
Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang galah. Mungkin telingamu sudah tak asing dengan peribahasa tersebut. Ibunda berjuang untuk anaknya mulai dari mengandung, melahirkan, hingga membesarkan. Perjuangan beliau pun tercermin lewat puisi-puisi pengorbanan seorang ibu yang terangkum di artikel ini. Yuk, simak sampai selesai!
Pernahkah terpikirkan olehmu untuk membalas jasa-jasa ibumu? Kira-kira hal apa yang ingin kamu lakukan? Sesekali, buatkanlah beliau puisi yang inspirasinya bisa datang dari kumpulan puisi pengorbanan seorang ibu yang kami sajikan di sini.
Ada banyak sajak dari para sastrawan ternama yang dapat kamu jadikan acuan. Mereka adalah Chairil Anwar, Joko Pinurbo, Mustofa Bisri, dan sebagainya. Walaupun tema yang diangkat sama, isi dari puisi yang ditulis beragam dan sepertinya kebanyakan berangkat dari pengalaman pribadi penyair.
Setelah membaca puisi mereka, siapa tahu kamu juga tertarik untuk merangkai puisi pengorbanan seorang ibu berdasarkan pengalaman sendiri. Kalau sudah jadi, langsung berikan saja pada ibumu. Semoga bait-bait itu bisa membuat hati beliau tersentuh dan bahagia.
Sudah tak sabar ingin mengetahui seperti apa puisi pengorbanan seorang ibu yang bisa kamu jumpai di sini? Tak perlu berlama-lama, baca saja uraian lengkapnya di bawah ini! Siapa tahu ada banyak sajak yang menginspirasi serta menarik hatimu.
1. Sayang Padamu
Pernah aku ditegur
Katanya untuk kebaikan
Pernah aku dimarah
Katanya membaiki kelemahan
Pernah aku diminta membantu
Katanya supaya aku pandaiIbu…
Pernah aku merajuk
Katanya aku manja
Pernah aku melawan
Katanya aku degil
Pernah aku menangis
Katanya aku lemahIbu…
Setiap kali aku tersilap
Dia hukum aku dengan nasihat
Setiap kali aku kecewa
Dia bangun di malam sepi lalu bermunajat
Setiap kali aku dalam kesakitan
Dia ubati dengan penawar dan semangat
dan bila aku mencapai kejayaan
Dia kata bersyukurlah pada TuhanNamun…
Tidak pernah aku lihat air mata dukamu
Mengalir di pipimu
Begitu kuatnya dirimu…Ibu…
Aku sayang padamu…
Tuhanku….
Aku bermohon pada-Mu
Sejahterahkanlah dia
Selamanya…(Chairil Anwar, Ibu)
Setiap ibu memiliki kebijakan tersendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Ada dari mereka yang membimbing dengan kelembutan, perhatian, dan kasih sayang. Namun, ada pula yang mendidik anaknya dengan penuh ketegasan dan kedisiplinan.
Mungkin didikan tegas itulah yang didapatkan penyair Chairil Anwar dari ibunya yang tersurat dari puisi tentang bunda tersayang di atas. Di balik kerasnya sikap sang ibu, nyatanya banyak pengorbanan yang telah beliau lakukan, semisal selalu merawat dan mendoakan anaknya.
Baca juga: Kumpulan Puisi tentang Keindahan Alam yang Mengingatkanmu agar Selalu Bersyukur
2. Mengasuh Sendirian
Ibu itu mengasuh anak-anaknya sendirian sejak suaminya dipinjam negara untuk dijadikan kelinci dalam percobaan sistem keamanan. Sampai sekarang belum dikembalikan, padahal suaminya itu sebenarnya cuma pemberani yang lugu dan kadang-kadang nekat.
Toh ibu itu tak pernah berhenti menunggu, meskipun menunggu adalah luka. Dan ia memang perkasa. Menghadapi anak-anaknya yang nakal dan sering menyusahkan, ia tak pernah kehilangan kesabaran.
Setiap subuh ibu itu memetik embun di daun-daun, menampungnya dalam gelas, dan menghidangkannya kepada anak-anaknya sebelum mereka berangkat sekolah. Malam hari diam-diam ia memeras airmata, menyimpannya dalam botol, dan meminumkannya kepada anak-anaknya bila mereka sakit.
Ia mendidik anak-anaknya untuk tidak cengeng. Ia paling tidak suka melihat orang mudah menangis. Bila anak-anaknya bertanya, ‘Mengapa Ibu tidak pernah menangis?’ jawabnya, ‘Biar kutabung air mataku buat hari tua. Bila kelak aku meninggal, kalian bisa memandikan jenazahku dengan tabungan air mataku.’
Sehari-hari ibu yang penyabar itu berjualan awalan ber- di sekolah partikelir yang hidup enggan mati tak mau. Sebagian besar muridnya bodoh dan berandal, tapi ya bagaimana lagi, mereka tetap harus dicintai.
Ia rajin menasihati mereka agar tidak mudah putus asa, apalagi menangis, menghadapi kegagalan. ‘Berlatih gagal itu penting,’ pesannya berulang-ulang.
Tenaga dan waktunya praktis habis untuk urusan rumah dan pekerjaan sehingga ia kurang hiburan. Satu-satunya hiburan adalah menonton televisi yang sudah agak pucat gambarnya. Dan ia penggemar televisi yang baik.
Ia bisa sangat terharu menyaksikan kisah yang menyayat hati, misalnya kisah tentang pejuang yang digugurkan negara dan jenazahnya diselimuti kain bendera. Anak-anak ikut terenyuh dan tersedu melihat ibu mereka diam-diam mengusap air mata.
‘Jangan menangis!’ bentak ibu yang tabah itu tiba-tiba. ‘Aku menangis hanya untuk menyenang-nyenangkan televisi. Mengerti?’
(Joko Pinurbo, Ibu yang Tabah)
Puisi sedih dan menyentuh hati dari penyair Joko Pinurbo di atas berkisah tentang pengorbanan seorang ibu dalam membesarkan anak-anaknya sendirian. Beliau terpaksa menjadi single parent lantaran suaminya pergi berjuang membela negara. Keadaan tersebut memaksanya untuk bekerja sekeras mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan anak-anaknya.
Ibu yang penyabar itu berprofesi sebagai guru di sekolah swasta yang setiap hari menghadapi murid-murid nakal. Meski begitu, beliau tetap mencintai serta mengajari mereka agar tak mudah putus asa saat menemui kegagalan.
Baca juga: Kumpulan Puisi Cinta Romantis untuk Pacar Tersayang yang Memiliki Makna Mendalam
3. Engkau Satu-Satunya
Melahirkan, mendidik, menuntun,
Hingga aku usai dengan duniawi.Lalu aku besar,
menghabiskan air matamu demi kesenangan.Akan semua harapmu untukku,
Dari sanalah aku terjaga:Engkau adalah satu-satunya yang akan memotong kakimu,
agar anakmu bisa berjalan.
Engkau adalah satu-satunya yang akan menghibah lidahmu,
agar anakmu bisa tertawa.Dan engkau…
(Arief Munandar, Ibu)
Setelah membaca puisi pengorbanan seorang ibu tersebut, apa yang terpikirkan olehmu? Mungkin kamu langsung menyadari betapa banyak yang telah ibumu lakukan agar hidupmu nyaman dan tercukupi.
Hal itu pula yang coba digambarkan Arief Munandar dalam puisi berjudul Ibu di atas. Mungkin ibunda akan bersedia seandainya harus merelakan segala sesuatu yang beliau punya asalkan anaknya bahagia.
4. Sang Penjaga
Tiba-tiba saja kau menjadi ibu yang setiap saat menjagaku tidur, memperjelas mimpi-mimpiku dan bunga di kelopak bibirmu mengembang bagai senja yang mengembangkan bulan terindah bagi malam
Tapi adakah besok tetap menjadi hari-hari yang lembut sebagaimana ibu senantiasa menjagaku, mengkuatirkanku bila terlambat pulang, dan menina-bobokan bila aku lelah
Adakah sebuah rumah di dalam hatimu yang akan membuatku selalu tentram, sebagaimana ibu menyambutku dengan hangat setiap bangun pagi atau pulang dari rantau
Adakah sebuah laut di kelopak matamu yang bening selalu terharu terhadap kesulitan dan kesusahanku
Adakah kau seperti ibuku, yang selalu saja gelisah terhadap hari-hariku karena cuaca begitu saja berubah, dan waktu bagai gergaji tiap saat siap memotong tiang-tiang rumah kita.
(Mustafa Ismail, Adakah Kau Seperti Ibuku)
Jika ditanya siapa orang yang paling dicintai, anak-anak di seluruh dunia mungkin akan menjawab: ibu. Pengorbanan seorang ibu sering kali membuat anak-anaknya terharu, persis seperti apa yang ditulis Mustafa Ismail dalam puisi di atas.
Sang penyair berusaha melukiskan cinta dan kasih sayang yang telah ibunya berikan. Hal itu tergambar dari beberapa pilihan kata, seperti menjagaku tidur, mengkuatirkanku, dan menyambutku. Perlakuan lembut sang ibu membuatnya penasaran dan bertanya-tanya adakah seseorang di luar sana yang memiliki sifat seperti beliau.
Baca juga: Contoh Puisi tentang Guru sebagai Rasa Terima Kasih
5. Perempuan Bernama Kesabaran
Adakah kau seperti perempuan yang bernama kesabaran
‘pabila malam menutup pintu-pintu rumah
masih saja ia duduk menjaga
anak-anak yang sedang gelisah dalam tidurnya.Perempuan itu adalah ibuku…
Perempuan yang menangguhkan segalanya
bagi impian-impian yang mendatang.
Telah memaafkan
setiap dosa dan kenakalan
anak-anak sepanjang zaman.Perempuan itu adalah ibuku…
Bagi siapa Tuhan menerbitkan
matahari surga. Bagi siapa Tuhan memberikan
singgasana-Nya. Dan dengan segala ketulusan
ia membasuh setiap niat busuk anak-anaknya.Dia adalah ibu…
siap memotong tiang-tiang rumah kita.(Arifin C. Noer, Perempuan Itu Adalah Ibuku)
Kasih ibu sepanjang masa, setiap orang mungkin setuju dengan pepatah ini. Begitu pula dengan puisi pengorbanan seorang ibu yang ditulis oleh Arifin C. Noer di atas. Memang, tak bisa dipungkiri keberadaan ibunda begitu teramat penting bagi anak-anaknya.
Bunda rela mengorbankan keinginan bahkan dirinya sendiri demi kebahagiaan si buah hati. Bunda pula yang dengan penuh kesabaran membimbing anaknya serta memaafkan setiap kali berbuat kesalahan. Sehingga, sudah selayaknya sang anak selalu berbakti meski ibunya semakin tua dan renta.
Baca juga: Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama
6. Kutelusuri Kisahmu
Diam-diam kutelusuri kisahmu dari balik jendela waktu
kutemukan engkau dalam keheningan sepertiga malam
mengajukan doa meminta embun dalam lingkar api dunia
untukku, yang tengah pulas menjilati sisa susu di tepi bibir
sesekali kau nampak gusar bertasbih, memutar-mutar jemari
menerka-terka bentang jalan terjal yang menghadang pagiku
kala itu, engkau tak nyenyak tidur menjagaku dari raung malam.Kini, pada kerut wajahmu ada tangisan, ada kenakalan
ada kepergianku, ada kesendirianmu dan engkau berdoa
kembali dalam hening sepertiga malam, meminta Tuhan
membawa langkahku pulang, membingkai harimu.Ibu, aku tahu engkau tengah menanti seteguk senja bersamaku
tapi aku sudah menjadi angin dingin dalam segelas teh pahit
kau teguk sembari memejamkan mata mencari jiwaku.Ingatan usangmu berlarian di antara jejak langkah
segerombol setan yang mengusungku dalam keranda
menuju pekuburan manusia.Sudah sangat jauh dan dalam
liang-liang itu telah berhasil menyembunyikanku, ibu…(Muhammad Rois Rinaldi, Dari Balik Jendela)
Bisakah kamu menebak kira-kira puisi di atas bercerita tentang apa? Ya, sajak dari Muhammad Rois Rinaldi berjudul Dari Balik Jendela tersebut bercerita tentang seorang ibu yang ditinggal mati anaknya.
Di tengah-tengah kesedihannya, beliau masih berharap seandainya anaknya bisa hidup lagi. Namun, hal itu sia-sia karena buah hatinya telah dipanggil Tuhan selama-lamanya dan tak mungkin bisa kembali lagi.
Baca juga: Yuk, Baca Kumpulan Puisi Roman Picisan yang Bikin Baper di Sini!
7. Surga di Telapak Kakimu
Kaulah gua teduh
tempatku bertapa bersamamu
Sekian lamaKaulah kawah
dari mana aku meluncur dengan perkasaKaulah bumi
yang tergelar lembut bagiku
melepas lelah dan nestapa
gunung yang menjaga mimpiku
siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir
membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain
berenang dan menyelam.Kaulah, ibu, laut dan langit
yang menjaga lurus horisonkuKaulah, ibu,
mentari dan rembulan
yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga
di telapak kakimu.(Tuhan, aku bersaksi ibuku telah melaksanakan amanat-Mu; menyampaikan kasih sayang-Mu. Maka kasihilah ibuku seperti Kau mengasihi kekasih-kekasih-Mu. Amin).
(Mustofa Bisri, Ibu)
Sebagai seorang anak, sepertinya kamu tak akan mampu membalas segala pengorbanan yang telah ibumu lakukan padamu. Sebagai gantinya, kamu bisa berbakti pada beliau atau memberikan puisi seperti apa yang ditulis oleh penyair Mustofa Bisri di atas.
Sajak berjudul Ibu tersebut bercerita tentang perjuangan ibunda mulai dari mengandung hingga melahirkan. Lebih dari itu, dengan penuh kesabaran beliau mendidik dan menjaga anak-anaknya agar tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat dan membanggakan. Maka, sudah sepantasnya jika seorang ibu mendapatkan bakti dari anak-anaknya.
Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Pantun Cinta Romantis untuk Pacar, Gebetan, dan Mantan
Puisi Pengorbanan Seorang Ibu sebagai Ungkapan Rasa Terima Kasih
Itulah kumpulan puisi pengorbanan seorang ibu yang dapat kamu simak di KepoGaul. Menurutmu, kira-kira manakah yang paling menyentuh hati? Kirimkan saja puisi tersebut pada ibumu sebagai ucapan terima kasih.
Tak hanya membacanya, semoga kamu juga mendapatkan banyak inspirasi setelah membaca deretan sajak itu. Cobalah merangkai puisi sendiri tentang pengorbanan seorang ibu. Selamat mencoba!