Siu Ban Ci (Ibu)
Tentunya kamu sudah sering mendengar perihal Kesultanan Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa, bukan? Nah, di biografi ini kami akan mengupas tuntas kisah kehidupan Raden Patah yang merupakan sosok pendiri Kesultanan Demak.
Ya, mungkin sebelumnya kamu sudah pernah membaca informasi tentangnya ketika berada di bangku sekolah. Bagaimana tidak, nama tokoh yang satu ini tampaknya memang wajib dicantumkan di buku-buku Sejarah.
Meski demikian, informasi tentang Raden Patah di buku pelajaran mungkin kurang lengkap karena pembahasannya dicampur dengan sejarah Kesultanan Demak. Oleh sebab itu, artikel ini hadir untuk memuaskan rasa ingin tahumu tentang sosok yang ternyata silsilahnya masih menjadi kontroversi ini.
Ya sudah, tak perlu berlama-lama lagi. Jika kamu sudah keburu penasaran dengan perjalanan hidup Raden Patah beserta segala kontroversi yang meliputinya, segera saja simak biografi ini sampai selesai!
Keluarga dan Asmara
Jika ingin lebih mengenali kepribadian seseorang, ada baiknya jika kita lihat dahulu latar belakang keluarga dan kehidupan asmaranya. Oleh sebab itu, dibagian pertama biografi ini kami menyajikan kehidupan pribadi Raden Patah terlebih dahulu. Yuk, simak!
1. Silsilah Keluarga
Raden Patah atau Raden Bagus Kasan (Hasan) atau Jin Bun lahir pada tahun 1455 di Palembang. Ia adalah anak Bhre Kertabhumi yang menjadi Raja Brawijaya V dan seorang selir asal Tiongkok bernama Siu Ban Ci. Hal ini menjelaskan mengapa Raden Patah memiliki nama Tiongkok tanpa marga. Ya, itu karena yang berasal dari Tiongkok adalah ibunya.
Ibu Jin Bun adalah putri dari Tan Go Hwat alias Kyai Batong yang merupakan penasihat Brawijaya V. Karena permasuri Brawijaya V yang bernama Ratu Dwarawati tak kunjung memiliki keturunan, Tan Go Hwat berusaha mengobati kegundahan Brawijaya V dengan menawarkan putrinya untuk dijadikan selir sang raja.
Brawijaya V pun setuju dan akhirnya menikahi Siu Ban Ci. Tak berapa lama kemudian, Siu Ban Ci mengandung. Namun, Ratu Dwarawati merasa cemburu dengan kehamilan Siu Ban Ci. Mungkin sang ratu takut jika Brawijaya akan lebih menyayangi Siu Ban Ci jika anaknya lahir.
Oleh sebab itu, Ratu Dwarawati mengancam Brawijaya V untuk segera memulangkan Siu Ban Ci. Jika tidak, maka Ratu Dwarawati akan kembali ke negerinya. Karena Brawijaya V sangat mencintai sang permaisuri, maka ia segera menyingkirkan Siu Ban Ci dari keraton Majapahit.
Namun, bukan untuk dipulangkan, melainkan diberikan pada Arya Damar, Adipati Palembang yang berada di bawah kekuasaan Majapahit. Meski demikian, ia berpesan pada Arya Damar untuk tak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu dengan Siu Ban Ci sebelum anaknya yang kemudian dikenal dengan nama Raden Patah terlahir ke dunia.
Baca juga: Biografi Nyi Ageng Serang, Pejuang Wanita yang Berperan Besar dalam Perang Diponegoro
2. Istri dan Anak-Anak
Raden Bagus Kasan memiliki tiga orang istri, yaitu putri dari Bong Swi Hoo (Sunan Ampel), putri dari Rangdu Sanga, dan putri dari Dipati Jipang. Dari istri pertama sekaligus permaisuri utama, yaitu putri Sunan Ampel, Raden Bagus memiliki dua orang putra.
Putra pertama bernama Raden Surya atau Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang kemudian menjadi Sultan Demak ke-2. Sedangkan putra kedua bernama Raden Trenggono yang menjadi Sultan Demak ke-3.
Dari istri kedua, putri Rangdu Sanga, lahirlah seorang putra bernama Raden Kanduruwan yang kemudian menjadi tokoh penakluk Sumenep. Sedangkan dari istri ketiga, putri Dipati Jipang, Raden Bagus Kasan memiliki satu putra dan satu putri. Sang putra dinamakan Raden Kikin sedangkan sang putri dinamakan Ratu Mas Nyawa.
Ratu Mas Nyawa kemudian menikah dengan Sunan Gunung Jati yang menjadi Sultan Cirebon. Sedangkan Raden Kikin terlibat perebutan tahta dengan putra Raden Trenggono hingga tewas di dekat sungai. Peristiwa tersebut membuat Raden Kikin mendapat julukan Pangeran Sekar Seda ing Lepen.
Baca juga: Biografi Abdul Haris Nasution, Jenderal Angkatan Darat yang Dianggap Saingan Politik oleh Soeharto
Berguru pada Sunan Ampel
Raden Patah yang lahir di Palembang dan menjadi anak tiri Arya Damar, tak bersedia menggantikan sang ayah tiri untuk meneruskan kedudukan sebagai Adipati Palembang.
Mengetahui bahwa dirinya merupakan anak kandung Raja Brawijaya V, Raden Patah memilih merantau ke Pulau Jawa untuk menemui ayah kandungnya. Tak sendiri, ia pergi ke Jawa dengan mengajak adiknya, Raden Kusen (Raden Husein), yang merupakan hasil pernikahan Siu Ban Ci dengan Arya Damar.
Namun, setibanya di Pulau Jawa, tepatnya di wilayah yang saat ini menjadi Provinsi Jawa Timur, Raden Patah dan Raden Kusen tak langsung tinggal di Majapahit, melainkan berguru terlebih dahulu dengan Sunan Ampel di Surabaya.
Sunan Ampel, ulama tersohor asal Champa yang menjadi salah satu anggota Walisongo, merupakan saudara jauh dari Siu Ban Ci (menurut Prof Dr. Ali Mufridi,MA dosen UINSA Surabaya).
Setelah lulus dari segala gemblengan yang diberikan Sunan Ampel, Raden Kusen pergi ke keraton Majapahit dan dipercaya oleh Brawijaya V untuk menjabat sebagai Adipati Terung di Kriyan Sidoarjo. Sedangkan Raden Patah diperintahkan Sunan Ampel untuk pergi ke daerah pantai utara Jawa yang kini masuk dalam Provinsi Jawa Tengah.
Mendirikan Kerajaan Demak
Setelah berguru pada Sunan Ampel, Raden Patah diperintahkan untuk membangun pesantren di pesisir utara Jawa. Inilah yang menjadi cikal bakal Kerajaan Demak. Penasaran dengan kisah selengkapnya? Simak terus biografi Raden Patah ini!
Raden Patah diperintahkan untuk membuka sebuah hutan bernama Glagahwangi yang berada di pesisir utara sebagai tempat untuk mendirikan pesantren. Tak hanya mendapat restu dari Sunan Ampel, dalam mendirikan pesantren tersebut, Raden Patah juga mendapatkan dukungan dari anggota Walisongo yang lain.
Sekadar informasi, Hutan Glagahwangi awalnya termasuk dalam wilayah Kadipaten Jepara. Namun, ketika pesantren yang didirikan Raden Patah sudah sedemikian ramai dengan kegiatan keagamaan maupun perdagangan, putra Raja Brawijaya V tersebut mendirikan kadipaten sendiri yang disebut Demak.
Meski sudah menjadi kadipaten sendiri, sama seperti Kadipaten Jepara, Kadipaten Demak juga menjadi wilayah yang menginduk pada Kerajaan Majapahit. Pusat Kadipaten Demak dibangun di daerah Bintoro sehingga keraton Demak yang pertama disebut Demak Bintoro.
Tahun 1478, Girindrawardhana yang merupakan menantu Raja Brawijaya V melakukan kudeta terhadap sang ayah mertua. Kudeta ini berakhir dengan kekalahan Brawijaya V sehingga Girindrawardhana menobatkan dirinya sendiri menjadi Brawijaya VI.
Setelah beberapa tahun menjadi penguasa Majapahit, patih Girindrawardhana yang bernama Patih Udara melakukan kudeta. Girindrawardhana mengalami kekalahan sehingga Patih Udara menggantikannya naik tahta sebagai Brawijaya VII.
Meski sudah digantikan dengan Brawijaya VI hingga Brawijaya VII, setelah masa kejatuhan Brawijaya V, Kerajaan Majapahit berangsur-angsur mulai porak poranda. Banyak kadipaten yang melepaskan diri untuk mendirikan kerajaan baru, salah satunya adalah Kadipaten Demak yang kemudian menjadi Kesultanan Demak mulai tahun 1481. Dengan demikian, Kesultanan Demak menjadi kerajaan Islam pertama yang berdiri di Pulau Jawa.
Namun, pada masa pemerintahan Raden Mukmin yang menjadi Sultan Demak ke-4, pusat pemerintahan Kesultanan Demak yang tadinya berada di Bintoro, dipindahkan ke Prawoto. Oleh sebab itu, Raden Mukmin yang memindahkan pusat pemerintahan mendapat julukan sebagai Sunan Prawoto.
Akhir Hidup Raden Patah
Setelah berjuang menyebarkan syiar Islam dan memajukan Kesultanan Demak, Raden Patah menghadap Ilahi pada usia 63 tahun di Demak. Ia kemudian dimakamkan di Kompleks Masjid Agung Demak, Jawa Tengah. Tak sendiri, makamnya juga disandingkan dengan putranya, Raden Surya atau Pati Unus atau Pangeran Sabrang Lor yang menjadi Sultan Demak ke-2, dan Raden Trenggono yang menjadi Sultan Demak ke-3.
Meski berjajar tiga dengan warna nisan yang sama , yaitu coklat muda, makam Raden Patah dibuat lebih tinggi dibanding kedua putranya. Nah, selain Raden Patah dan putranya, ada juga makam kerabat dekat dan abdinya yang makamnya didominasi dengan nisan berwarna putih.
Buat kamu yang ingin berkunjung ke makan Raden Patah, ada waktu yang disarankan oleh pihak pengelola, yaitu hari Kamis Wage pukul 17.00 WIB hingga Jumat Kliwon pukul 17.00 WIB. Meski demikian, kamu juga boleh berkunjung di luar batas waktu tersebut, kok.
Kontroversi Mengenai Garis Keturunan
Sampai di sini, tentu kamu sudah membaca rangkuman di atas yang menyebutkan bahwa Raden Patah merupakan putra Brawijaya V. Memang itulah informasi yang banyak beredar karena didasarkan pada Kitab Babad Tanah Jawi dan beberapa sumber lain.
Namun, ternyata ada juga yang menyatakan bahwa segala informasi tentang silsilah Raden Patah itu salah besar. Wah… mengapa bisa dibilang salah, ya? Kalau kamu penasaran, simak ulasannya dalam biografi Raden Patah ini!
1. Catatan Sejarah yang Keliru
Raden Patah bukan hanya murid Sunan Ampel, melainkan juga merupakan menantu sunan yang berdiam di Surabaya tersebut. Bukan lelaki biasa, Sunan Ampel adalah seorang sayyid (gelar untuk laki-laki keturunan Nabi Muhammad). Dengan demikian, secara otomatis putri Sunan Ampel akan bergelar syarifah (gelar untuk perempuan keturunan Nabi Muhammad).
Dalam perspektif Fiqih Munakahat dan Kafa’ah Syarifah, dinyatakan bahwa seorang syarifah hanya boleh dinikahkan dengan sayyid agar garis keturunan tetap terjaga. Jadi, apakah mungkin jika putri Sunan Ampel yang seorang syarifah menikah dengan Raden Patah jika saja benar bahwa pria yang juga dijuluki Jin Bun tersebut merupakan putra Brawijaya V?
Berdasarkan keterangan dari beberapa ulama yang berasal dari golongan habaib (keturunan-keturunan Nabi Muhammad), yaitu Sayyid Bahruddin Ba’alawi, Habib Muhsin Alhaddar dan Al-Habib Hadi, ada beberapa pihak yang berupaya mengaburkan silsilah Raden Patah. Orang-orang tersebut adalah para orientalis Belanda yang berpaham Zionis, seperti Barros dan Hendrik de Lame.
Tak hanya itu, rupanya Kitab Babad Tanah Jawi yang selama ini menjadi salah satu sumber informasi mengenai garis keturunan Raden Patah, ditulis ratusan tahun setelah kematian sang pendiri Kesultanan Demak. Dan lagi, proses penulisannya berada di bawah pengawasan Belanda.
Baca juga: Biografi Martha Christina Tiahahu, Salah Satu Pahlawan Nasional Muda yang Gugur di Medan Perang
2. Merupakan Keturunan Nabi Muhammad
Melengkapi semua dugaan di atas, beberapa habib juga mencantumkan nasab Raden Patah lengkap hingga sampai ke Nabi Muhammad. Berikut informasi lengkapnya yang kami rangkum di biografi Raden Patah ini.
Raden Patah merupakan putra dari Sultan Abu Abdullah (Wan Bo/Raja Champa) bin Ali Nurul Alam bin Sayyid Hussein Jamadil Kubra bin Ahmad Syah Jalal bin Abdullah bin Abdul Malik bin Alawi Amal Al Faqih bin Muhammad Syahib Mirbath bin Ali Khali Qasam bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Syekh Ubaidillah bin Ahmad Muhajirullah bin Isa Al Rumi bin Muhammad Naqib bin Ali Zainal Abidin bin Hussein bin Fatimah binti Nabi Muhammad.
Menurut catatan para habaib, Sultan Abu Abdullah menikah dengan tiga perempuan. Ketiganya adalah Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani dari Pattani Thailand, Nyai Rara Santang binti Prabu Siliwangi, dan Nyai Condrowati binti Brawijaya V.
Dari Syarifah Zainab binti Sayyid Yusuf Asy-Syandani lahirlah dua anak laki-laki yang diberi nama Sayyid Abul Muzhaffar dan Sayyid Babullah. Dengan Nyai Rara Santang binti Prabu Siliwangi, Sultan Abu Abdullah memiliki dua anak laki-laki, yaitu Sultan Nurullah dan Syarif Hidayatullah.
Sedangkan dari Nyai Condrowati binti Brawijaya V lahirlah satu anak laki-laki yang kemudian bergelar Sultan Alam Akbar Al-Fattah (Raden Fattah/Raden Patah). Gelar Akbar dinisbatkan pada gelar kakek dari pihak ayah, yaitu Sayyid Hussein Jamadil Kubro atau Syekh Maulana Al Akbar.
Berdasarkan keterangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa Brawijaya V adalah kakek kandung Raden Patah dari pihak ibu, bukan ayahnya. Sedangkan nasab ayah kandungnya yang seorang sayyid secara otomatis juga menjadikan Raden Patah menjadi sayyid pula. Itulah sebabnya ia bisa menikah dengan putri Sunan Ampel yang bergelar syarifah. Jadi, kira-kira kamu meyakini bahwa Raden Patah adalah anak Brawijaya V atau Sultan Abu Abdullah, nih?
Baca juga: Biografi WR Supratman, Pencipta Lagu Indonesia Raya yang Tidak Merasakan Kemerdekaan Indonesia
Hikmah Membaca Biografi Raden Patah
Itu tadi adalah biografi Raden Patah lengkap, mulai dari kehidupan pribadi, sejarah pendirian Kesultanan Demak, hingga akhir hayatnya. Apakah kamu sudah puas dengan ulasan di atas?
Ada banyak hikmah yang bisa diambil dari kisah perjalanan hidup Raden Patah dalam biografi ini. Salah satunya, kamu jadi tahu bahwa tak ada ketekunan yang sia-sia. Misalnya saja Raden Patah, ia dengan sabar dan gigih membuka hutan yang medannya sulit menjadi salah satu pusat peradaban besar. Bahkan juga akhirnya menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa.
Ingin mendapatkan motivasi dari biografi tokoh-tokoh selain Raden Patah? Simak terus KepoGaul.com. Tak hanya tentang tokoh, banyak juga informasi menarik lain, seperti tentang wisata, tanaman, gaya hidup, dan masih banyak lagi.