• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Ruang Pena

Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam yang Mengingatkanmu agar Selalu Bersyukur

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Puisi tentang Keindahan Alam - Goenawan Mohamad

Ada berbagai tema yang dapat kamu buat ketika hendak merangkai puisi, salah satunya tentang keindahan alam. Semisal kamu belum punya ide, simak saja puisi alam yang ditulis oleh para penyair Indonesia ini. Setelah membacanya, siapa tahu kamu bisa langsung mendapatkan banyak inspirasi.

Dapatkah kamu membayangkan, bagaimana jadinya jika manusia di bumi ini mengabaikan lingkungannya? Mungkin yang terjadi adalah kerusakan dan bencana alam yang tersebar di mana-mana. Untuk itu, cobalah resapi puisi-puisi tentang alam ini agar kamu dapat mensyukuri keindahannya.

Setelah membaca dan meresapinya, siapa tahu kamu jadi terinspirasi untuk merangkai sajak sendiri. Kamu bisa membuat puisi tentang keindahan alam pedesaan, pantai, pegunungan, dan sebagainya.

Puisi-puisi yang kamu rangkai itu siapa tahu juga bisa mendorongmu untuk melakukan aksi nyata. Misalnya adalah menggunakan produk daur ulang, menghemat listrik dan air, menanam pohon, dan lain-lain.

Sudah tak sabar ingin mengetahui kumpulan puisi tentang alam yang bisa kamu jumpai di sini? Tak perlu berlama-lama, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! Semoga saja sajak tersebut semakin membuat hatimu tergerak untuk mencintai alam.

Kumpulan Puisi Singkat tentang Keindahan Alam

Puisi tentang Keindahan Alam - Taufiq Ismail

1. Biru Mendebarkan

Horizon, horizon setelah itu, tak ada hal lain
Horizon di langit dan horizon sejauh jangkau pandang
Muara menyempit, delta mengerut
Hutan lindap, daratan kelabu
Lalu laut, laut seluas langit
Datar, tetap, tak berhingga, biru mendebarkan.

(Andrea Hirata, Laut)

Pernahkah kamu membaca novel Laskar Pelangi? Kalau pernah, tentu sudah tak asing dengan Andrea Hirata. Penulis kelahiran Belitung ini lebih dikenal publik sebagai penulis novel. Bukunya berjudul Laskar Pelangi (2005) melahirkan trilogi novel Sang Pemimpi (2006), Edensor (2007), dan Maryamah Karpov (2008).

Selain menulis buku, ternyata Andrea Hirata juga jago menulis sajak, lho. Misalnya adalah puisi alam di atas yang bercerita tentang keindahan laut biru serta horizon yang dapat dinikmati menjelang matahari terbenam.

2. Tanah Airku

Adalah hujan dalam kabut yang ungu
Turun sepanjang gunung dan bukit biru
Ketika kota cahaya dan di mana bertemu
Awan putih yang menghinggapi cemaraku

Adalah kemarau dalam sengangar berdebu
Turun sepanjang gunung dan bukit kelu
Ketika kota tak bicara dan terpaku
Gunung api dan hama di ladang-ladangku

Lereng-lereng senja
Pernah menyinar merah kesumba
Padang hilalang dan bukit membatu
Tanah airku

(Taufiq Ismail, Bukit Biru, Bukit Kelu)

Mungkin banyak di antara kamu yang sudah tak asing dengan Taufiq Ismail. Sastrawan kelahiran Bukittinggi ini telah melahirkan banyak karya yang mengantarkannya meraih sejumlah penghargaan. Misalnya adalah Anugerah Seni (1970), South East Asia Write Award (1994), dan doktor honoris causa dari Universitas Negeri Yogyakarta (2003).

Lewat puisi berjudul Bukit Biru, Bukit Kelu di atas, Taufiq berusaha menggambarkan betapa indahnya panorama alam Indonesia. Perbukitan, pegunungan, dan ladang-ladang turut menghiasi tanah air kita.

Baca juga: Ragam Kisah Inspiratif Kehidupan Nyata yang Memotivasi

3. Kenangan Terjal

in memoriam: Sukabumi

Daun-daun karet berserakan.
Berserakan di hamparan waktu.

Suara monyet di dahan-dahan.
Suara kalong menghalau petang.

Di pucuk-pucuk ilalang belalang berloncatan.
Berloncatan di semak-semak rindu.

Dan sebuah jalan melingkar-lingkar.
Membelit kenangan terjal.

Sesaat sebelum surya berlalu
masih kudengar suara bedug bertalu-talu.

(Joko Pinurbo, Hutan Karet)

Tahukah kamu siapa Joko Pinurbo (Jokpin)? Dia merupakan penyair asal Indonesia yang sering memadukan humor, narasi, dan ironi dalam karya-karyanya. Sebagian puisi Jokpin pun tak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Mandarin, dan Jerman.

Salah satunya adalah sajak di atas yang menggambarkan keadaan hutan karet secara detail. Hutan hijau itu ditumbuhi semak dan ilalang serta dihuni oleh sejumlah kalong dan monyet. Di sanalah, sang penyair mengenang kembali tempat kelahirannya.

4. Lantunan Ombak

Malam semakin pekat, namun bintang-bintang hadir membawa semburat
Angin lembut membelai pipi, meyakinkan hati bisa membawa pada mimpi
Lantunan ombak mendatangkan buih, mengingatkan akan pedih
Dan tiba-tiba udara terasa dingin, tapi malaikat fajar menghadirkan hangat
Di timur sana mentari pagi membulat

(Arintha Widya, Huft)

Arintha Widya merupakan penulis asal Pati, Jawa Tengah yang telah melahirkan sejumlah puisi dan cerpen. Dua cerpen Arintha yang telah diterbitkan sebuah majalah syiar di Solo adalah Berita Duka dan Luka Isya.

Sedangkan puisi alam berjudul Huft tersebut ditulis ketika sang penyair berada di sebuah pantai. Di sana, dia menyaksikan malam pekat yang dihiasi bintang-bintang serta merasakan desiran angin yang membelai wajahnya. Deburan ombak dan hangatnya matahari terbit kian menambah keindahan suasana pantai.

5. Senja Sederhana

Dipandang dari jendela, entah kenapa
Senja menjadi begitu sederhana. Seperti sungai
Yang memisahkan hutan dengan perkampungan
Seperti tongkang-tongkang yang menembus
Kabut yang remang, seperti kayu-kayu gelondongan
Yang meluncur perlahan. Dipandang dari jendela
Entah kenapa senja menjadi begitu sederhana
Seperti ajal yang datang tanpa bicara.

(Acep Zamzam Noor, Tepian Ratu)

Meski tak sepopuler Chairil Anwar atau W.S. Rendra, kehadiran Acep Zamzam Noor dalam dunia perpuisian tak bisa diremehkan. Berkat karya-karyanya, pria kelahiran Tasikmalaya ini telah meraih sejumlah penghargaan, seperti South East Asian (SEA) Write Award (2005) dan Khatulistiwa Literary Award (2007).

Tepian Ratu merupakan salah satu puisi alam dari Acep yang melukiskan tentang keindahan senja di sore hari yang begitu sederhana. Kesederhanaan itu nampak saat sang penyair memandangnya dari jendela yang diiringi sungai mengalir, hutan, perkampungan, perahu, kabut, dan remang.

Baca juga: Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya!

Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam sebagai Penyegar Pikiran

Puisi tentang Keindahan Alam - Sapardi Djoko Damono

1. Kuntum Bunga

Hei! Jangan kaupatahkan kuntum bunga itu
ia sedang mengembang;
bergoyang-goyang dahan-dahannya yang tua
yang telah mengenal baik, kau tahu,
segala perubahan cuaca.

Bayangkan: akar-akar yang sabar menyusup dan menjalar
hujan pun turun setiap bumi hampir hangus terbakar
dan mekarlah bunga itu pelahan-lahan
dengan gaib, dari rahim Alam.

Jangan; saksikan saja dengan teliti
bagaimana Matahari memulasnya warna-warni,
sambil diam-diam membunuhnya dengan hati-hati sekali
dalam Kasih-sayang, dalam rindu-dendam alam;
lihat: ia pun terkulai pelahan-lahan
dengan indah sekali, tanpa satu keluhan.

(Sapardi Djoko Damono, Sonet: Hei! Jangan Kau Patahkan)

Penyair Sapardi Djoko Damono telah melahirkan banyak puisi yang begitu digandrungi orang-orang. Sebut saja Aku Ingin, Hujan di Bulan Juni, Pada Suatu Hari Nanti, dan Sonet: Hei! Jangan Kau Patahkan yang dapat kamu baca pada kutipan di atas.

Dalam sajak tersebut, Sapardi mencoba melukiskan keindahan sekuntum bunga dari mekar hingga layu. Sang penyair juga menggambarkan secara detail keadaan bagian-bagian bunga lainnya, seperti dahan dan akar.

2. Mega Merapi

Purnama suri ini
anakmu harus ke Merapi kembali
Romo Sepuh di rasaku ada menanti
Sang Resi pun menunggu kidung pagi
orang-orang bertanya apa yang kucari
selalu kujawab banyak nian yang kucari.

Alam hijau raya seakan menyapa riang ria
hening bening saat bersila di Candi Widayat
bisikku, Romo terima doa ziarah senjaku.

Mega Merapi putih berarak saat pagi
debar itu selalu hadir menyapa
mencari bayang Sang Resi di tabir pagi.

Hari-hari terasa sempurna
Merapi gaibnya mengusap jiwa
Romo Sepuh di alam abadinya
Sang Resi di alam gaibnya
membiarkan kasih dan cinta
wayang sakral telah digelar sesajian ditebar.

(Diah Hadaning, Tak Henti Mencari)

Sepertinya Gunung Merapi mendatangkan banyak inspirasi bagi para pujangga. Selain Sitor Situmorang, penyair perempuan Diah Hadaning pun menyebut-nyebut gunung yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa ini dalam sajaknya yang berjudul Tak Henti Mencari di atas.

Puisi tentang keindahan alam itu bercerita tentang seseorang yang sedang melakukan sebuah perjalanan ke Gunung Merapi. Selain untuk berziarah, melihat ritual, dan menikmati keindahan alam, di sana dia juga melakukan pencarian-pencarian yang selama ini mengusik hatinya.

Baca juga: Yuk, Baca Pantun Nasehat dan Maknanya untuk Kehidupanmu di Sini!

3. Lebih Dariku

Menghadapi angin,
Menggantung di udara.
Di tepi barat pantai ini,
Sekelompok burung merasakan apa itu merdeka.

Terbang ke sana dan kemari,
Mendesak diri melawan yang tidak terlihat.
Terbang, dan tetap kembali…
Ke tepi pantai ini, tempat mereka merasa diterima.

Sebuah perahu kecil yang juga terlihat,
Kepalanya mengarah padaku…
Serta merta,
Dan aku tahu itu juga akan menghilang.

Sebuah titik yang tertelan cakrawala,
Mereka menyentuh lebih banyak isi peta.
Sebuah titik yang tertelan cakrawala,
Mereka merasakan lebih banyak isi dunia.

Lebih dariku…

(Arief Munandar, Burung dan Para Perahu Kecil)

Puisi berjudul Burung dan Para Perahu Kecil dari penyair Arief Munandar di atas melukiskan tentang keindahan alam pantai. Angin lembut, sekelompok burung melintas, perahu kecil, dan cakrawala yang berlayar turut menghiasi tempat itu.

Burung-burung yang terbang di angkasa yang dibahas dalam puisi itu seolah mengajarkanmu apa arti kebebasan. Sedangkan cakrawala yang luas seperti mengingatkan agar tak tinggi hati karena ada yang lebih tahu isi dunia dibanding dirimu.

4. Gerak dan Isak!

: diah hadaning

Di tanah pilih ini tumbuhlah beringin putih
Sulur-sulurnya menjulur sebatas bahu
Berdahan tangan kasih sayang
Akar tunjangnya berserabut
Rindang dedaunan berdesah lembut
:Aku lindungi kolam dan ikan-ikan!

Aku pun tumbuh
Diasuh angin gunung Merapi
Dibasuh rindu dalam gelinjang waktu
dalam tubuhku mengalir sungai-sungai
Sangsai.

Aku suka menggambar segitiga sama-sisi:
Kaki langit, segalanya tampak wingit
Ibu bumi, sejuta gelisah yang membuncah
Laut, riak dan ombak saling-desak
di kediaman sajak
:Gerak dan isak!

(Dimas Arika Mihardja, Beringin Putih)

Nama Dimas Arika Mihardja (DAM) mulai dikenal publik setelah beberapa puisi, esai, dan juga novelnya terbit di berbagai media massa. Tahun 2002, novel DAM berjudul Catatan Harian Maya dimuat di harian Jambi Independent secara bersambung.

Sedangkan puisi di atas merupakan karya DAM yang berusaha melukiskan bentuk fisik dan kehidupan sebuah pohon beringin putih. Dalam bait-baitnya, sang penyair menggambarkan pohon seolah dapat berlaku bak manusia, seperti berdesah lembut, dibasuh rindu, bergerak, dan terisak.

5. Surga Adalah

Hutan yang mencoba memugar malam
dari reruntuhan siang
mencoba juga menahan bulan,
bulatan bulai
pada fajar
terbengkalai.

Pinus yang memasang rambut Suri Nilam
pada sisa luka
dataran
menutup juga kesedihan
pada kerumunan
kering karang.

Musim Gugur adalah
Karpet Parsi
di Rimba Subur
Lexington Pagi.

Sorga adalah
seutas waktu,
sebelum warna
dilulur layu.

(Goenawan Mohamad, Di Negeri Winnetou)

Goenawan Soesatyo Mohamad merupakan salah satu sastrawan ternama Indonesia sekaligus pendiri majalah Tempo. Laki-laki yang lahir pada 29 Juli 1941 ini mulai menulis sejak usia 17 tahun dan telah menghasilkan banyak karya, antara lain Parikesit (1969), Interlude (1971), dan Potret Seorang Penyair Muda Sebagai Si Malin Kundang (1972).

Di masa mudanya, Goenawan lebih dikenal sebagai seorang penyair karena lebih banyak menulis sajak. Salah satunya adalah puisi alam berjudul Di Negeri Winnetou di atas yang melukiskan keindahan musim gugur pagi hari di Lexington, Amerika Serikat.

Baca juga: Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama

Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam Indonesia

Puisi tentang Keindahan Alam - Sitor Situmorang

1. Mengalirlah Terus

Sungai kecil, sungai kecil! Di manakah engkau telah kulihat?
Antara Cirebon dan Purwakarta atau hanya dalam mimpi?
Di atasmu batu-batu kecil sekeras rinduku dan di tepimu daun-daun
bergoyang menaburkan sesuatu yang kuminta dalam doaku.

Sungai kecil, sungai kecil! Terangkanlah kepadaku, di manakah negeri asalmu?
Di atasmu akan kupasang jembatan bambu agar para petani
mudah melintasimu dan akan kubersihkan lubukmu agar
para perampok yang mandi merasakan juga sejuk airmu.

Sungai kecil, sungai kecil! Mengalirlah terus ke rongga jantungku
dan kalau kau payah, istirahatlah ke dalam tidurku!
Kau yang jelita kutembangkan buat kekasihku.

(D. Zawawi Imron, Sungai Kecil)

Zawawi Imron merupakan budayawan sekaligus penyair asal Madura yang telah melahirkan banyak puisi. Berkat karya-karyanya, pria kelahiran 1 Januari 1945 ini berhasil meraih penghargaan The S.E.A Write Award pada tahun 2011.

Sesuai judulnya, puisi alam di atas adalah salah satu karya Zawawi yang menceritakan tentang keindahan sungai kecil yang membentang antara Cirebon dan Purwakarta. Penyair menulis akan memasang jembatan di atasnya untuk mempermudah para petani saat lewat. Ia juga akan membersihkannya agar airnya menjadi sejuk saat dipakai untuk mandi.

2. Potret Tanah Air

Apabila kita bertiarap di bukit yang damai
Kita mengarah lembah
Dengan gelagah dan semak-semak berbunga
Di langit yang bersih terpancanglah matahari
Sepanjang tahun selalu bercaya
Maka angin lembah
Bertiup dengan merdeka
Suara yang gaib memanggilku
Tangan yang gaib memanggilku

Sebatang sungai yang putih sebagai pita
Mengalir jauh ke tengah
Selalu bernyanyi bagai sediakala
Sedang jalan kereta api menjalar di sebelahnya
Keretanya lewat dengan asap yang jenaka
Mencorengkan warna kelabu di udara
Disapu angin kemarau
Dalam permainan dan semangat remaja

Permainan dan derita bangsaku
Lebih jauh lagi
Setelah warna hijau dan putih ini
Bumi berwarna kuning kerna padi telah menua
Dan di bawah matahari jerami berwarna bagai tembaga
Orang-orang yang coklat bergerak di tanah coklat
Mereka bekerja dan mencumbu tanahnya
Maka sambil menghadap kesuburan
Rumah-rumah di kiri berjongkok dengan tentram
Tempat berpagut jiwa bangsaku

Bagai titik-titik beragam seratus warna
berterbanganlah burung-burung dan kupu-kupu
Malaikat kehidupan dari bumi
Dan sebuah jalan yang kelabu
dari kanan menuju ke cakrawala
menuju kota
Mobil yang kecil dan biru
lewat di atasnya

Suara yang gaib memanggilku
Tangan yang gaib melambaiku
Tangan bangsa ini harus dikepalkan
Bukit dan lembah ini harus bermakna
Harus diberi makna

Di kali perempuan telanjang dan mencuci
mereka suka bernyanyi tentang harapan yang sederhana
dan tentang kerja lelakinya
Sedang di tepi sungai,
rumpun bambu bergoyangan

Victor yang baik,
percik darah yang pertama
di bumi ini tumpahnya

(W.S. Rendra, A Landscape for Dear Victor)

Siapa yang tak kenal dengan W.S. Rendra? Laki-laki yang bernama lengkap Willibrordus Surendra Broto Rendra ini adalah seorang sastrawan, cerpenis, penulis skenario drama, dan penyair. Tahun 1967, laki-laki yang dijuluki Burung Merak itu mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta. Dari sinilah lahir seniman-seniman berbakat seperti Sitok Srengenge, Adi Kurdi, dan Radhar Panca Dahana.

A Landscape for Dear Victor merupakan sajak karya Rendra berisi tentang kesuburan alam Indonesia yang digambarkan melalui beberapa kata. Misalnya adalah semak-semak berbunga, padi telah menua, dan rumpun bambu bergoyangan. Untuk itu, hendaknya kita bersyukur dan senantiasa menjaga ibu pertiwi agar tak rusak atau dikuasai bangsa asing.

Baca juga: Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam

3. Bagian Firdaus

Berhenti, kasih waktu pada sederet rasa
Mereka yang bilang ada Tuhan
atau mereka yang menyangkali Dia
sama-sama mengenal arti warna di sini
Ungu kuning hitam: paracanthus hepatus
Kuning putih hitam: lo volpinus
Hitam bondol putih: ostracion lentiginosum
bukan hanya 12 warna di sini
di karang Bunaken.

Dalam dunianya, setiap hati adalah raja
menyertai badan dalam pikiran
Tapi siapa tidak percaya di sini
adalah bagian Firdaus yang tersisa
Karang bukan hanya batu tapi makhluk
hidup dari jejak genesis dalam satu sabda.

Semua orang datang ke sini
di karang Bunaken
Bagaimana aku mencari nama untuk arti laut
Aku terlalu kagum pada kebesaran Ilahi.

(Remy Sylado, Bunaken)

Tahukah kamu siapa Yapi Panda Abdiel Tambayong atau yang akrab disapa Remy Sylado? Pria yang lahir di Makasar pada tanggal 12 Juli 1945 ini merupakan sastrawan Indonesia yang telah menghasilkan banyak karya berupa cerpen, novel, drama, esai, kolom, dan puisi.

Salah satunya adalah puisi alam di atas yang menggambarkan tentang keindahan karang di Taman Nasional Bunaken, Sulawesi Utara. Sang penyair mencoba menyampaikan rasa kagumnya pada warna-warni karang yang dia sebut sebagai bagian dari surga Firdaus dan kebesaran Tuhan.

4. Nyaring Menderu

Kutahu sudah, sebelum pergi dari sini
Aku akan rindu balik pada semua ini
Sunyi yang kutakuti sekarang
Rona lereng gunung menguap
Pada cerita cemara berdesir
Sedu cinta penyair
Rindu pada elusan mimpi
Pencipta Candi Prambanan
Mengalun kemari dari dataran

Dan sekarang aku mengerti
Juga di sunyi gunung
Jauh dari ombak menggulung
Dalam hati manusia sendiri
Ombak lautan rindu
Semakin nyaring menderu

(Sitor Situmorang, Lereng Merapi)

Para penyuka karya lawas mungkin sudah familier dengan nama Sitor Situmorang. Laki-laki yang bernama asli Raja Usu itu lahir di Tapanuli Utara, 2 Oktober 1923. Sitor telah menghasilkan banyak karya, seperti cerpen, karya terjemahan, esai, naskah drama, dan film.

Misalnya adalah puisi tentang keindahan alam di atas yang berusaha melukiskan kegelisahan sang penyair sebelum meninggalkan lereng Gunung Merapi. Dia pun mungkin akan merindukan tempat sunyi yang jauh dari ombak lautan itu.

5. Air Terjun

Di sinilah kau bisa belajar menguji
Seberapa jauh kakimu melangkah pergi
sebab tangga demi tangga
siap menelan semangat dan asa.

Maka dibangunlah pondok persinggahan
bagi laki-laki yang dikunjungi kelelahan
sebab perjalanan berliku lagi menurun
mahir membujuk peluh menjadi rimbun.

Ini bukan tentang air terjun berjumlah seribu
melainkan tangga yang hampir sulit terhitung itu
setiap kali para remaja menghitungnya
kerap berselisih dengan kawannya.

Barangkali adanya monyet-monyet nakal
menaburkan konsentrasi penghapal
membuat ingatan sedikit bebal
perhatian sedikit tertinggal

Tapi jangan sesekali risaukan hasil perhitungan
sebab awal mula tujuan adalah Grojogan
bermandi air dingin sambil melupakan
kegundahan dan kejenuhan

Biarkan perih luka masa lalumu terbawa
guyuran mata air 81 meter tingginya.

Sebab akhir petualangan akan kau jumpai plang
memanggul ucapan selamat dan doa saat pulang
telah berhasil menaklukan 1.250 anak tangga
dari awal datang sampai meninggalkannya.

(Lasinta Ari Nendra Wibawa, Grojogan Sewu)

Lasinta Ari Nendra Wibawa adalah penulis fiksi maupun nonfiksi asal Sukoharjo, Jawa Tengah. Pria kelahiran 28 Januari 1988 ini telah menghasilkan banyak karya tulis yang dimuat oleh puluhan media lokal mupun nasional. Sebut saja Media Indonesia, Jawa Pos, Kompas, dan masih banyak lagi.

Seperti judulnya, puisi tentang alam dari Lasinta tersebut berusaha mendeskripiskan keindahan Grojogan Sewu yang terletak di Tawangmangu, Jawa Tengah. Untuk dapat menikmati keindahan air terjun setinggi 81 meter itu, kamu harus menaiki 1.250 anak tangga. Saat menaikinya, mungkin sesekali kamu akan dikejutkan oleh kemunculan monyet-monyet nakal.

Baca juga: Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini!

Manakah Puisi tentang Keindahan Alam yang Paling Mengesankan Hatimu?

Demikian ulasan kumpulan puisi tentang keindahan alam yang dapat kamu simak di KepoGaul. Kira-kira, manakah sajak yang paling membekas di hatimu? Semoga saja bait-bait itu bisa membantu menyegarkan pikiranmu, ya!

Jadikan pula puisi tentang keindahan alam sebagai bahan renungan agar kita tetap mensyukuri nikmat yang diberikan-Nya. Mari bersama-sama jaga dan lestarikan alam kita agar tidak rusak. Salam lestari!

← Kumpulan Cerpen Cinta Romantis yang Seru dan Mengharukan
Kisah Nabi Sulaiman AS yang Menginspirasi serta Menarik untuk Disimak →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Iis Ernawati

Iis Ernawati adalah kontributor di Praktis Media alumni UIN Sunan Kalijaga jurusan Komunikasi.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Ruang Pena Top

  • 10 Contoh Cerita Hikayat Singkat Menarik untuk Hiburan di Kala Suntuk

  • 15 Contoh Cerita Inspiratif Singkat Sebagai Suntikan Motivasi

  • 15 Contoh Teks Anekdot Lucu untuk Bacaan Santaimu

  • Kumpulan Contoh Puisi tentang Sahabat dalam berbagai Suasana

  • Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam yang Mengingatkanmu agar Selalu Bersyukur

  • Kisah Nabi Sulaiman AS yang Menginspirasi serta Menarik untuk Disimak

  • Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya!

  • Kumpulan Cerita Horor Nyata yang Akan Membuatmu Merinding

  • Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama

  • Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer dan Melegenda

  • Yuk, Baca Pantun Nasehat dan Maknanya untuk Kehidupanmu di Sini!

  • 15 Kisah Inspiratif Kehidupan Nyata yang Memotivasi

  • Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih

  • Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana

  • Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur Harimu

  • Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan

  • 15 Cerita Cinta Sepasang Kekasih yang Romantis dan Bikin Baper

  • Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang

  • 15 Contoh Cerpen Singkat untuk Renungan Hidup

  • Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini!

  • Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam

Artikel Ruang Pena Populer

  • Kumpulan Puisi yang Mengharukan tentang Persahabatan Sejati

  • Berikan Pantun Cinta buat Pacar Tersayang sebagai Bentuk Perhatian

  • Kumpulan Contoh Cerita Anekdot Singkat yang Lucu dan Menggelitik Hati

  • Yuk, Baca Kumpulan Pantun Nasehat Orang Tua Ini agar Hidupmu Lebih Terarah!

  • Contoh Pantun Teka-Teki Lucu untuk Mengisi Waktu Istirahat

  • Contoh Puisi Pendek tentang Alam yang Dapat Menjadi Inspirasimu

  • Kumpulan Puisi untuk Guru Tercinta dalam Berbagai Nuansa

  • Kisah Nabi Adam AS, Manusia Pertama Ciptaan Tuhan

  • Yuk, Baca 7 Puisi Cinta Singkat yang Menyentuh Hati dan Bikin Baper Ini!

  • Puisi Roman Picisan tentang Cinta yang Menggetarkan Hatimu

  • Kumpulan Pantun Lucu Banget Bikin Ngakak untuk Mewarnai Harimu

  • Cerita Rakyat Malin Kundang, Si Anak Durhaka yang Dikutuk Menjadi Batu oleh Ibunya

  • Siapkan Tisu! Simak 7 Cerita Cinta Sedih yang Bisa Bikin Kamu Nangis ini

  • Uji Nyalimu dengan Membaca 7 Cerita Hantu Paling Seram Ini, Kamu Berani?

  • Kumpulan Cerpen Cinta Romantis yang Seru dan Mengharukan

  • Kumpulan Puisi untuk Hari Ibu yang Bisa Menggambarkan Rasa Sayangmu

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.