• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

KepoGaul

Info Seleb Indonesia & Mancanegara

  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
  • Korea
  • Seleb
  • Hiburan
  • Inspirasi
  • Tokoh
  • Lucu
  • Wisata
  • Cewek
  • Hewan
  • Tanaman
  • Kuliner
  • Ruang Pena
  • Bunda
» Ruang Pena

7 Puisi tentang Bencana Alam yang Membuat Hatimu Terenyuh

Bagikan:
  • Facebook
  • Twitter
  • Whatsapp
  • Line
Puisi tentang Bencana Alam - Taufiq Ismail

Ingin mengungkapkan keprihatinan dan kesedihanmu dengan menulis puisi tentang bencana alam? Kalau bingung dan sedang mencari inspirasi, kamu menemukan tempat yang tepat. Di sini, kamu bisa membaca beberapa contohnya yang tak hanya menginspirasi, tapi juga bisa membuatmu terenyuh. Langsung saja dibaca, yuk!

Selain pantun, puisi adalah salah satu bentuk karya sastra yang biasanya digunakan untuk mencurahkan isi pikiran dan perasaan penulisnya. Ada banyak hal yang bisa ditulis menjadi puisi, baik itu tentang cinta, hobi, keadaan alam, dan masih banyak lagi. Nah dalam artikel ini, kamu akan membaca beberapa contoh puisi tentang bencana alam.

Ketika saudara-saudara kita di daerah lain mengalami bencana, apa yang biasa kamu lakukan? Tentu saja kamu akan memberikan bantuan baik materi maupun logistik, kan? Nah, tak hanya itu, kamu pun bisa memberi dukungan moril dengan mengungkapkan keprihatinan dan kesedihanmu dengan menulis sebuah puisi.

Jika masih bingung cara untuk menuangkan pikiranmu dalam sebuah puisi, kamu bisa membaca contoh-contohnya di sini. Siapa tahu setelah membacanya, kamu akan terinspirasi.

Lantas, seperti apakah puisi tentang bencana alam tersebut? Kamu pastinya makin penasaran, kan? Daripada kelamaan, mending kamu langsung simak saja selengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca!

1. Kamu di Mana?

Puisi tentang Bencana Alam - W.S Rendra

Akhirnya berita itu sampai kepada saya:
Gelombang tsunami setinggi 23 meter
melanda rumahmu.
Yang tersisa hanya puing-puing belaka.
Di mana kamu, De’Na?
Sia-sia teleponku mencarimu.
Bagaimana kamu, Aceh?
Di TV kulihat mayat-mayat
yang bergelimpangan di jalan.
Kota dan desa-desa berantakan.
Alam yang murka
manusia-manusia terdera
dan sengsara.

Di mana kamu, De’Na?
Ketika tsunami melanda rumahmu,
apakah kamu lagi bersenam pagi?
dan ibumu yang janda
lagi membersihkan kamar mandi?

De’Na, kita tak punya pilihan
untuk hidup dan mati.
Namun untuk yang hidup
kehilangan dan kematian
selalu menimbulkan kesedihan.
Kecuali kesedihan, selalu ada pertanyaan:
kenapa hal itu mesti terjadi
dengan akibat yang menimpa kita?

Memang ada kedaulatan manusia, De’Na.
Tetapi lebih dulu
sudah ada daulat alam.
Dan kini kesedihanku yang dalam
membentur daulat alam.
Pertanyaanku tentang nasib ini
merayap mengitari alam gaib yang sepi.

De’Na! De’Na!
Kini kamu menjadi bagian misteri
yang gelap dan sunyi.
Hidupku terasa rapuh
oleh duka, amarah, dan rasa lumpuh.
Tanpa kejernihan dalam kehidupan
bagaimana manusia bisa berdamai
dengan kematian?

De’Na, hatiku menjerit pilu.
Di mana kamu? Bagaimana kamu?
Yang tak bisa kutolak dalam bayangan,
meski mataku terbuka atau terpejam,
adalah gambaran orang banyak berlarian,
dikejar gelombang 23 meter tingginya.
Dan lalu gempa yang menenggelamkan
gedung-gedung tinggi,
membelah jalan raya,
menjadi jurang menganga.
Ribuan manusia menjadi sampah
dalam badai.

Kedahsyatan daulat alam, De’Na!
Bukan sekedar kematian!
Inilah yang membuat aku gemetaran!
Tanpa menyadari ini
apakah arti kebudayaan?
Apakah pula arti puisi?
Hidup dan segala usaha manusia
barulah berarti dan nyata
bila ia menyadari batas kemampuannya.

De’Na,
apakah sekarang kamu lagi tersenyum
membaca sajakku semacam ini?

(W.S. Rendra, Di Mana Kamu De’Na?)

Apakah kamu masih ingat tentang bencana tsunami dahsyat yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 silam? Gelombang tsunami dengan tinggi mencapai 30 meter itu mampu memporak-porandakan rumah-rumah hingga rata dengan tanah dan menelan ratusan ribu korban jiwa. Nah, puisi tentang bencana alam karya W.S. Rendra di atas dibuat untuk mengenang musibah tersebut.

Saat membaca puisinya, mungkin akan membuat hatimu miris dan sedih. Ketika membayangkan seseorang yang dikasihi menjadi korban keganasan alam, kamu mungkin hanya bisa pasrah karena tidak bisa berbuat apa-apa. Memang, tak ada yang kuasa menolak kemalangan. Pada akhirnya, kamu pun harus merelakan takdirnya untuk kembali bersama Sang Pencipta.

2. Berusaha Tabah

Angin diam tak ingin mengusik keheningan
candra pun enggan mencipta bayangan
dipilihnya persembunyian dibalik awan paling tebal
agar tak sedikitpun biasnya tertinggal

Tak satu serangga pun bersuara
meski sekadar untuk bersendawa
senyap sungguh malam ini adanya
aku pun tak sedang ingin bercanda…aku berduka!

Belum habis kesedihan, datang kemalangan
bencana terus mencoba-coba keimanan
memisahkan kekasih dan keluarga seketika
mencipta rintih tangis memilu menoreh luka

Justru di saat berharap khusyuk mengisi Ramadhan
bertubi Kau perlihatkan tantangan ketaqwaan ditengah kebakaran padat hunian
diantara asap hutan menyesakkan
di kepanikan gempa menakutkan
sungguh ujian yang berat dijalankan…

Masih dalam kesedihan mendalam
semoga mereka mampu bertahan
bertahan dari guncangan batin dan siksaan badan
bertahan meneguh hati menerima cobaan
bertahan…hingga mendulang nikmat di ujung Ramadhan

(Iga Mawarni, Cobaan)

Puisi  tentang bencana alam ini ditulis sebagai wujud keprihatinan atas banyaknya bencana yang terjadi di Indonesia pada tahun 2009 lalu. Musibah besar diawali dengan tragedi jebolnya Bendungan Situ Gintung yang terjadi pada bulan April 2009 di daerah Jawa Barat. Kejadian tersebut menewaskan lebih dari seratus orang, puluhan orang hilang, dan puluhan rumah rusak berat.

Beberapa bulan kemudian, tanah air kembali diguncang gempa yang menewaskan ribuan orang di Kota Tasikmalaya dan Padang yang terjadi hampir bersamaan. Terlebih lagi, para umat muslim tengah menjalankan ibadah Ramadhan dan menanti hari kemenangan pada waktu itu. Sehingga, bagi mereka yang selamat harus merayakan lebaran dalam kesedihan. Alam kalau sudah murka memang semengerikan itu, ya?

3. Alam pun Kecewa

Alam semakin menegur kerja
Memaki setiap nafas yang ada
Mengadu pada sang pencipta
Meregang dengan ketidakmampuan menyapa
Terdiam dan hanya mampu melihat saja
Buah kerja sang perusak alam
Menyakiti jantung dan tepian kelam
Mencoba menanggung setiap beban kejam
Hanya karena manusia yang tak cinta alam
Selalu geram dan geram
Namun hanya bisa terdiam

Lingkungan ikut menangis
Melihat semuanya terkikis
Menanti turunnya gerimis
Menjadikan semuanya habis
Alam dan lingkungan kini bersedih
Tak ingin terjadi lagi tetapi semakin berlebih
Alam dan lingkungan kini bermuram durja
Tak ingin kembali luka meski sepertinya selalu saja

(Amma O’Chem, Ketika Alam Menangis)

Apa yang ada di benakmu saat membaca puisi tentang bencana alam di atas? Bisa jadi kamu berpikiran bahwa bencana alam terjadi karena alam ingin menegur perlakuan manusia yang semena-mena terhadapnya. Beberapa contohnya adalah penggundulan hutan, pengerukan barang tambang semaunya, membuang sampah plastik sembarang, dan masih banyak lagi. Tanpa disadari, mungkin kamu juga berkontribusi atas kemarahan alam.

Nah, lewat puisi tentang bencana alam di atas, kamu diingatkan untuk menjaga kelestarian alam. Kamu bisa memulai langkah kecil dari dirimu sendiri, misalnya saja dengan membuang sampah di tempatnya. Lama-kelamaan, siapa tahu perbuatanmu itu akan menjadi contoh bagi orang-orang terdekatmu yang masih acuh terhadap lingkungan.

4. Belum Cukup Kenal

Puisi tentang Bencana Alam - Hendy Ch Bangun

Selalu kukira
aku mengenalmu
tapi ternyata belum

Ketika kurasa kau tidur
gedung runtuh mendadak
surau dan sekolah terbelah
Ketika kau gerakkan tangan
untuk sekadar menggeliat
dan ribuan orang berlarian
ke sawah dan bebukitan
bayi menangis, ibu menjerit

Aku kerap merasa
bisa memahamimu
tapi kukira tidak

Ketika kau menguap
gemuruh bergelora
air tinggi bergulung-gulung
lalu berayun-ayun perahu
menghempas pantai dan batang kelapa
menenggelamkan pasir
merendam jalan-jalan tepian

Kini kutahu
aku harus terus membacamu
tiap-tiap huruf dalam buku
serta hela nafas dan gerakmu
karena kami bukan apa-apa
: sebatas debu dalam gurunmu

(Hendy Ch Bangun, Bencana)

Tidak ada seorang pun yang tahu tentang kapan datangnya sebuah bencana, salah satu contohnya adalah gempa. Keadaan yang semula tenang dan terlihat biasa saja, tiba-tiba akan langsung membuat gempar ketika musibah datang. Orang-orang dengan panik akan berusaha untuk menyelamatkan diri dan orang-orang yang dicintai dengan mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Memang, di Indonesia sudah ada sebuah lembaga yang mampu melacak gempa dan potensi yang mengikutinya, yaitu Badan Meterologi dan Geofisika (BMG). Namun tentu saja, bencana bisa datang lebih cepat dari yang diduga. Dan, sebagai manusia hanya bisa pasrah dan berserah saat itu semua terjadi karena jika dibanding dengan alam, manusia tidak ada apa-apanya. Kira-kira seperti itulah isi dadi puisi tentang bencana alam karya Hendy Bangun ini.

Baca juga: Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer dan Melegenda

5. Alam Bergejolak

Ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
dan meluncur lewat sela-sela jari kita

Ada sesuatu yang mulanya tidak begitu jelas
tapi kita kini mulai merindukannya

Kita saksikan udara abu-abu warnanya
Kita saksikan air danau yang semakin surut jadinya
Burung-burung kecil tak lagi berkicau pergi hari

Hutan kehilangan ranting
Ranting kehilangan daun
Daun kehilangan dahan
Dahan kehilangan hutan

Kita saksikan zat asam didesak asam arang dan karbon dioksida itu menggilas paru-paru

Kita saksikan
Gunung membawa abu
Abu membawa batu
Batu membawa lindu
Lindu membawa longsor
Longsor membawa air
Air membawa banjir
Banjir air mata

Kita telah saksikan seribu tanda-tanda
Bisakah kita membaca tanda-tanda?

Allah
Kami telah membaca gempa
Kami telah disapu banjir
Kami telah dihalau api dan hama
Kami telah dihujani api dan batu
Allah
Ampunilah dosa-dosa kami

Beri kami kearifan membaca tanda-tanda

Karena ada sesuatu yang rasanya mulai lepas dari tangan
akan meluncur lewat sela-sela jari

Karena ada sesuatu yang mulanya tak begitu jelas
tapi kini kami mulai merindukannya

(Taufiq Ismail, Membaca Tanda-Tanda)

Apa yang kamu pikirkan saat membaca puisi tentang bencana alam karya salah satu penyair legendaris Indonesia, Taufiq Ismail di atas? Mungkinkah hatimu dibuat terenyuh saat membacanya? Nah, melalui ini, penyair ingin mengajakmu untuk lebih peka dengan tanda-tanda kerusakan alam yang semakin lama semakin memprihatinkan.

Alam yang dulunya asri, kini keadaannya menjadi memprihatinkan karena ulah keserakahan manusia. Salah satu contoh nyatanya adalah penggundulan hutan akibat penebangan liar. Dampak yang ditimbulkan pun tidak main-main, di antara adalah banjir, longsor, kehilangan flora dan fauna langka, dan masih banyak lagi. Semoga manusia segera menyadari hal tersebut karena alam sudah sering menunjukkan gejala-gejalanya, sebelum semuanya semakin terlambat.

Baca juga: Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya!

6. Ketulusan untuk Membantu

Manakala bencana melanda dan kau masih sibuk nyinyir ke sana ke mari,
tak peduli yang kesakitan, meraung-raung dalam duka,
tak peduli kau, maka kau tentulah hanya daging berjalan, bukan lagi manusia.

Apalagi ketika bencana menghantam
dan kau justru senang beroleh kesempatan untuk menohok lawanmu,
mengaitkan sikap dirinya dengan bencana yang datang,
memprovokasi masyarakat seolah bencana hadir lantaran salah lawanmu,
maka kau tentulah dan pastilah hanya seonggok sampah.

Manakala bencana datang
marilah bersatu ulurkan tangan
bantu sesama dan bukannya
justru jadikan bencana
sarana menghina dan menista.

(Berty Sinaulan, Manakala)

Kamu mungkin masih ingat mengenai bencana gempa bumi dahsyat yang mengguncang Lombok pada bulan Juli 2018. Gempa berkekuatan 6,4 skala richter itu bahkan juga sampai dirasakan sampai ke Bali dan Banyuwangi. Akibat musibah tersebut, ratusan orang meninggal dunia dan puluhan ribu rumah rusak berat. Namun di tengah bencana yang terjadi, ada oknum-oknum tertentu yang malah memanfaatkan situasi tersebut untuk kepentingan pribadi maupun golongan politik tertentu.

Malah, ada pula yang mengaitkannya dengan hal yang tidak masuk akal, misalnya seperti mengatakan hal tersebut merupakan sebuah azab. Padahal dalam situasi yang seperti itu, orang-orang harus saling bahu-membahu untuk menolong mereka yang sedang kesusahan, bukan untuk menyalahkan orang atau golongan tertentu. Begitulah kira-kira isi dari puisi tentang bencana alam di atas.

Baca juga: Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur Harimu

7. Tak Dinyana

Puisi tentang Bencana Alam - Asrul Sani Abu

Tak disangka tak dikira
Tak sadar dan tak menyadari
Negeriku yang tercinta
Negeri indah sang surgawi

Bumi bergoyang bak penari
Bumi bergelombang bak penyanyi
Air surgawi menerjang
Merusak bumi yang indah

Kulihat dan kudengar
Kurasa dan kujiwai
Rumah dan jalan merebah
Sujud kembali kepadaNya

Tak disangka tak dikira
Tak sadar dan tak menyadari
Negeriku yang tercinta
Negeri indah sang surgawi

Negeri menangis dan meraung
Negeri berduka dan merenung
Hanya ada satu jalan
Bersatu dan bersama

Membangun negeri surgawi
Menyatu dengan alam
Menyatu dengan jiwa
Memeluk sang Khalik

Kembali ke jalanNya
Jalan yang terbaik
Untuk negeri surgawi
Selamanya hingga akhir zaman.

(Asrul Sani Abu, Bencana di Negeri Surgawi)

Jika kamu membaca puisi bencana alam ini, bisa jadi pikiranmu akan langsung tertuju sebuah bencana yang kerap menerjang Indonesia, yaitu tsunami. Mungkin juga, kamu masih ingat bencana tsunami yang terjadi pada penghujung tahun 2018 di Pantai Carita, Jawa Barat. Musibah tersebut menewaskan ratusan orang, termasuk beberapa anggota band Seventeen yang tengah manggung di sebuah acara yang diadakan di pantai tersebut.

Takdir seseorang memang tidak ada yang tahu, ya. Karena tidak ada yang bisa memprediksi kapan datangnya sebuah bencana, akhirnya manusia hanya bisa pasrah akan takdirnya. Dengan adanya musibah-musibah tersebut, semoga membuat manusia lebih sadar dan semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan

Puisi tentang Alam Manakah yang Paling Membuatmu Terenyuh?

Itulah 7 puisi tentang bencana alam yang bisa kamu simak di KepoGaul. Menurutmu, puisi mana yang membuat hatimu teriris pedih saat membacanya? Mungkin juga, setelah membaca beberapa sajak tersebut, kamu pun jadi merasa kecil dan tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan alam.

Maka dari itu, sebagai manusia yang diberi akal sudah sepantasnya untuk menjaga alam dan tidak terus-terusan merusaknya. Apa perlu alam dibuat sebegitu marahnya untuk menegur manusia yang masih bersikap acuh ini? Kalau kelestarian alam terjaga, siapa lagi yang akan menikmatinya kalau bukan kita sendiri? Semoga puisi di atas bisa dijadikan bahan renungan, ya!

Nah, selain artikel mengenai puisi di atas, tidak ada salahnya kamu membaca artikel lain yang tak kalah menarik di KepoGaul. Salah satunya ada berbagai artikel yang lucu dan bisa membuatmu tertawa terpingkal-pingkal. Untuk kamu para cewek yang menyukai fashion dan makeup, bisa juga, lho, membaca artikel seputar cewek yang informatif abis.

Lengkap banget, kan? Makanya, baca terus, ya!

← Kumpulan Puisi Pengorbanan Seorang Ibu yang Sangat Menyentuh Hati
Contoh Puisi Pendek tentang Alam yang Dapat Menjadi Inspirasimu →

TIM DALAM ARTIKEL INI

Penulis
Errisha Resty

Errisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah.  Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7.

Editor
Elsa Dewinta

Elsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

Sidebar Utama

Artikel Terkait

Artikel Ruang Pena Top

  • 10 Contoh Cerita Hikayat Singkat Menarik untuk Hiburan di Kala Suntuk

  • 15 Contoh Cerita Inspiratif Singkat Sebagai Suntikan Motivasi

  • 15 Contoh Teks Anekdot Lucu untuk Bacaan Santaimu

  • Kumpulan Contoh Puisi tentang Sahabat dalam berbagai Suasana

  • Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam yang Mengingatkanmu agar Selalu Bersyukur

  • Kisah Nabi Sulaiman AS yang Menginspirasi serta Menarik untuk Disimak

  • Yuk, Baca Pantun Teka-Teki Ini dan Cobalah Tebak Maknanya!

  • Kumpulan Cerita Horor Nyata yang Akan Membuatmu Merinding

  • Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama

  • Kumpulan Puisi Karya Chairil Anwar yang Sangat Populer dan Melegenda

  • Yuk, Baca Pantun Nasehat dan Maknanya untuk Kehidupanmu di Sini!

  • 15 Kisah Inspiratif Kehidupan Nyata yang Memotivasi

  • Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih

  • Kumpulan Contoh Pantun Jenaka dan Maknanya untuk Meramaikan Suasana

  • Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara untuk Menghibur Harimu

  • Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan

  • 15 Cerita Cinta Sepasang Kekasih yang Romantis dan Bikin Baper

  • Kumpulan Puisi Singkat tentang Ibu yang Membuatmu Rindu untuk Pulang

  • 15 Contoh Cerpen Singkat untuk Renungan Hidup

  • Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini!

  • Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam

Artikel Ruang Pena Populer

  • Kumpulan Puisi yang Mengharukan tentang Persahabatan Sejati

  • Berikan Pantun Cinta buat Pacar Tersayang sebagai Bentuk Perhatian

  • Kumpulan Contoh Cerita Anekdot Singkat yang Lucu dan Menggelitik Hati

  • Yuk, Baca Kumpulan Pantun Nasehat Orang Tua Ini agar Hidupmu Lebih Terarah!

  • Contoh Pantun Teka-Teki Lucu untuk Mengisi Waktu Istirahat

  • Contoh Puisi Pendek tentang Alam yang Dapat Menjadi Inspirasimu

  • Kumpulan Puisi untuk Guru Tercinta dalam Berbagai Nuansa

  • Kisah Nabi Adam AS, Manusia Pertama Ciptaan Tuhan

  • Yuk, Baca 7 Puisi Cinta Singkat yang Menyentuh Hati dan Bikin Baper Ini!

  • Puisi Roman Picisan tentang Cinta yang Menggetarkan Hatimu

  • Kumpulan Pantun Lucu Banget Bikin Ngakak untuk Mewarnai Harimu

  • Cerita Rakyat Malin Kundang, Si Anak Durhaka yang Dikutuk Menjadi Batu oleh Ibunya

  • Siapkan Tisu! Simak 7 Cerita Cinta Sedih yang Bisa Bikin Kamu Nangis ini

  • Uji Nyalimu dengan Membaca 7 Cerita Hantu Paling Seram Ini, Kamu Berani?

  • Kumpulan Cerpen Cinta Romantis yang Seru dan Mengharukan

  • Kumpulan Puisi untuk Hari Ibu yang Bisa Menggambarkan Rasa Sayangmu

  • Tentang Kami
  • Hubungi Kami
  • Persyaratan Penggunaan
  • Kebijakan Privasi

Copyright © 2023 KepoGaul.com Praktis Media Network. All Rights Reserved.