
Hidroponik merupakan metode menanam tanpa tanah dengan memanfaatkan air. Metode ini sering digunakan sebagai solusi bercocok tanam di area perkotaan yang terkendala keterbatasan lahan. Kalau kamu tertarik tapi bingung bagaimana memulainya, baca ulasan tentang cara menanam hidroponik dengan media air di sini, yuk!
Hobi bercocok tanam namun terkendala ketersediaan lahan? Nggak perlu gundah karena ada berbagai macam cara menanam hidroponik dengan media air yang bisa jadi solusi.
Beberapa yang umum dipakai di skala rumah tangga adalah water culture, wick system, drip system, dll. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Ada yang instalasinya sangat mudah dan murah, tapi kurang cocok dipakai untuk tanaman dengan kebutuhan nutrisi tinggi. Sebaliknya, ada pula yang mampu menyediakan nutrisi untuk tanaman dengan baik, namun instalasinya cukup rumit.
Kalau kamu masih bingung menentukan mana teknik yang paling sesuai dengan kebutuhanmu, baca terus artikel ini. Kami akan mengajakmu mengenal apa itu hidroponik dan bagaimana memulainya. Yuk, disimak!
Mengenal Hidroponik
Sebelum melangkah lebih jauh ke cara menanam hidroponik dengan media air, alangkah baiknya kalau kamu mengenal pengertiannya terlebih dahulu. Hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman tanpa tanah dengan memanfaatkan air.
Pada metode ini, pemenuhan kebutuhan tanaman dilakukan dengan melarutkan nutrisi dalam air. Sementara fungsi tanah sebagai penyangga tanaman dapat digantikan oleh berbagai macam media tanam seperti arang sekam, pasir, spon, styrofoam, dll.
Lantas, apa bedanya dengan memakai tanah biasa? Yang jelas, kebersihan tanaman akan lebih terjaga. Jadi, kamu nggak perlu takut belepotan kalau ingin meletakkannya di dalam ruangan.
Media tanam alternatif di atas umumnya juga lebih ringan sehingga kamu mudah memindah-mindahkannya. Malah, kamu bisa menyusun wadahnya secara vertikal seperti biasa digunakan pada taman vertikultur. Karena itulah cara menanam hidroponik dengan media air ini cocok digunakan orang-orang yang tinggal di rumah dengan pekarangan sempit.
Perbedaan lainnya, tanaman yang ditumbuhkan dengan cara ini cenderung memiliki pertumbuhan cepat. Hal ini diduga disebabkan oleh akar yang lebih leluasa menyerap nutrisi dan kondisi lingkungan yang terkontrol. Menarik, kan?
Baca juga: Daripada Jauh-Jauh ke Jepang, Dapetin Ulasan tentang Bunga Sakura dan Fakta Menariknya di Sini
Yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mulai Menanam
Ada beberapa hal yang perlu kamu pertimbangkan sebelum membuat instalasi hidroponik. Yang pertama adalah jenis tumbuhan yang ingin kamu tanam. Perkirakan apakah cara menanam hidroponik dengan media air yang kamu pilih sesuai dengan tumbuhan tersebut. Bukan hanya di awal pertumbuhannya, namun hingga saat mencapai ukuran maksimalnya nanti.
Misalnya saja kamu ingin menanam cabai dengan sistem wick menggunakan gelas plastik bekas air minum. Saat ukurannya mulai membesar, ternyata gelas itu sudah tidak bisa menampungnya lagi. Alhasil, kamu jadi perlu memindahkan pohon cabai tersebut ke wadah lain dan memasang instalasi dari awal. Justru repot, kan?
Kemudian, pertimbangkan juga apakah instalasi yang kamu pilih hanya sesuai untuk satu macam tanaman saja atau tidak. Kalau tidak, jangan paksa mereka untuk tumbuh bersama karena akan repot nantinya. Bisa-bisa kamu harus memindah-mindahkan tanaman tersebut di tengah pertumbuhannya seperti cabai sebelumnya.
Terakhir, beberapa cara menanam hidroponik dengan media air membutuhkan instalasi yang agak repot dan mahal. Misalnya saja NFT dan aeroponik. Pertimbangkan apakah instalasi tersebut mudah dibersihkan, awet, dan bisa digunakan berulang kali. Karena kalau hanya sekali pakai dan harus dibuang, pasti sayang dan bikin nyesel.
Baca juga: Informasi Menarik Seputar Bunga Tulip serta Teknik Penanamannya
Alat yang Dibutuhkan
Alat untuk membuat instalasi bisa berbeda tergantung cara menanam hidroponik dengan media air yang kamu pilih. Akan tetapi, pada dasarnya yang perlu kamu siapkan adalah sebagai berikut:
Tempat Tumbuh
Seperti namanya, tempat tumbuh merupakan wadah atau pot yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman. Fungsinya adalah melindungi tanaman dari lampu, panas, dan gangguan hama. Bagian akar sebaiknya terlindung dari paparan cahaya berlebihan dan temperatur tinggi karena bisa menyebabkan stres pada tanaman. Jika terjadi terus-menerus, produksi bunga dan buah bisa menurun.
Ukuran tempat tumbuh sendiri bermacam-macam tergantung jenis tanaman dan metode hidroponik yang kamu gunakan. Semakin besar tanaman, biasanya memiliki akar yang semakin besar pula, sehingga wadah yang kamu butuhkan juga harus menyesuaikan.
Bahan yang dapat digunakan juga beragam. Akan tetapi, sebaiknya hindari wadah dari besi karena mudah berkarat dan dapat bereaksi dengan zat kimia dalam nutrisi. Sebagai gantinya, kamu bisa memanfaatkan wadah bekas dari cat, gelas plastik air minum, paralon, kantong minyak, botol, dll dalam berbagai cara menanam hidroponik dengan media air.
Reservoir
Reservoir merupakan wadah untuk menampung larutan nutrisi. Pada beberapa cara menanam hidroponik dengan media air, reservoir dapat sekaligus digunakan sebagai tempat tumbuh.
Wadah ini dapat terbuat dari apa saja asalkan dapat menampung air dan mudah dibersihkan. Sebisa mungkin, gunakan juga wadah yang tidak tembus cahaya.
Untuk memeriksanya, cobalah angkat wadah tersebut dan arahkan ke lampu atau matahari. Kalau kamu masih bisa melihat cahaya dari sana, berarti masih tembus cahaya dan perlu kamu cat atau lapisi dengan selotip, plastik, kardus, dll.
Kalau masih tembus cahaya, mikroorganisme dan lumut akan mudah tumbuh di dalam wadah. Keduanya bisa menjadi hama yang bersaing dengan tumbuhan dalam mendapatkan nutrisi. Selain itu, wadah dan larutan juga jadi mudah kotor dan harus lebih sering dibersihkan.
Pompa Air
Sebagian cara menanam hidroponik dengan media air membutuhkan pompa untuk menaikkan larutan nutrisi dari reservoir menuju tempat tumbuh atau bagian akar tanaman. Usahakan untuk mengunakan pompa yang dilengkapi filter untuk menjaga agar larutan nutrisi tidak mudah kotor.
Pompa Akuarium & Aerator
Selain pompa air, pompa akuarium dan aerator terkadang juga perlu digunakan, terutama pada sistem water culture. Pasalnya, akar akan terendam dalam larutan nutrisi selama 24 jam/7 hari. Tanpanya, akar bisa kehabisan oksigen dan akhirnya mati.
Manfaat lain pompa akuarium adalah membuat larutan terus bergerak sehingga air dan nutrisi bisa tercampur dengan baik. Larutan yang terus tersirkulasi ini pun bisa menekan pertumbuhan patogen penyebab penyakit.
Baca juga: Kamu Pecinta Flora? Yuk, Kenalan sama Macam-Macam Bunga Cantik Ini!
Penghantar Nutrisi
Pada beberapa cara menanam hidroponik dengan media air, larutan nutrisi harus melewati saluran atau penghantar terlebih dahulu sebelum sampai ke tempat tumbuh. Saluran yang umum digunakan adalah paralon atau selang.
Kamu juga bisa menggunakan drip emitter atau sprayer untuk menghantarkan nutrisi ke tanaman. Hanya saja, baik emitter maupun sprayer mudah tersumbat sehingga sebaiknya kamu menyiapkan cadangan agar sistem bisa tetap berjalan kalau yang satu dibersihkan.
Lampu
Tanaman membutuhkan cahaya matahari untuk melakukan fotosintesis. Terus, bagaimana kalau kamu ingin meletakkannya di dalam ruangan? Nggak perlu khawatir karena kamu masih bisa menggunakan lampu sebagai sumber cahaya buatan.
Umumnya, ada tiga macam lampu yang biasa dipakai, yakni lampu pijar, neon, dan LED. Lampu pijar (incandesent light) lebih murah, namun daya tahannya pendek. Apalagi jika digunakan 16-18 jam sehari. Sifatnya juga panas sehingga tidak boleh disimpan terlalu dekat dengan tanaman karena membuat daunnya layu.
Neon (flourescent light) alias TL relatif lebih dingin dan tahan lama daripada lampu pijar. Akan tetapi, daya listrik yang dibutuhkannya cukup besar. Kalau masih dalam skala hobi dan hanya butuh 1-3 neon saja, mungkin nggak masalah. Tapi kalau kamu butuh banyak lampu, bisa-bisa pengeluaranmu jadi membengkak.
Oh ya, kalau ingin menggunakan neon, usahakan pilih yang daylight karena menyediakan spektrum cahaya yang lebih lengkap. Asal tahu saja, nggak semua spektrum cahaya lampu bisa dipakai tumbuhan untuk berfotosintesis. Yang paling dibutuhkan adalah spektrum biru (panjang gelombang 440-470 nm) dan merah (640-660 nm). Nah, daylight bisa menyediakan keduanya.
Kalau kamu butuh lampu yang tahan lama, nggak cepat panas, dan hemat listrik, LED adalah jawabannya. Malah, sudah banyak lampu LED yang khusus menyediakan spektrum cahaya untuk fotosintesis tanaman. Lampu ini disebut sebagai LED penumbuh dan dijual bebas di pasaran.
Timer
Salah satu kekurangan hidroponik dibandingkan sistem tanam konvensional adalah mahalnya biaya operasional. Terutama jika kamu menggunakan cara menanam hidroponik dengan media air yang membutuhkan aliran listrik. Entah untuk menjalankan pompa air, pompa akuarium, aerator, atau lampu.
Untuk mengakalinya, kamu bisa memakai timer agar alat-alat di atas tidak menyala terus-terusan. Terserah ingin menggunakan timer analog atau digital. Yang jelas, nyalakan pompa, aerator, dan lampu saat dibutuhkan saja.
Baca juga: Mengenal Bunga Edelweis & Bunga Edelweis Jawa, Simbol Keabadian yang Terancam Tak Abadi
Cara Menanam Hidroponik dengan Media Air
Ada enam cara menanam hidroponik dengan media air yang biasa digunakan untuk skala rumah tangga. Yang membedakan keenamnya adalah bagaimana cara nutrisi, air, dan oksigen bisa sampai ke akar tanaman. Penasaran apa aja? Ini dia daftarnya.
1. Wick System
Wick system atau sistem sumbu termasuk cara menanam hidroponik dengan media air yang paling sederhana dibandingkan metode lainnya. Cocok untuk kamu yang masih sangat hijau di dunia pertanaman.
Seperti namanya, metode ini mengandalkan sumbu untuk mengalirkan nutrisi dari reservoir ke tempat tumbuh tanaman. Kamu nggak perlu menggunakan listrik atau pompa sama sekali. Aerator pun tak diperlukan karena akar tidak terendam air secara terus-menerus.
Agar larutan tak langsung mengalir kembali ke bawah, gunakan media tanam berpori seperti rockwool, vermiculite, hidrogel, atau perlite. Usahakan untuk meminimalisir jarak antara tempat tumbuh dan reservoir sehingga nutrisi bisa lebih cepat sampai ke tanaman.
Mudah dan murah, ya? Sayangnya, wick memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya, penyerapan nutrisi tidak semaksimal metode lain. Sehingga, cara bertanam hidroponik bagi pemula ini hanya cocok untuk tumbuhan yang kebutuhan nutrisinya tidak terlalu tinggi, seperti selada, bayam, sawi, atau kangkung. Hindari menanam tumbuhan buah atau berkayu, seperti jeruk, kopi, jambu, dll.
Ditambah lagi, karena akar tidak bersentuhan langsung dengan air, sumbu tidak bisa memilah nutrisi apa saja yang sebenarnya dibutuhkan tanaman. Akibatnya, nutrisi yang tidak diserap akan tertinggal di media tanam. Kalau tidak dibersihkan secara rutin, bisa menyebabkan penumpukkan dan menjadi racun bagi tanaman.
Kalau kamu nggak masalah dengan kekurangan-kekurangan di atas dan sudah mantap mau menggunakan metode ini, berikut langkah pembuatannya.
Alat:
- Botol air minum 600 ml (bisa digunakan sebagai tempat tumbuh sekaligus reservoir)
- Kain flannel sebagai sumbu
- Cutter
- Larutan nutrisi
- Rockwool
Cara membuat:
- Potong botol air minum secara horizontal menjadi dua. Panjang bagian atas sebaiknya lebih pendek dibandingkan bagian bawah (sekitar 1:3).
- Buat dua lubang sejajar di bagian leher botol untuk tempat memasukkan sumbu.
- Tempatkan bagian atas botol secara terbalik ke bagian bawah botol. Nantinya, bagian atas akan menjadi tempat tumbuh tanaman, sementara bagian bawahnya berfungsi sebagai reservoir.
- Masukkan larutan nutrisi.
- Pindahkan rockwool yang sudah berisi tanaman ke bagian atas botol.
2. Water Culture
Selanjutnya, ada water culture yang juga termasuk cara menanam hidroponik dengan media air sederhana. Metode ini tidak membutuhkan instalasi dan perawatan yang merepotkan. Begitu sistem berjalan, tanaman akan mendapatkan suplai nutrisi secara konstan.
Prinsip dasarnya adalah merendam akar dalam larutan nutrisi, sementara bagian batang ke atas ditahan agar tetap berada di permukaan air. Sistem rakit apung yang mungkin sudah sering kamu lihat di hidroponik skala industri merupakan salah satu contohnya.
Kalau kamu ingin mencoba membuatnya di rumah, tak perlu menggunakan reservoir berukuran besar seperti yang ada di skala industri. Kamu bisa menggunakan baki atau ember bekas cat sebagai reservoir, sementara tempat tanamnya bisa memakai pot kecil atau gelas plastik seperti di wick system.
Agar tanaman tak kehabisan oksigen karena akarnya terendam terus-menerus, siapkan aerator atau pompa akuarium. Untuk yang terakhir ini bisa dipadukan dengan batu aerasi agar menghasilkan gelembung-gelembung udara di reservoir.
Kalau tanaman yang ditanam hanya sedikit dan kamu belum punya uang untuk membeli aerator, jangan biarkan akar terendam secara seluruhnya. Berikan celah kosong antara larutan dan tempat tumbuh sehingga akar masih bisa mengambil oksigen dari sana.
Oh ya, soal pilihan tanaman, pada dasarnya water culture cocok untuk berbagai macam tumbuhan yang tahan rendaman air. Akan tetapi, kamu perlu mempertimbangkan apakah kira-kira tempat tanam dan penopangnya bisa menahan berat tumbuhan tersebut.
Sistem rakit apung biasanya lebih didominasi sayur-sayuran berdaun hijau seperti selada, sawi, bayam, kangkung, dll yang berukuran kecil. Sementara timun, tomat, mawar, atau cabai dapat ditanam secara water culture, namun menggunakan penopang yang lebih kuat atau ditahan dengan tali.
Salah satu cara menanam hidroponik dengan media air menggunakan metode water culture sendiri adalah sebagai berikut.
Alat:
- Ember cat bekas dan tutupnya
- Pot/gelas plastik bekas
- Tali jika perlu
- Larutan nutrisi
- Rockwool atau media tanam lainnya
- Bibit tanaman
Cara menanam hidroponik dengan botol bekas:
- Lubangi tutup ember cat untuk tempat pot.
- Pastikan pot memiliki lubang untuk tempat keluar akar. Ukuran lubangnya disesuaikan agar tidak terlalu sempit dan malah merusak akar. Kamu juga bisa menggunakan net pot yang memang sudah dilengkapi lubang dari sananya.
- Isi ember dengan larutan nutrisi. Untuk awal masa tanam saat akar masih pendek, larutan sebaiknya bisa mencapai pot, sementara untuk penggantian larutan selanjutnya bisa menyesuaikan dengan panjang akar.
- Pindahkan rockwool yang sudah berisi tanaman dari persemaian ke dalam pot.
- Rapikan akar agar bisa keluar dari lubang. Gunakan pinset jika perlu.
3. Ebb and Flow (Flood and Drain)
Di cara menanam hidroponik dengan media air ini, larutan nutrisi didapatkan tanaman secara periodik. Pada waktu yang telah ditentukan, larutan akan dipompa ke tempat tumbuh tanaman, menggenang beberapa saat, baru mengalir kembali ke reservoir. Mirip dengan pasang surut yang biasa terjadi di pantai.
Jeda pemberian nutrisi ini membuat tanaman lebih leluasa untuk bernapas. Karena larutan terus tersirkulasi, kandungan oksigen terlarutnya pun lebih tinggi. Air dan nutrisi juga akan tercampur dengan lebih baik.
Tak perlu khawatir kamu harus menyiram dan membuang air secara manual karena proses di atas dapat dilakukan secara otomatis. Yakni dengan bantuan timer dan bell siphon/overflow pipe (pipa pembuangan).
Timer berfungsi untuk menjalankan pompa secara berkala sehingga bisa mengalirkan nutrisi dari reservoir ke tempat tumbuh tanaman, sementara bell siphon mengatur jalannya pasang surut. Setelah larutan mencapai tinggi tertentu, bell siphon akan mengalirkannya kembali ke reservoir. Begitu seterusnya.
Hanya saja, pengoperasian pompa membutuhkan daya listrik. Jadi saat mati lampu, sistem akan berhenti dan tanaman bisa tergenang atau justru ada dalam kondisi kering hingga listrik menyala lagi. Kelemahan lainnya, karena larutan nutrisi digunakan berulang kali, kualitasnya akan cepat menurun.
Setelah memahami kelebihan dan kelemahannya, sekarang saatnya mencari tahu cara membuat sistem hidroponik pasang surut sekaligus bell siphon-nya. Berikut ini alat yang kamu butuhkan dan langkah-langkahnya.
Alat untuk membuat bell siphon:
- Paralon diameter 2 inci (tinggi menyesuaikan ember/tempat tumbuh tanaman)
- Paralon diameter 3 inci (tinggi menyesuaikan ember/tempat tumbuh tanaman dan paralon 2 inci)
- Vlok sock 1 inci x 3/4 inci
- Sock drat luar 3/4 inci
- Dop 2 inci
- Selang aerator
Cara membuat bell siphon:
- Pasang vlok sock 1 inci x 3/4 inci pada salah satu ujung pipa paralon 2 inci, sementara ujung satunya dipasangi sock drat luar 3/4 inci. Bagian ini bisa disebut sebagai sistem air pasang karena menentukan ketinggian air pasang di dalam ember.
- Tutup satu sisi paralon 2 inci dengan dop. Buat satu lubang sekitar 1 cm di bawah dop untuk tempat masuk selang aerator. Sesuaikan panjang selang agar sedikit lebih pendek dari pipa.
- Buat beberapa lubang untuk pintu masuk air di ujung paralon 2 inci yang tidak dipasangi dop. Pipa ini berfungsi untuk menentukan titik terendah air surut, sehingga bisa disebut sebagai sistem air surut.
- Buat lubang di permukaan paralon 3 inci dengan jarak sekitar 2 cm x 2 cm. Paralon ini berfungsi untuk melindungi sistem pasang dan surut dari kotoran, kerikil, media tanam, dll yang dapat mengganggu jalannya sistem ebb and flow.
Alat untuk sistem ebb and flow:
- Ember
- Verlop ring 1 inci x 3/4 inci
- Sambungan pipa knee 1 inci
- Media tanam
- Timer
Cara membuat tanaman hidroponik dengan paralon menggunakan sistem ebb and flow:
- Bor bagian tengah ember, pasang verlop ring dengan bagian 1 inci ada di luar, sementara 3/4 inci ada di dalam.
- Pasang sock drat sistem air pasang di verlop ring 3/4 inci. Gunakan selotip pipa untuk mengencangkan kaitan jika perlu.
- Tangkupkan sistem air surut pada sistem air pasang dengan posisi dop ada di bagian atas. Pastikan dop terpasang kencang agar tidak ada air rembes.
- Letakkan paralon 3 inci di bagian terluar sistem air surut dan pasang.
- Pasang sambungan pipa knee 1 inci di verlop ring yang ada di luar ember. Knee akan berfungsi sebagai pintu keluar larutan nutrisi menuju reservoir.
- Lakukan pengujian untuk mengetahui apakah sistem pasang surut bisa bekerja dengan baik.
- Pasang timer untuk menjalankan pompa dan mengalirkan air ke dalam tempat tumbuh tanaman.
- Kalau sudah, masukkan hidroton atau media tanam lainnya ke dalam ember. Pindahkan bibit tumbuhan yang ingin kamu tanam ke atasnya.
Baca juga: Informasi Seputar Bunga Anggrek untuk Memperluas Pengetahuanmu
4. Drip System
Drip system atau disebut juga sebagai sistem irigasi tetes merupakan salah satu cara menanam hidroponik dengan media air yang cukup populer. Metode ini sering digunakan baik di skala rumah tangga maupun industri karena konsepnya yang sederhana namun mampu mengefisienkan penggunaan air dan nutrisi.
Seperti namanya, larutan nutrisi di sistem ini diberikan pada tanaman dalam bentuk tetesan. Akan tetapi, tak perlu khawatir tanamanmu akan kekeringan karena larutan akan menetes secara terus-menerus. Apalagi, drip system umumnya menggunakan media tanam berongga yang mampu menjaga kelembapan akar tanpa membuatnya tergenang.
Lantas, apa bedanya dengan menyiram seperti biasa? Kan media tanamnya sama-sama basah? Yang satu diberikan sekaligus, yang satu sedikit demi sedikit namun terus menerus.
Asal tahu saja, nggak semua air yang diberikan ke tanaman bisa langsung diserap oleh akar. Sebagian berevaporasi dan menguap ke udara, sementara sebagian lagi yang tidak terserap malah menghanyutkan nutrisi dan pestisida. Dengan sistem tetes, larutan akan diantarkan langsung ke area akar secukupnya. Kehilangan air, nutrisi, serta pestisida pun dapat lebih ditekan.
Kelebihan lainnya, drip system dapat mencegah pertumbuhan gulma dan jamur penyebab penyakit yang menyukai kondisi lembab. Selain itu, larutan nutrisi dari tempat tumbuh bisa dialirkan kembali ke reservoir dan digunakan lagi.
Terus ada kekurangannya nggak, ya? Tentu ada. Umumnya, drip emitter sangat mudah tersumbat sehingga kamu harus rajin membersihkannya. Saat yang satu dibersihkan, ada baiknya kamu memiliki emitter cadangan agar asupan nutrisi tanaman tidak terhenti.
Selain itu, instalasi dan pengoperasian drip system lebih rumit serta mahal dari tiga cara menanam hidroponik dengan media air sebelumnya. Sebaiknya kamu mempelajari dulu apa nutrisi yang benar-benar dibutuhkan tanamanmu dan apa yang harus kamu lakukan jika sistem rusak/gagal.
Adapun alat dan langkah pembuatannya sendiri bisa kamu simak di bawah ini.
Alat:
- Ember sebagai reservoir
- Pot/botol bekas air minum sebagai tempat tumbuh tanaman. Bisa juga memakai talang air kotak jika menanam sayuran atau tumbuhan yang tidak memerlukan area luas
- Stick drip 5 mm
- Nipple ulir 5 mm
- Selang irigasi 5 mm
- Paralon
- Pompa air
- Timer
- Filter
- Media tanam
Cara membuat:
- Lubangi paralon dengan ukuran 5 mm (sesuai nipple ulir dan selang irigasi). Jarak antar lubang disesuaikan dengan pot/jarak tanam di dalam talang.
- Pasang nipple ulir di setiap lubang lalu hubungkan dengan selang irigasi. Masing-masing ujung selang irigasi dipasangi stick drip agar nutrisi bisa menembus media tanam dengan mudah dan cepat sampai ke akar.
- Letakkan paralon sejajar dengan tempat tumbuh tanaman. Tutup salah satu ujungnya dengan dop, sementara ujung lainnya bisa dihubungkan dengan paralon lain yang dimasukkan ke dalam reservoir. Kamu juga bisa memasang filter untuk menyaring kotoran di antara kedua paralon ini.
- Paralon yang ada di reservoir dipasangi pompa agar larutan nutrisi bisa mengalir ke tempat tumbuh tanaman. Jangan lupa pasang timer untuk mengatur frekuensi dan periode pemompaan.
- Lakukan pengujian untuk mengetahui apakah sistem bisa berjalan dengan baik.
- Isi pot/talang dengan media tanam. Lalu, pindahkan bibit tanaman ke atasnya.
5. Nutrient Film Technique (NFT)
Mungkin kamu heran saat pertama kali mendengar nama metode hidroponik yang satu ini. Apa hubungannya tanaman sama film coba? Ternyata, film di sini nggak ada kaitannya sama sekali dengan film-film yang biasa kamu lihat di bioskop, melainkan merujuk ke makna lainnya dalam bahasa Inggris, yakni lapisan tipis.
Di cara menanam hidroponik dengan media air ini, larutan nutrisi memang dialirkan sedemikian rupa hingga menyerupai lapisan tipis. Jadi hanya sebagian akar yang terendam di dalamnya, sementara bagian lainnya bebas mengambil oksigen dari udara.
Karena tanaman mendapatkan asupan air, nutrisi, dan oksigen secara bersamaan, potensi hasil panennya bisa meningkat dan masa tanamnya lebih singkat. Aliran nutrisi yang konstan ini juga membuat semua tanaman mendapat nutrisi seragam sehingga kecepatan pertumbuhan dan ukurannya tak akan berbeda jauh satu sama lain.
Agar NFT bisa berjalan dengan baik, kamu perlu mempertimbangkan kemiringan tempat tumbuh tanaman (biasanya memakai talang atau pipa paralon) yang dialiri nutrisi. Perbandingan yang banyak dipakai adalah 1:30 sampai 1:40. Artinya, untuk setiap 30-40 inci (76,2-101,6 cm) panjang talang, perlu dimiringkan sebesar 1 inci (2,54 cm).
Perbandingan lain yang bisa kamu pakai adalah 6:100. Menurut penelitian dari Sahat Sibarani tahun 2012 lalu, kemiringan ini bisa memberikan hasil produk dan keseragaman yang lebih baik dibandingkan dengan kemiringan 3:100.
Selain kemiringan talang, kamu juga perlu mempertimbangkan kecepatan aliran nutrisi dan panjang talang. Secara umum, kecepatan yang disarankan kurang lebih sebesar 1 liter/menit. Sementara panjang talang sebaiknya tidak melebihi 10-15 m untuk mencegah penurunan nitrogen.
Agak memusingkan, ya? Instalasi yang cukup rumit memang menjadi salah satu kelemahan cara menanam hidroponik dengan media air ini. Selain itu, setelah sistem berjalan, kamu juga harus memantau aliran nutrisi bisa berjalan dengan baik atau tidak.
Saat tanaman sudah tumbuh besar, akarnya kadang bisa menghambat aliran. Nah, kamu mungkin perlu melakukan penyesuaian. Entah dengan menambah kemiringan, atau menambah kecepatan aliran.
Kamu pun perlu rajin-rajin membersihkan talang agar bebas dari kotoran yang menyumbat jalannya sistem. Karena itulah, ada baiknya kamu memilih talang air kotak yang bisa dibuka bagian atasnya dan lebih mudah dibersihkan.
Kelemahan lainnya, NFT bergantung pada aliran listrik untuk menjalankan pompa agar aliran nutrisi bisa mengalir terus. Selain itu, apabila ada satu tanaman yang terkena penyakit, tanaman lainnya juga rentan tertular.
Alat:
- Paralon 2,5 inci atau talang air kotak sebagai tempat tumbuh tanaman
- Paralon 3/4 inci sebagai pipa input atau saluran air dari reservoir ke tempat tumbuh tanaman (panjangnya menyesuaikan jarak antara reservoir dan paralon 2,5 inci)
- Sambungan pipa knee 2,5 inci (banyaknya menyesuaikan jumlah paralon)
- Sambungan pipa knee 3/4 inci
- Dop 2,5 inci
- Net pot/gelas bekas air minum sebagai tempat tumbuh tanaman
- Media tanam
- Reservoir
- Pompa
Cara membuat:
- Buat lubang di permukaan paralon 2,5 inci untuk tempat net pot atau gelas bekas air minum. Jumlahnya menyesuaikan panjang paralon dan jumlah net pot yang ingin dipasang.
- Lubangi bagian tengah dop dengan ukuran 3/4 inci sebagai tempat sambungan pipa knee. Pasang paralon 3/4 inci di ujung pipa knee yang lain untuk kemudian disambungkan dengan pompa di reservoir.
- Ujung pipa paralon 2,5 yang tidak dipasangi dop bisa diberi knee untuk langsung mengalirkan nutrisi kembali ke reservoir. Bisa juga dihubungkan dengan pipa paralon 2,5 inci lain jika ingin menambah jumlah tanaman.
- Jika sudah siap, net pot tinggal dipasang di masing-masing lubang paralon 2,5 inci. Kemudian, media tanam yang sudah berisi bibit bisa kamu pindahkan ke atasnya.
6. Aeroponik
Meskipun namanya aeroponik, metode ini masih bisa digolongkan sebagai hidroponik. Pasalnya, aeroponik tetap membutuhkan air untuk mengantarkan nutrisi ke tanaman. Hanya saja, air di sini disemprotkan langsung ke akar yang menggantung di udara.
Semakin kecil partikel air yang disemprotkan, akan semakin mudah diserap oleh akar. Karena itulah tumbuhan yang ditanam secara aeroponik biasanya bisa tumbuh lebih cepat dibandingkan yang disiram secara konvensional. Apalagi asupan oksigennya juga bisa didapatkan secara maksimal.
Sistem ini bahkan cocok digunakan untuk menanam berbagai macam tumbuhan, mulai dari sayuran sampai kopi. Kalau kamu berhasil mencobanya di rumah, lumayan kan, bisa menghemat pengeluaran untuk membeli kopi yang dijual di kafe-kafe?
Kelebihan lainnya, aeroponik tidak memerlukan banyak media tanam atau malah tidak memakainya sama sekali. Selain itu, metode ini bisa menghemat penggunaan air. Terutama pada sistem aeroponik bertekanan tinggi dan ultrasonic fogger yang bisa menghasilkan partikel air sangat kecil hingga menyerupai kabut.
Hanya saja, instalasi kedua sistem ini cukup rumit dan membutuhkan biaya tinggi. Seperti sistem drip, emitter atau kepala sprayer pun mudah tersumbat sehingga kamu perlu menyiapkan cadangan dan rajin membersihkannya.
Kalau hanya untuk skala rumahan, mungkin sebaiknya kamu menggunakan sistem aeroponik bertekanan rendah yang lebih murah dan mudah dibuat. Adapun langkah pembuatannya dapat kamu simak di bawah ini.
Alat:
- Reservoir (usahakan yang tidak tembus cahaya dan memiliki tutup)
- Paralon 3/4 inci (panjangnya menyesuaikan diameter/panjang reservoir)
- Sambungan pipa tee
- Dop 3/4 inci
- Vlok sock 3/4 inci
- Sambungan selang
- Selang akuarium
- Sprayer 5 mm
- Ripet
- Net pot/gelas bekas air minum sebagai tempat tumbuh tanaman
- Media tanam
Cara membuat:
- Buat lubang di tutup reservoir untuk wadah net pot/gelas bekas air minum. Jarak antar lubang disesuaikan dengan ukuran tanaman. Jangan lupa memperkirakan ukuran maksimal tanaman setelah tumbuh nanti.
- Selain di bagian tutup, buat juga lubang di dua sisi reservoir yang saling berhadapan. Masing-masing sisi diberi dua lubang untuk dudukan paralon 3/4 inci.
- Sesuaikan panjang paralon dengan diameter/panjang reservoir. Siapkan dua paralon berukuran sama dan satu lagi yang lebih pendek.
- Pasang sambungan pipa tee di masing-masing pipa panjang, lalu hubungkan keduanya dengan pipa pendek hingga membentuk huruf H (h besar).
- Lubangi pipa panjang dan pendek sebagai tempat sprayer. Jumlah dan jarak lubang disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi tanaman.
- Masukkan satu set pipa ini ke dalam reservoir. Masukkan ujung-ujungnya ke lubang yang sudah dibuat di sisi reservoir tadi.
- Tutup tiga lubang paralon dengan dop, sementara yang satu lagi dipasangi vlok sock yang sudah dijadikan satu dengan sambungan selang.
- Buat satu lubang lagi di tengah-tengah lubang paralon dan vlok sock untuk tempat masuk selang akuarium.
- Sambungkan salah satu ujung selang akuarium ke vlok sock, sedangkan yang satu lagi dihubungkan dengan pompa yang diletakkan dalam reservoir.
- Untuk mengetahui apakah sistem sudah berjalan dengan baik, lakukan pengujian. Kalau air bisa menyembur lewat sprayer, berarti cara menanam hidroponik dengan media air ini sudah dapat kamu gunakan.
- Net pot dapat kamu pasang di lubang yang ada di tutup reservoir. Pindahkan juga bibit tanaman dari persemaian ke net pot sekaligus dengan media tanamnya.
Baca juga: Cara Membuat Taman Rumah Sederhana yang Mudah untuk Dipraktikkan
Sudah Siap Bercocok Tanam?
Setelah mengetahui cara menanam hidroponik dengan media air di atas, sekarang saatnya kamu menerapkannya di rumah. Sudah siapkah kamu untuk bercocok tanam?
Nggak hanya bisa menghemat pengeluaran belanja, kegiatan ini juga bermanfaat untuk kesehatan tubuh dan jiwa, lho! Jadi, nggak perlu ragu untuk melakukannya! Buruan gih, tanam tumbuhan kesukaanmu!