
Nabi Muhammad SAW pernah berkata, 'Sebaik-baiknya umat manusia adalah generasiku (sahabat), lalu generasi yang mengikutinya, dan yang mengikutinya lagi.'Diantara para sahabat, ada empat orang yang menjadi khalifah setelah rasul meninggal. Mereka dipercaya memimpin karena jasa-jasanya. Ingin tahu apa saja? Simak kisah para sahabat nabi di artikel ini!
Kisah dakwah Nabi Muhammad SAW, tidak bisa lepas dari peran para sahabat. Mereka memberikan banyak sekali bantuan dan dukungan dalam perkembangan agama Islam. Mulai dari harta, tempat tinggal, hingga nyawa pun dengan ikhlas mereka berikan untuk memuluskan perjuangan Islam.
Dari sekian banyak para sahabat nabi, ada empat orang yang mungkin kisah hidupnya cukup menarik untuk dibahas. Selain merupakan sahabat terdekat Muhammad SAW, keempat orang ini juga memberi kontribusi yang sangat signifikan bagi perkembangan Islam. Mereka juga yang menggantikan peran rasulullah dan memimpin umat Islam.
Masa kepemimpinan keempat khalifah sepeninggalan Muhammad ini disebut dengan Khulafaur Rasyidin. Sahabat yang menjadi khalifah pada masa Khulafaur Rasyidin secara berurutan adalah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Beberapa dari mereka dipilih lewat pemilihan, sementara beberapa dengan penunjukkan langsung.
Orang yang dipilih atau ditunjuk sebagai pemimpin tidak bisa sembarangan, harus dihormati dan diakui kontribusinya bagi Islam. Untuk mengetahui apa saja kontribusi keempat khalifah ini, simak sampai habis artikel kisah para sahabat nabi ini, ya!
Kisah Abu Bakar dan Rasulullah Hijrah ke Madinah
Abu Bakar adalah khalifah pertama pada masa kekhalifahan Islam, beliau termasuk dalam golongan assabiqunal awwalun atau orang-orang yang paling awal memeluk Islam. Beliau juga sudah berteman baik dengan Rasulullah sejak keduanya masih anak-kanak.
Abu Bakar merupakan seorang pedagang kaya yang cukup disegani di kalangan masyarakat Quraisy. Tak lama setelah memeluk Islam, beliau berhasil mengajak beberapa orang, yaitu Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqas, dan Thalhah bin Ubaidillah. Dari semua kisah para sahabat, cerita yang paling membuat Abu Bakar diingat oleh umat muslim mungkin adalah saat menemani Nabi Muhammad hijrah.
Saat Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah untuk hijrah, beliau berdiskusi dengan keluarga dan sahabatnya sebelum memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Tanpa disangka, rencana hijrah rasulullah diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Mereka lalu berkumpul untuk membunuh rasulullah.
Malam harinya, datang Malaikat Jibril yang memperingatkan bahaya ini pada Muhammad. Dibantu oleh Ali bin Abi Thalib, Rasulullah pun berhasil kabur. Beliau lalu mendatangi rumah Abu Bakar dan memintanya untuk menemani perjalanan ke Madinah.
Tanpa banyak berpikir, Abu Bakar langsung setuju untuk pergi dengan rasulullah, meninggalkan seluruh kekayaan dan bisnisnya. Aisyah, dalam sebuah riwayat bercerita, “Saat rasulullah datang memintanya ikut berhijrah, itu adalah pertama kalinya ia melihat ayahnya menangis bahagia.”
Sepanjang perjalanan Abu Bakar membuktikan dirinya mampu menjadi pelindung rasulullah. Pada saat menemukan gua untuk sembunyi, Abu Bakar merelakan dirinya untuk masuk lebih dahulu memeriksa gua. Tidak hanya itu, dikisahkan oleh Umar bin Khattab bahwa saat perjalanan, Abu Bakar sengaja berjalan di depan untuk melindungi rasulullah dari panas.
Karena keikhlasan dan loyalitasnya, Nabi Muhammad SAW pernah berkata, “Sesungguhnya orang yang paling besar jasanya padaku dalam persahabatan dan kerelaan mengeluarkan hartanya adalah Abu Bakar. Andai saja aku diperbolehkan mengangkat seseorang menjadi kekasihku selain Rabbku, pastilah aku akan memilih Abu Bakar, namun cukuplah persaudaraan se-Islam dan kecintaan karenanya. Maka jangan ditinggalkan pintu kecil di masjid selain pintu Abu Bakar saja.“
Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan
Kisah Para Sahabat Nabi, Umar bin Khattab Memeluk Islam
Jika dibandingkan dengan para sahabat nabi lainnya, kisah Umar saat memeluk Islam sangat penuh dengan drama. Sebab, beliau adalah orang yang awalnya paling keras menentang Islam. Beliau juga ditakuti sebagai prajurit karena keahlian bertarung dan strateginya.
Saat Muhammad SAW baru mulai berdakwah secara terbuka di Mekkah, terjadi penolakan keras dari suku Quraisy. Salah satu yang paling menentang adalah Umar bin Khattab. Beliau bahkan pernah mengancam bahwa suatu hari akan membunuh Muhammad dan pengikut-pengikutnya.
Suatu hari, terdengar kabar jika adiknya, Fatimah telah memeluk Islam. Umar yang kesal langsung bergegas ke rumah adiknya tersebut. Saat itu, beliau mendapati adik dan iparnya sedang membaca Alquran.
Dengan marah, Umar menendang iparnya hingga terkapar dan menampar adiknya hingga bibirnya berdarah. Umar mengancam keduanya agar kembali ke agama nenek moyang mereka. Tapi Fatimah bersikukuh menolak perintah kakaknya.
Melihat adiknya yang biasanya lemah begitu berani menghadapinya, Umar menjadi penasaran dengan Alquran yang dibaca Fatimah. Dikisahkan, pada saat itu beliau membaca Surah Thoha ayat 1-8. Segera setelah membacanya, Umar lari ke rumah Muhammad SAW sambil menangis dan meminta untuk masuk Islam.
Masuknya Umar ke Islam merupakan suatu berkah, sebab orang yang tadinya merupakan musuh yang berat berubah menjadi pejuang yang paling gigih. Tidak hanya itu, kekhalifahan Islam juga berkembang paling pesat pada saat beliau yang menjadi pemimpin.
Kisah Utsman bin Affan yang Dermawan
Pernahkah kamu membaca kitab suci Alquran? Jika pernah, tahukah kamu bahwa membukukan Alquran merupakan kebijakan Utsman saat menjabat menjadi khalifah?
Utsman bin Affan awalnya merupakan saudagar asal Mekkah yang kaya raya. Keluarganya berasal dari Bani Ummayyah, garis keturunan yang memiliki status sosial yang tinggi dan dihormati oleh orang Quraisy.
Kisah Utsman sebelum menjadi khalifah mungkin tidak sedramatis atau heroik para sahabat nabi sebelumnya. Sebab, beliau bukan ahli perang dan cenderung lemah lembut. Kelebihan beliau adalah pada keikhlasan dan kedermawanannya.
Dikisahkan, suatu hari terjadi kekeringan panjang di Madinah. Mayoritas umat muslim meninggalkan harta benda mereka di Mekkah saat hijrah. Sementara, hanya tersisa sebuah sumur yang masih memiliki air milik seorang Yahudi bernama Ruma.
Ruma pun menjual airnya dengan harga yang sangat tinggi. Hal ini membuat banyak umat muslim yang tidak mampu kesulitan membeli dan hidup menderita. Rasulullah pun mengumpulkan para sahabat untuk mencari jalan keluar bersama.
Saat itulah, Utsman berkata bahwa ia akan membeli sumur itu. Rasulullah lalu berkata dan memotivasi sahabatnya, “Barang siapa yang mendermakan hartanya di jalan Allah maka dibangun rumah untuknya di surga.”
Awalnya, pembelian sumur tidak berjalan lancar. Ruma mematok harga yang sangat mahal sehingga Utsman tak bisa memenuhinya. Tapi beliau tidak menyerah dan memberi penawaran untuk membeli setengahnya saja, jadi tiap hari Ruma dan Utsman bergantian memiliki sumur itu. Sang pemilik sumur akhirnya setuju dengan usulan itu.
Pada hari saat sumur itu menjadi milik Utsman, ia membagikan airnya secara gratis ke orang-orang sekitar yang membutuhkan. Membuat pembeli air Ruma keesokan harinya menurun drastis. Hal tersebut berlangsung beberapa hari hingga akhirnya Ruma pun menjual separuh sumurnya lagi ke Utsman.
Karena keikhlasan Utsman dalam beramal, nabi pernah berkata pada Aisyah jika malaikat saja malu jika berhadapan dengan Utsman. Kedermawanannya juga membuat sahabat nabi lainnya segan terhadapnya.
Baca juga: Kumpulan Cerpen Cinta Romantis yang Seru dan Mengharukan
Kisah Para Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib yang Berperang karena Allah
Dalam sebuah kisah, Nabi Muhammad bercerita jika ada sepuluh orang sahabatnya yang dijamin masuk surga. Salah satunya adalah khalifah terakhir sekaligus sepupu rasulullah, Ali bin Abi Thalib.
Ali merupakan anak dari Abu Thalib, paman kesayangan rasulullah. Sejak kecil, Ali telah diasuh dan diajari agama Islam oleh Nabi Muhammad. Membuatnya menjadi anak laki-laki pertama yang sejak lahir sudah memeluk agama Islam.
Diceritakan oleh para sahabat jika Ali adalah anak yang cerdas, selain itu ia juga sangat mahir dalam berkuda dan ilmu pedang. Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad berkata, “Aku adalah sumber ilmu dan Ali adalah pintunya.”
Maksud dari hadis tersebut adalah jika seseorang ingin beramal dan beribadah seperti rasulullah maka contohlah Ali. Sebab, Ali adalah orang yang sudah mengikuti ajaran beliau sejak masih anak-anak.
Salah satu kisah Ali yang menarik adalah pada saat Perang Khandaq. Saat itu, pertempuran semakin memanas dan pihak Yahudi-Quraisy yang semakin terjepit menantang kubu Muslim untuk berduel satu lawan satu.
Ali yang saat itu masih berusia 25 tahun, menjadi wakil pihak muslim melawan jawara dari pihak Yahudi Quraisy, Amr bin Abd Al-Wud. Dalam duel tersebut, Ali menang telak. Saat ingin menghabisi nyawa musuhnya, Amr meludahi wajah Ali.
Marah, Ali justru membalik badan dan menyarungkan lagi pedangnya. Hal ini membuat Amr heran, “Mengapa engkau tak jadi membunuhku?”
“Ketika berperang, aku berperang karena Allah. Ketika melawanmu, niatku karena Allah. Ketika aku membunuhmu, niatku juga karena Allah,” jawab Ali, “Tapi kau malah membuatku marah, aku tidak ingin membunuhmu karena marah.”
Sebenarnya saat rasulullah wafat, Ali menjadi kandidat kuat calon pemimpin. Sayangnya, saat itu usianya dianggap masih terlalu muda. Ali pun diangkat menjadi penasihat dari masa pemerintahan Abu Bakar, Umar, hingga Utsman.
Baca juga: Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih
Teladani Sifat Terpuji Para Sahabat
Demikian kisah para sahabat nabi yang termasuk ke dalam Khulafaur Rasyidin. Semoga, kamu tidak hanya terhibur tapi juga mendapat pelajaran moral setelah membaca kisah-kisahnya.
Dari kisah keempat tokoh itu, kamu bisa belajar keikhlasan, loyalitas, ketulusan, dan niat melakukan sesuatu karena Allah. Diantara keempat tokoh tadi, adakah sahabat nabi yang menjadi favoritmu?
Jika kamu suka dengan cerita-cerita nabi, simak kisah lain yang ada di ruang pena KepoGaul. Tidak hanya kisah nabi saja, kamu juga bisa menemukan puisi dan pantun yang lucu-lucu, lho! Selamat membaca!