
Pernahkah kamu mendengar sejarah tentang Nabi Nuh AS dan keturunannya? Beliau merupakan rasul ketiga yang menghadapi beragam tantangan dan ujian berat dari umatnya saat berdakwah. Ingin tahu seperti apa? Baca kisah Nabi Nuh AS ini hingga habis, ya!
Mungkin banyak dari kamu yang sudah tak asing dengan kisah Nabi Nuh AS. Beliau diutus Allah SWT untuk memberi peringatan kepada umatnya yang kala itu menyembah berhala dan menyekutukan-Nya.
Dalam menyebarkan ajaran tauhid, Nabi Nuh AS menemui banyak rintangan dan cobaan dari kaumnya. Mereka mencemooh, menghina, dan menganggap beliau sesat karena menyimpang dari tradisi terdahulu.
Meski begitu, ada pula segelintir orang yang bersedia menjadi pengikut sang nabi dan beriman kepada Allah, terutama golongan fakir dan miskin. Sedangkan raja dan orang-orang kaya kukuh menentang dan meremehkan beliau.
Cobaan demi cobaan, Nabi Nuh AS hadapi hingga bertahun-tahun dengan sabar. Utusan Allah SWT ini pun bersedih karena tak banyak dari umatnya yang bersedia kembali ke jalan lurus. Hingga suatu ketika, beliau memohon pada Allah agar umatnya yang durhaka segera ditimpa azab.
Permohonan sang nabi pun dikabulkan, lalu Allah SWT memerintahkan beliau untuk membuat sebuah kapal. Kira-kira, untuk apa, ya? Yuk, langsung saja simak kisah Nabi Nuh AS selengkapnya di bawah ini! Semoga ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kamu ambil.
Sekilas tentang Nabi Nuh AS
Nabi Nuh AS merupakan rasul ketiga sesudah Nabi Idris AS. Beliau termasuk golongan Ulul Azmi karena ketabahannya dalam menyiarkan ajaran Allah SWT. Pemberian gelar tersebut dijelaskan dalam Surah Al-Ahqaf ayat ke-35 dan Asy-Syura ayat ke-13.
Menurut beberapa sumber, Nabi Nuh AS memiliki nama asli Yasykur, Abdul Ghafar, Abdul Ali, atau Abdul Malik. Beliau merupakan putra dari Lamik bin Mutawasylah bin Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Ainusyi bin Syits bin Adam.
Sebelum diangkat menjadi rasul, Nuh dikenal sebagai seorang yang gemar bersyukur, rajin, tekun, dan beriman kepada-Nya. Beliau hidup di tengah-tengah masyarakat yang menyimpang dari ajaran tauhid.
Penduduk sekitarnya menyembah berhala-berhala yang namanya diambil dari golongan saleh terdahulu, seperti Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr. Mereka melakukannya untuk mengenang serta mengkultuskan orang-orang saleh yang telah meninggal tersebut.
Baca juga: Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana
Kisah Nabi Nuh AS Diutus Menjadi Rasul
Di tengah-tengah kesyirikan masyarakat sekitarnya, Allah SWT kemudian mengutus Nuh menjadi rasul di usia 480 tahun. Kala itu, nabi ketiga ini didatangi langsung oleh Malaikat Jibril yang membuat beliau bertanya-tanya siapakah pria tampan di depannya.
Lalu, Jibril menjelaskan siapa dirinya dan apa maksud kedatangannya, yakni membawa risalah dari Allah untuk mengutus beliau menjadi rasul. Selanjutnya, sang malaikat memakaikan baju mujahidin, melilitkan serban kemenangan, dan ikat pinggang saiful azmi pada Nabi Nuh AS.
Lantas, Jibril memerintahkan beliau untuk memberi peringatan pada raja zalim bernama Darmasyil bin Fumail bin Jij bin Qabil bin Adam. Darmasyil merupakan manusia pertama di bumi yang memeras dan meminum arak, berjudi, dan membuat baju yang dihiasi emas.
Sang raja dan rakyatnya adalah penyembah lima berhala utama (Wad, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr) yang dikelilingi lebih dari seribu patung lainnya. Berhala-berhala itu dibuatkan rumah yang berasal dari batu marmer warna-warni dan kursi-kursi yang terbuat dari emas.
Tak hanya itu, umat nabi ketiga ini juga memiliki ritual khusus setiap tahunnya. Mereka menyalakan api, mempersembahkan kurban, dan bersujud serta memuliakan patung-patung tersebut sembari diiringi alat musik dan pesta arak.
Baca juga: Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam yang Mengingatkanmu agar Selalu Bersyukur
Kisah Nabi Nuh AS Mendapat Cobaan saat Berdakwah
Setelah diangkat menjadi rasul, Nabi Nuh AS memiliki kewajiban untuk berdakwah pada umatnya. Beliau berusaha memperingatkan mereka agar kembali ke jalan Allah dengan meninggalkan berhala-berhala yang disembahnya.
Beberapa dari kaumnya bersedia mengikuti ajakan sang nabi, terutama golongan duafa dan fakir. Sedangkan kelompok kaya dan kuat menolak mentah-mentah ajaran Nabi Nuh AS, termasuk istrinya sendiri dan salah satu anaknya yang bernama Kan’an.
Mereka kerap mencela, meremehkan, dan menghina Nabi Nuh AS beserta pengikutnya yang lemah dan miskin. Selain itu, beliau juga dinilai kaumnya sebagai seseorang yang menyimpang dari tradisi leluhur dan membawa ajaran sesat.
Meski begitu, Nabi Nuh AS tak pernah berputus asa mendakwahi kaumnya baik secara rahasia maupun terang-terangan. Beliau melakukan itu dari hari ke hari, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun.
Namun, mereka terus-menerus membantah, berlaku sombong, dan melampaui batas. Bahkan pernah suatu hari, beberapa orang kaya mendatangi beliau, lalu meminta untuk mengusir pengikutnya yang miskin agar mereka bisa duduk bersama dan menyatakan beriman kepada Allah SWT.
Nabi Nuh AS menolak permintaan itu dan berkata, “Wahai kaumku! Aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman.” (Q.S. Hud: 29)
Ucapan utusan Allah SWT ini membuat kaumnya marah dan menuduh beliau sesat. Mereka pun melakukan perlawanan dan tindakan-tindakan durhaka yang membuat beliau bersedih.
Kisah Nabi Nuh AS saat Membuat Kapal
Masa dakwah Nabi Nuh AS berlangsung hingga ratusan tahun lamanya. Meski begitu, tak banyak dari kaum beliau yang bersedia beriman kepada Allah SWT, yakni hanya sekitar 70–80 orang.
Keadaan tersebut membuat sang nabi kecewa dan sedih. Lalu, beliau memohon kepada Allah agar umatnya ditimpa azab. Jika mereka dibiarkan hidup di muka bumi, Nabi Nuh AS khawatir orang-orang itu akan saling menyesatkan dan melahirkan anak-anak yang berbuat kemungkaran.
Allah SWT mengabulkan permohonan itu, lalu memerintahkannya untuk membuat kapal serta mengajari cara membuat kendaraan air tersebut. Lantas, beliau mulai membuat kapal dan dibantu oleh pengikutnya yang beriman.
Setiap kali melewati tempat pembuatan kapal, orang-orang sering kali mengejek dan menghina Nabi Nuh AS dan pengikutnya. Mereka berpikir tindakan itu adalah hal bodoh karena beliau membuat kapal di Gurun Sahara yang di sekitarnya tak ada laut maupun sungai.
Namun, sang nabi tetap sabar menghadapi cemoohan umatnya dan tetap melanjutkan membuat kapal hingga selesai. Nabi Nuh AS dan pengikutnya mengerti bahwa sebentar lagi akan ada banjir bah dan kapal tersebut akan menyelamatkan mereka dari azab-Nya.
Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan
Kisah Umat Nabi Nuh AS yang Diazab Allah SWT
Usai kapal besar dibuat, Nabi Nuh AS memerintahkan pengikutnya untuk naik di atasnya. Beliau juga membawa serta sepasang hewan-hewan yang ada di bumi, seperti kambing, burung, sapi, dan masih banyak lagi.
Allah memerintahkan sang nabi untuk mengangkut binatang-binatang itu karena azab-Nya akan membinasakan seluruh makhluk hidup, kecuali yang ikut naik ke kapal. Setelah semua siap, Allah lalu menurunkan hujan dari langit dengan deras serta memerintahkan semua penjuru bumi untuk memancarkan air.
Banjir besar pun terjadi di mana-mana. Atas izin Allah, kapal raksasa itu mulai berlayar dan menyelamatkan Nabi Nuh AS beserta pengikutnya. Di tengah-tengah perjalanan, beliau memanggil-manggil anaknya (Kan’an) agar naik ke kapal.
Namun, sang anak menolak ajakan itu dan berkata bahwa dia akan menaiki gunung sehingga terhindar dari bencana banjir. Lalu, Nabi Nuh AS pun berucap, “Tidak ada yang melindungi pada hari ini dari azab Allah selain Allah Yang Maha Penyayang.” (Q.S. Hud: 43)
Tak ada gunanya menaiki gunung karena banjir bah itu mencapai puncak tertinggi bumi ini. Akhirnya, gelombang air yang semakin membesar itu berhasil menenggelamkan semua umat Nabi Nuh AS yang durhaka, termasuk anak dan istrinya.
Beberapa minggu kemudian, banjir besar itu mulai surut, kapal Nabi Nuh pun terdampar di Gunung Judy. Setelah itu, mereka menuruni kapal, melepaskan hewan-hewan yang diangkut, dan mulai menjalani hidup dengan damai dan penuh ketaatan kepada Allah SWT. Sang nabi dan pengikutnya bersyukur karena telah diselamatkan Allah SWT.
Baca juga: Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam
Kisah Wafatnya Nabi Nuh AS
Allah SWT mengaruniai Nabi Nuh AS usia panjang, yakni hingga 950 tahun. Hal ini sesuai dengan ayat Alquran yang berbunyi, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun.” (Q.S. Al ‘Ankabut: 14)
Saat ajalnya hampir tiba, malaikat maut mendatangi sang nabi seraya mengucap salam. Beliau menjawab salam dan bertanya siapakah dia dan apa tujuannya. Malaikat pun berkata, “Saya adalah malaikat pencabut nyawa yang datang untuk mencabut rohmu.”
Mendengar jawaban itu, beliau pun terkejut. Lalu, malaikat bertanya apa yang membuat beliau bersedih, padahal sudah diberi umur yang panjang. Nabi Nuh AS menjawab, “Saya menemukan dunia ini bagaikan rumah yang memiliki dua pintu, satu pintu untuk masuk dan satu lagi untuk keluar.”
Kemudian, sang malaikat memberi beliau segelas minuman dari surga dan berucap, “Minumlah isi gelas ini agar engkau bisa tenang dan tidak ketakutan lagi.” Nabi Nuh AS lalu mengambil gelas itu dan meminumnya.
Tubuh Nabi Nuh AS pun roboh sesaat setelah meneguk minuman tersebut. Setelah sang nabi wafat, anak-anaknya kemudian merawat, memandikan, mengafani, menyalatkan, dan menguburkan beliau.
Baca juga: Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang
Hikmah yang Dapat Diambil dari Kisah Nabi Nuh AS
Itulah kisah singkat Nabi Nuh AS yang dapat kamu simak di KepoGaul. Kira-kira, pelajaran dan hikmah apa yang bisa kamu ambil dari cerita tersebut? Semoga kita semua senantiasa beriman dan berada di jalan yang lurus agar terhindar dari murka-Nya.
Bagaimana caranya? Tentunya dengan menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Selain itu, jauhkanlah dirimu dari perbuatan buruk dan jagalah hubungan baik dengan sesama manusia.
Lewat kisah Nabi Nuh AS, kita juga dapat belajar untuk selalu bersikap rendah hati. Meski memiliki kekayaan melimpah, janganlah pernah berlaku sombong karena semua yang ada di bumi ini hanyalah titipan Allah SWT.