
Dibentuk oleh sekelompok mahasiswa dari University College in London, Coldplay kini dikenal sebagai salah satu band papan atas kelas dunia. Grup yang digawangi Chris Martin cs ini banyak melahirkan karya-karya yang mampu meraih Grammy Awards dan rekor penjualan album tertinggi. Bagaimana kisah sukses mereka? Simak perjalanan karier Coldplay selengkapnya di artikel profil dan biodata berikut!
- Nama Grup
- Coldplay
- Debut
- 1998
- Negara Asal
- Inggris
- Label
- Parlophone, Capitol, Atlantic
- Fanclub
- Xylobrytes
- Anggota
- Chris Martin, Johnny Buckland, Guy Berryman, Will Champion
Kamu penggemar berat yang sedang mencari profil dan biodata Coldplay untuk lebih mengenal Chris Martin cs? Jangan khawatir, artikel ini memaparkan informasi seputar grup band asal Inggris tersebut, lengkap dengan kisah inspiratif perjalanan karier mereka hingga mencapai kesuksesan.
Semula, Coldplay hanyalah band yang dibentuk sejumlah mahasiswa dari sebuah universitas di London, Inggris. Pada masa-masa awal pembentukannya, band beranggotakan empat orang ini menggunakan nama Starfish hingga tahun 1998 sebelum berganti menjadi Coldplay.
Dulunya, band ini sempat dipandang sebelah mata lantaran genre yang mereka usung kurang cocok dengan tren musik kala itu. Tetapi siapa sangka, para member justru membuktikan sebaliknya dengan merilis single berjudul Yellow (2000).
Yellow berhasil melejit sehingga nama Coldplay mulai diperhitungkan dan disandingkan dengan band-band populer pada masanya, yakni Radiohead dan Oasis. Coldplay bahkan dilabeli sebagai salah satu band terbesar di awal abad ke-21.
Kehadiran Chris Martin cs dianggap memberikan angin segar di antara menjamurnya band-band beraliran British pop dan alternative rock kala itu. Band ini dianggap memiliki unsur musik yang meditatif dan lebih mengarah pada limestone rock yang cenderung sensitif dan emosional ketimbang hard rock.
Setelah merasakan kesuksesan single Yellow, popularitas Coldplay kembali menanjak usai meluncurkan full album perdana di tahun yang sama, Parachutes. Album Parachutes berhasil meraih multiplatinum di beberapa negara dan mengantarkan para pelantun Viva la Vida itu menerima piala Grammy pertama mereka.
Sejak saat itu, band yang terbentuk sejak 1996 tersebut terus hadir mengeluarkan karya dengan mengusung berbagai genre musik. Band ini juga rajin menggelar tur dunia, banyak melakukan kolaborasi, dan beberapa kali memboyong piala dari ajang-ajang penghargaan bergengsi.
Bagaimana perjalanan Coldplay yang semula band mahasiswa biasa menjadi grup kelas dunia? Simak uraian lengkap yang membahas profil dan biodata Coldplay di bawah ini. Selamat membaca!
Profil Member Coldplay
1. Chris Martin
Pertama, kenali dulu profil dan biodata Christopher Anthony John Martin yang merupakan vokalis utama sekaligus gitaris dan pianis band Coldplay. Chris Martin lahir pada tanggal 2 Maret 1977 di Exeter, Devon, Inggris.
Putra tertua dari lima bersaudara ini sudah menyukai musik sejak usia muda. Ia bahkan pernah membentuk band saat mengenyam pendidikan dasar di Exeter Cathedral School yang diberi nama The Rocking Honkies.
Namun, Rocking Honkies tidak bertahan lama lantaran Chris harus melanjutkan pendidikan menengah di Sherbourne School, Provinsi Dorset. Chris kemudian berkuliah di University College in London (UCL) di mana ia bertemu dengan Johnny Buckland. Tahun 1996, keduanya membentuk band yang diberi nama Pectoralz.
Setahun setelahnya, Chris dan Johnny merekrut dua member baru, Guy Berryman dan Will Champion. Dengan formasi baru, nama Pectoralz diganti Starfish sebelum berubah menjadi Coldplay seperti yang kita kenal sekarang.
Selain sibuk dengan kegiatan bersama band, Chris beberapa kali pernah mengeluarkan karya solo. Di antaranya, ia telah merilis album bertajuk Loose (2006), dan di tahun yang sama berkolaborasi dengan Jay Z untuk lagu Beach Chair dalam album Kingdom.
Terlepas dari semua itu, Chris juga dikenal publik dunia sebagai mantan suami dari aktris Gwyneth Paltrow. Ia dan Gwyneth Paltrow menikah tahun 2003 dan sudah dikaruniai dua orang anak, Apple Blythe Alison Martin dan Moses Bruce Anthony Martin. Sayangnya, pernikahan mereka harus berakhir pada 2014.
2. Johnny Buckland
Berikutnya adalah profil dan biodata sosok yang ikut berkontribusi dalam terbentuknya Coldplay, Jonathan Mark Buckland atau Johnny Buckland. Pria kelahiran 11 September 1977 ini adalah seorang gitaris, tetapi juga bisa bermain keyboard dan menjadi backing vocal.
Kecintaan Johnny pada musik sudah muncul sejak usianya tujuh tahun. Hingga remaja, ia banyak mendapatkan inspirasi bermusik dari The Stone Roses, Ride, George Harrison, U2, dan My Blood Valentine. Walau demikian, yang paling memengaruhinya menjadi seorang musisi ialah sang kakak, Tim Buckland.
Pada akhirnya, permainan gitar Johnny sendiri ikut menginspirasi banyak orang, apalagi para musisi muda. The Edge alias David Howell Evans, salah satu anggota U2 pernah memujinya dalam sebuah wawancara. “Ia adalah inspirasi bagi pemain gitar di mana pun, dan aku bangga saat tahu diriku salah satu inspirasinya. Aku benar-benar merasa seperti seorang bintang rock,” tuturnya.
Selain kesibukannya bersama Coldplay, Johnny tercatat sempat menjajal karier solo. Ia pernah menjadi rekan kolaborasi musisi Ian McCulloch dalam albumnya yang berjudul Slideling. Gitaris yang ternyata penggemar berat kesebelasan Tottenham Hotspur ini bahkan pernah pula tampil sebagai cameo di film Shaun of the Dead (2004) ditemani Chris Martin.
3. Guy Berryman
Bassist Coldplay ini lahir dengan nama Guy Rupert Berryman pada 12 April 1978 di Kirkcaldy, Skotlandia. Membaca profil dan biodata singkat member Coldplay yang satu ini bakal membuatmu kagum. Salah satunya karena kemampuan Guy Berryman bermain bass dengan tangan kanan terbilang andal mengingat dirinya kidal.
Guy menempuh pendidikan sarjana di universitas yang sama dengan Chris dan Johnny. Sayang, baru setahun kuliah di jurusan arsitektur, ia berhenti dan memilih fokus dengan karier bermusiknya. Sementara anggota Coldplay yang lain sibuk kuliah, Guy menghabiskan separuh waktunya untuk bekerja sebagai bartender di sebuah pub di London.
Di sisi lain, pria yang satu ini rupanya tak cuma tercatat menjadi bassist band bentukan Chris Martin. Guy juga punya proyek sampingan lain, salah satunya menjadi anggota dari band Apparatjik yang terbentuk pada 2008.
Ia pernah pula terlibat dalam sejumlah proyek musik solo, baik sebagai pemain bass maupun produser. Pada 2010 dan 2011, misalnya, Guy memproduseri album bertajuk You & I untuk grup The Pierces yang digarap bersama produser Coldplay, Rik Simpson.
4. Will Champion
Profil dan biodata singkat member Coldplay berikutnya ialah tentang sang penabuh drum, William Champion. William atau yang akrab disapa Will, lahir di Southampton, Hampshire, Inggris pada tanggal 31 Juli 1978. Sebelum bergabung dengan Chris Martin cs, ia pernah menjadi anggota band bernama Fat Hamster.
Will rupanya bukanlah seorang yang ahli bermain drum. Ia tidak punya pengalaman menjadi drummer, tetapi terbukti mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuannya setelah bergabung dengan Coldplay.
Ia bahkan pernah dipecat dari grup oleh Chris Martin, tapi kembali direkrut. Dari sejumlah wawancara terkait pemecatan Will, para member menyiratkan bahwa mereka tidak bisa melanjutkan perjalanan grup tanpanya.
“Kami semua melakukan ini demi Will Champion,” kata Chris suatu ketika. “Will orang yang selalu berpikir logis, dan ketika band harus membuat keputusan, ia bisa menempatkan poin yang akurat dan menjaga semua orang tetap fokus. Ia sering mendominasi hasil voting dan keputusannya kadang-kadang membatalkan kesepakatan bersama,” terang member lain.
Lebih dari itu, Will Champion pun pernah punya proyek bersama Guy Berryman. Tahun 2004, keduanya digaet menjadi rekan kolaborasi keyboardist band A-ha, Magne Furuholmen, dalam album solonya berjudul Past Perfect Future Tense.
Baca juga: Profil & Biodata Cristiano Ronaldo
Perjalanan Karier
Para member Coldplay saling bertemu dan menjalin pertemanan saat berkuliah di University College in London. Mereka memang punya bagian masing-masing di dalam grup, tapi keempat member sama-sama punya talenta menciptakan lagu dan memainkan alat musik.
Dan ketika bakat keempatnya bertemu dalam satu naungan, genre musik yang dihasilkan grup pun menjadi lebih beragam. Band yang membawakan lagu A Head Full of Dream itu sering kali hadir dengan karya bergenre pop rock, post-Britpop, hingga alternative rock.
Melihat hal tersebut, kamu jadi semakin ingin tahu lebih banyak tentang Coldplay, bukan? Kalau begitu, simak terus pemaparan dalam artikel profil dan biodata Coldplay ini sampai selesai, ya.
1. Formasi Awal
Satu hal yang bisa dikatakan paling penting dalam profil dan biodata Coldplay adalah tentang bagaimana formasi awal band dibentuk. Tadinya, Coldplay hanya beranggotakan Chris dan Johnny yang mendeklarasikan diri sebagai band bernama Pectoralz pada tahun 1996.
Seiring berjalannya waktu, Pectoralz merekrut dua anggota lagi, yaitu Guy Berryman dan Will Champion. Kemudian sekitar 1997, Pectoralz menggunakan nama Starfish selama setahun sebelum akhirnya berganti menjadi Coldplay.
Coldplay sendiri semula adalah nama dari grup band lain milik rekan Chris Martin. Nama yang diambil dari buku puisi Child’s Reflections itu diserahkan kepada Chris dan kawan-kawan lantaran band yang bersangkutan sudah menanggalkannya.
2. Debut Coldplay
Tahun 1998, Starfish secara resmi telah menyandang nama Coldplay dan melakukan debut. Di bulan April, para member melakukan rekaman untuk keperluan demo lagu yang hendak dikirimkan ke sejumlah label. Band ini memutuskan untuk langsung merilis tiga lagu demo sebagai mini album yang diberi judul Safety.
Safety dirilis sebanyak 500 keping dan didistribusikan ke stasiun radio, surat kabar, majalah musik, termasuk teman dan keluarga para member. Setelahnya, band ini kembali meluncurkan album berjudul Brothers and Sisters di bawah sebuah label independen, Fierce Panda yang dikelola oleh jurnalis musik Simon Williams.
Perilisan karya inilah yang membuat nama Coldplay dikenal lebih luas. Majalah ternama New Musical Exspress (NME) bahkan menyebut grup beranggotakan empat orang itu sebagai band pendatang baru yang layak dinantikan penampilannya.
Baca juga: Profil & Biodata Agnes Monica
3. Awal Kepopuleran
Berbicara mengenai profil dan biodata Coldplay tentu tidak boleh melewatkan kisah awal kepopuleran bisa didapatkan Chris Martin dan kawan-kawan. Buat kamu yang belum tahu, perlu dicatat bahwa band ini mulai terkenal setelah merilis full album perdana berjudul Parachutes pada tahun 2000.
Perilisannya diawali dengan keluarnya single Shiver yang bisa dikatakan menjadi langkah awal bagi Coldplay untuk mencapai puncak. Nama mereka kemudian semakin dikenal penikmat musik dunia usai single kedua yang bertajuk Yellow diluncurkan.
Segera setelah perilisannya bulan Juni 2000, lagu Yellow langsung nge-hits di Inggris dan Amerika Serikat. Videonya sering diputar di progam MTV dan diperdengarkan pula di radio-radio seantero Amerika Serikat. Tak tanggung-tanggung, sebuah stasiun radio di San Fransisco terungkap memutar lagu tersebut setidaknya sebanyak 51 kali dalam sepekan.
Hal itu disampaikan oleh Johnny Buckland yang mendapat pengakuan dari seorang staf radio yang menunjukkan daftar putar lagu saat band-nya bertandang ke sana. “Itu keren. Tapi 51 kali, itu seperti tujuh kali sehari. Bahkan aku akan muak karenanya,” canda Johnny saat diwawancara Entertainment Weekly.
Masih di tahun yang sama, album pertama dari band yang membawakan lagu Fix You itu mencetak penjualan tertinggi dan meraih multiplatinum. Bukan itu saja, Parachutes juga mengantarkan mereka mendapatkan Grammy Awards untuk pertama kalinya pada 2003 di kategori Best Alternative Music Album.
Baca juga: Profil & Biodata Ji Chang Wook
4. Puncak Kesuksesan
Seiring berjalannya waktu, grup yang dulunya bernama Starfish ini semakin gencar promosi dan rajin merilis album. Menyusul kesuksesan album perdana, mereka merilis karya keren lainnya, seperti A Rush of Blood to the Head (2002), Viva la Vida or Dead and All His Friends (2008), Mylo Xyloto (2011), hingga A Head Full of Dreams (2015).
Dari album-album itu, Coldplay beberapa kali membawa pulang Grammy Awards. Di antaranya dari A Rush of Blood to the Head yang memenangkan kategori Best Alternative Music Album dan single Clocks dari album yang sama meraih Record of the Year tahun 2004.
Penghargaan lain yang diterima dari Grammy adalah untuk album Viva la Vida or Dead and All His Friends yang dianugerahi Best Rock Album tahun 2009. Single Viva la Vida dari album tersebut pun mendapat penghargaan Song of the Year dan Best Pop Performance by a Duo or Group with Vocals di tahun yang sama.
Hingga 2019, Coldplay tercatat telah mengantongi kurang lebih 107 penghargaan dari berbagai ajang. Termasuk di antaranya ialah Billboard Music Awards, MTV Awards, dan World Music Awards. Membanggakan, bukan?
Tak cukup sampai di situ, grup yang satu ini pun sudah banyak menggelar konser di stadion-stadion berkapasitas puluhan hingga ratusan ribu penonton. Sebut saja di RFK Stadium, Washington DC; Bolton Reebok Stadium, Inggris; Singapore Indoor Stadium, Singapura; serta Etihad Stadium, Melbourne, Australia.
Baca juga: Profil & Biodata Chelsea Islan
Kontroversi
Artikel profil dan biodata ini tidak hanya membahas mengenai prestasi Coldplay, tetapi juga kontroversi yang pernah menimpa mereka. Kalau mengaku penggemar berat, kamu mestinya tahu soal isu plagiat dan kontroversi single Hymn for the Weekend yang berkolaborasi dengan Beyonce.
Tidak apa bila belum, karena di bawah ini, KepoGaul menguraikan permasalahan tersebut secara singkat agar lebih mudah kamu pahami. Simak terus sampai selesai supaya kamu layak disebut Xylobrytes sejati!
Baca juga: Profil & Biodata Valentino Rossi
1. Plagiarisme
Chris Martin cs pernah diduga melakukan plagiat untuk salah satu lagu hits mereka, yaitu Viva la Vida. Lagu ini dianggap punya kemiripan melodi dengan sejumlah karya lain dari para penyanyi ternama.
Tudingan pertama datang dari band alternatif Amerika, Creaky Boards. Seorang member bernama Andrew Hoepfner mengklaim bahwa Chris pernah mendengar Creaky Boards membawakan lagu berjudul The Songs I Didn’t Write secara live pada Oktober 2007 sebelum menulis Viva la Vida.
Chris dan para anggota Coldplay yang lain terang saja membantah tudingan tersebut. Pasalnya, mereka bahkan sudah merekam demo lagu di bulan Maret 2007, jauh sebelum Creaky Boards menampilkannya.
Pada Desember 2008, gitaris Joe Satriani juga menuntut Coldplay atas tuduhan plagiat. Joe menilai ada kemiripan antara Viva la Vida dengan karyanya yang berudul If I Could Fly. Guy Berryman cs kembali membantah dan menyebut bahwa adanya kemiripan instrumen lagu hanyalah kebetulan.
Ketiga kalinya, lagu itu juga disebut mirip dengan Foreigner Suite milik Yusuf Islam alias Cat Stevens. Menanggapi hal ini, Will Champion menegaskan kalau band-nya tidak memplagiat karya siapa pun. “Kami percaya diri bahwa kami tidak melakukan hal yang salah,” ujarnya kala itu.
“Jika semua orang mencoba untuk mengambil lagu terbaik kami, maka kami sebaiknya menulis 25 lagu lain yang lebih baik,” kata Chris Martin suatu ketika. “Untuk beberapa alasan, hanya Tuhan yang tahu kenapa lagu-lagu yang sukses malah yang dituduh hasil curian,” timpal Will.
Saking booming-nya kontroversi plagiarisme lagu Viva la Vida, seorang profesor musik asal Amerika, Dr. Lawrence Ferrara sempat membahasnya di sebuah program stasiun TV Sveriges, Swedia. Ferrara menyatakan, melacak dan membuktikan Viva la Vida plagiat tiga karya lainnya sangat sulit.
Apalagi kalau ditinjau lebih jauh, terdapat kemiripan komposisi antara Viva la Vida, If I Could Fly, dan Foreigner Suite dengan lagu bertajuk Se tu m’ami miliki komposer Italia, Giovanni Battista Pergolesi, yang meninggal tahun 1736. “Jelas sekali kalau ini adalah karya yang kami sebut ‘domain publik’,” terangnya.
Baca juga: Profil & Biodata Pevita Pearce
2. Hymn for the Weekend
Coldplay merilis digital single kolaborasi dengan Beyonce berjudul Hymn for the Weekend pada 25 Januari 2016. Beberapa hari kemudian, tanggal 29 Januari, band ini mengeluarkan video musik untuk lagu yang masuk ke dalam album A Head Full of Dreams tersebut.
Ada dua hal yang ditonjolkan dalam video musiknya. Di satu sisi, ada para member Coldplay yang menikmati waktu berlibur di India, sedang di sisi lain ada sosok Beyonce yang muncul mengenakan sari (pakaian tradisional wanita India).
Selain itu, videonya juga menampilkan beberapa adegan berkaitan dengan kebudayaan Negeri Hindustan. Salah satunya yang paling menonjol adalah perayaan Holi, di mana masyarakat setempat saling menaburkan bubuk warna-warni di rumah maupun di jalan-jalan.
Meskipun terlihat indah, video musik Hymn for the Weekend menimbulkan perdebatan di kalangan penikmat musik. Sebagian orang mengklaim bahwa Coldplay melakukan perampasan kebudayaan, khususnya untuk adegan Beyonce memakai saree. “Perampasan budaya yang dilakukan Beyonce ini tidak pantas,” celetuk seorang pengguna Twitter.
Sementara itu, sebagian orang lain menilai, tidak ada perampasan budaya dari video musik Hymn for the Weekend. Lewat video itu, Coldplay justru ingin menunjukkan betapa mereka mengagumi kebudayaan India yang eksotis.
Lagi pula, video musik Hymn for the Weekend tak berbeda jauh dengan Princess of China di mana Rihanna mengenakan pakaian tradisional Tiongkok. Ditambah lagi, Coldplay bukan satu-satunya musisi yang menampilkan budaya India dalam karya musik mereka.
Ada pula musisi lain yang menampilkan penari memakai saree di video musiknya, seperti Major Lazer dan DJ Snake di lagu Lean On, serta Iggy Azalea dalam single Bounce. Kamu mungkin baru tahu informasi ini setelah menyimak artikel profil dan biodata Coldplay di KepoGaul, kan?
Apakah Biodata Coldplay Ini Memuaskan Rasa Ingin Tahumu?
Kiranya, informasi seputar profil dan biodata Coldplay di atas dapat memuaskan rasa ingin tahumu. Bukankah dengan mengenal lebih jauh band beraliran British pop dan rock ini, kamu jadi semakin mengagumi mereka?
Meski bukan penggemar berat, tidak ada salahnya mulai men-download lagu-lagu Coldplay dan menyimpannya di playlist-mu. Toh, karya-karya mereka bisa didengarkan di segala suasana untuk menemani hari-harimu.
Kamu bisa mendengarkan lagu bertemakan cinta, semisal A Sky Full of Stars atau Always in My Head. Ada pula karya lain yang mengangkat tema berbeda, mulai dari lagu Natal berjudul Christmas Lights hingga Paradise yang bicara tentang impian.