
Cerita rakyatMalin Kundang begitu populer di Indonesia. Sastra tradisional asal Minangkabau ini berkisah tentang seorang anak yang durhaka pada ibunya, kemudian dia dikutuk menjadi batu. Ingin tahu seperti apa kisah selengkapnya? Baca artikel ini hingga habis, ya!
Tak kalah dengan dongeng Bawang Merah Bawang Putih, kepopuleran cerita rakyat Malin Kundang memang tak diragukan lagi. Legenda yang mengambil latar belakang di sebuah desa nelayan di Sumatera Barat ini telah berulang kali diadaptasi ke dalam berbagai karya, seperti cerpen, film, drama, dan sinetron.
Film Malin Kundang (Anak Durhaka) yang disutradarai D. Djajakusuma rilis pada tahun tahun 1971. Sinema tersebut diperankan oleh aktor Rano Karno, Putu Wijaya, dan aktris Fifi Young. Selanjutnya, sastrawan sekaligus dramawan Wisran Hadi memodifikasi kisah itu ke dalam drama garapannya berjudul Malin Kundang (1978) dan Puti Bungsu (1979).
Tahun 2005, cerita rakyat Malin Kundang digarap menjadi sinetron yang diputar di salah satu stasiun televisi swasta Indonesia. Tokoh Malin Kundang diperankan oleh aktor Fachri Albar, sedangkan sang ibu dimainkan oleh aktris Desy Ratnasari. Karena digemari pemirsa, serial TV yang terdiri dari 81 episode itu akhirnya berhasil meraih penghargaan SCTV Awards 2005 dengan kategori program ngetop.
Lalu, bagaimana dengan versi asli cerita rakyat Malin Kundang itu sendiri? Daripada semakin penasaran, simak keseluruhan kisahnya di bawah ini! Semoga kamu dapat menangkap pesan-pesan moral di dalamnya. Selamat membaca!
Masa Kecil
Dahulu kala, hiduplah sebuah keluarga miskin di perkampungan Pantai Air Manis yang terletak di pesisir Sumatera Barat. Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang diberi nama Malin Kundang.
Mulanya, sang ayah bekerja sebagai nelayan untuk menghidupi anak dan istrinya. Namun karena kondisi ekonomi keluarga yang semakin sulit, pria tersebut memutuskan untuk merantau agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik.
Selepas suaminya merantau, sang ibu, Mande Rubayah, bekerja menangkap ikan di pantai dan menjual kue agar bisa mencukupi kebutuhan anaknya. Perempuan tua itu teramat menyayangi dan memanjakan anak tunggalnya yang dikenal rajin dan penurut.
Setahun berlalu, sang ayah yang telah lama ditunggu-tunggu tak kunjung kembali, sehingga membuat Malin Kundang dan ibunya bersedih. Mande Rubayah selalu meminta anaknya untuk bersabar ketika dia sering menanyakan keberadaan sang ayah.
Walau dibesarkan tanpa kehadiran sosok ayah, Malin Kundang tumbuh menjadi anak yang cerdas meski agak sedikit nakal. Salah satu kebiasaannya yaitu mengejar-ngejar dan memukul ayam dengan sapu. Sampai suatu ketika, dia terjatuh saat mengejar seekor ayam yang menyebabkan lengan kanannya terluka hingga meninggalkan bekas.
Baca juga: Kumpulan Cerita Horor Nyata yang Akan Membuatmu Merinding
Pergi Merantau
Sudah bertahun-tahun Mande Rubayah bekerja seorang diri untuk menghidupi anaknya. Melihat kondisi sang ibu, Malin Kundang merasa sangat kasihan. Diam-diam, dia bertekad ingin merantau agar bisa pulang membawa banyak harta untuk sang ibu.
Hingga suatu ketika, terdapat sebuah kapal mewah yang berlabuh di dekat pantai tempat mereka tinggal. Sebagai kuli panggul, Malin Kundang lantas berlari ke arah kapal untuk mengangkat barang-barang seperti yang dilakukan pekerja angkut lainnya.
Ketangkasannya dalam bekerja berhasil menarik perhatian sang nahkoda. Pria itu ingin mengajak anak dari Mande Rubayah tersebut bekerja di kapalnya selama berlayar. Mendengar hal itu, dia merasa sangat bahagia karena impiannya selama ini akan terwujud.
Usai kerja, dia langsung berlari pulang untuk meminta izin pada Mande Rubayah agar bisa merantau dan meringankan beban sang ibu. Mendengar penjelasan Malin Kundang, akhirnya dengan berat hati wanita itu merelakan anak satu-satunya pergi.
Sebelum berangkat, Mande Rubayah berpesan agar anaknya bersikap baik pada semua orang dan jangan pernah melupakan Tuhan. Malin Kundang mengiyakan nasihat ibunya dan berkata bahwa dia akan memiliki banyak harta serta menjadi orang kaya. Sehingga, sang ibu tak perlu repot-repot bekerja lagi.
Baca juga: 15 Kisah Inspiratif Kehidupan Nyata yang Memotivasi
Diserang Bajak Laut
Setelah kepergian Malin Kundang, setiap pagi dan sore ibunya selalu berdiri di tepi pantai untuk menanti kepulangan anaknya. Setiap ada kapal yang singgah, Mande Rubayah berlari menghampirinya dan berharap sang anak ada di kapal itu.
Sementara itu, di kapal Malin Kundang bekerja membantu nahkoda menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, seperti membersihkan peralatan kotor, menyapu, mengepel, dan sebagainya. Selain itu, dia juga banyak belajar tentang ilmu pelayaran dari pekerja kapal lain yang telah berpengalaman.
Di tengah-tengah perjalanan, kejadian naas menimpa kapal yang ditumpangi Malin Kundang. Kendaraan air itu tiba-tiba diserang oleh sekawanan bajak laut. Semua barang dagangan pun ludes dijarah perompak.
Lebih parah lagi, sebagian penghuni kapal dibunuh oleh gerombolan penyamun. Namun, sepertinya Dewi Fortuna sedang berpihak pada Malin Kundang lantaran dia lolos dari ancaman maut. Saat peristiwa itu terjadi, dia bersembunyi di sebuah ruangan kecil yang dipenuhi tumpukan kayu.
Setelah kejadian tersebut, Malin Kundang beserta kapalnya sempat terkatung-katung di laut selama beberapa waktu hingga akhirnya terdampar di sebuah pantai. Dengan tergopoh-gopoh, dia berjalan menuju desa terdekat.
Setibanya di desa, dia ditolong oleh para penduduk setelah menceritakan peristiwa yang menimpanya. Melihat keramahan masyarakat serta kondisi desa yang subur, akhirnya Malin Kundnag memutuskan untuk tinggal dan bekerja di sana.
Menjadi Saudagar Kaya

Di desa yang subur itu, awalnya Malin Kundang bekerja serabutan. Karena keuletan dan kegigihannya dalam berusaha, lama-kelamaan dia menjadi saudagar kaya raya yang menjual berbagai barang perniagaan.
Orang-orang senang berdagang dengan Malin Kundang karena sifat jujur yang dimilikinya. Dia selalu teringat akan nasehat sang ibu yang memintanya untuk menjadi pribadi yang jujur serta tekun dalam bekerja.
Selain berdagang, Malin Kundang juga berhasil menjadi juragan kapal yang memiliki anak buah berjumlah ratusan. Puas dengan pencapaiannya, dia lantas memberanikan diri mempersunting wanita tercantik di desa yang merupakan putri dari keluarga kaya raya.
Baca juga: 15 Cerita Cinta Sepasang Kekasih yang Romantis dan Bikin Baper
Kembali ke Kampung Halaman
Berita kesuksesan Malin Kundang akhirnya sampai juga ke kampung halamannya, termasuk sang ibu. Mande Rubayah merasa sangat bersyukur atas keberhasilan anak semata wayangnya. Sejak saat itu, beliau rajin pergi ke dermaga untuk menantikan kepulangan sang anak.
Hingga suatu ketika, sang ibunda mendengar ada sebuah kapal dagang mewah berlabuh di Pantai Air Manis. Beliau segera berlari ke pelabuhan untuk memastikan apakah anaknya ada di kapal itu.
Mande Rubayah sangat terkejut ketika melihat sang anak berdiri didampingi oleh seorang perempuan cantik. Di sisi lain, beliau sangat yakin jika pemuda yang dilihatnya itu adalah anaknya karena terdapat bekas luka di tangan kanannya.
Wanita tua itu semakin bahagia saat orang-orang berseru dan mengatakan bahwa Malin Kundang adalah pemilik kapal mewah tersebut. Ketika pemuda itu menuruni kapal, Mande Rubayah langsung mendekati dan memeluknya erat-erat.
Namun, tiba-tiba dia langsung mendorong sang ibu dengan kasar hingga membuat beliau terjatuh. Dia juga tega mengolok-olok ibunya kandungnya sendiri dan berkata, “Hei wanita tua miskin yang tidak tahu sopan santun, siapakah engkau? Berani sekali memelukku!”
Malin Kundang sebenarnya mengetahui jika perempuan itu adalah ibunya. Pemuda tersebut tega melakukan tindakan itu karena sang ibu terlihat begitu lusuh dan miskin, sehingga dia sangat malu pada istrinya. Melihat hal itu, sang istri meminta suaminya memastikan kembali apakah wanita tua tersebut ibunya atau bukan.
Namun, laki-laki itu kukuh pada pendiriannya dan mengatakan jika Mande Rubayah hanyalah pengemis tua yang mengaku-ngaku sebagai ibunya. Dia juga berkata bahwa sang ibu telah meninggal dunia sewaktu dirinya masih kecil. Tanpa tahu malu, lelaki itu tega mengusir serta mendorong beliau hingga jatuh tersungkur.
Baca juga: 15 Contoh Cerpen Singkat untuk Renungan Hidup
Durhaka dan Dikutuk Menjadi Batu
Bak kacang lupa kulitnya, perlakuan Malin Kundang yang teramat durhaka membuat hati sang ibunda kecewa dan serasa tercabik-cabik. Beliau pun segera pergi menjauh dari sang anak dan kerumunan yang mengililinginya.
Rasa sakit hati yang tak tertahan mengakibatkan Mande Rubayah marah besar pada anak semata wayangnya. Beliau lantas mengangkat tangannya ke atas seraya berdoa, “Ya Tuhan, sekiranya pemuda yang tak mau mengakui hamba sebagai ibu kandungnya serta mendorong hingga jatuh adalah benar-benar anakku, maka aku sumpahi dia menjadi batu.”
Beberapa saat kemudian, Malin Kundang kembali ke kapal bersama istrinya. Dia juga memerintahkan anak buahnya untuk meninggalkan Pantai Air Manis. Pelan-pelan, kapal dagang itu pergi menjauh meninggalkan pantai.
Tak lama setelah itu, sebuah gejala alam tak terduga terjadi. Tiba-tiba angin badai datang menghantam kapal mewah itu. Badai dahsyat yang disertai ombak besar itu berhasil meluluhlantakkan kapal.
Perlahan, awak Malin Kundang mengapung kemudian terdampar ke bibir Pantai Air Manis. Setelah itu, tubuhnya berubah menjadi batu dalam posisi sedang bersujud. Itulah akhir dari cerita rakyat Malin Kundang, si anak durhaka yang dikutuk menjadi batu oleh ibunya.
Baca juga: Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam
Pesan Moral yang Dapat Diambil dari Cerita Rakyat Malin Kundang
Setelah membaca secara singkat cerita rakyat Malin Kundang di atas, kira-kira pelajaran apa yang bisa kamu dapatkan? Sebagai seorang anak, hendaknya kamu senantiasa berbakti kepada orangtua meski mereka nampak renta dan miskin.
Lewat cerita rakyat Malin Kundang, kita juga dapat belajar dari kegigihan dan kerja kerasnya demi meraih kesuksesan. Namun setelah berhasil, jangan sampai kita menjadi pribadi yang angkuh dan sombong hingga tega melupakan jasa-jasa orang tua atau bahkan berbuat durhaka pada mereka.