
Lolos dari maut, melawan Raja Fir'aun, dan membebaskan rakyat tertindas, kira-kira seperti itulah kisah heroik Nabi Musa AS. Jika kamu sedang mencari bacaan ringan yang seru, bersifat religius, dan penuh pesan moral, simak kisah selengkapnya di artikel ini!
Musa merupakan salah satu nabi Allah yang lahir di Mesir pada masa pemerintahan Raja Fir’aun. Orang tuanya bernama Imran dan Yukhabad, keturunan Bani Israil yang berasal dari Suku Laawi. Menurut kisah yang tertulis di Alquran, Musa AS memiliki kakak kandung bernama Harun yang juga seorang nabi.
Fir’aun dikisahkan sebagai orang yang tampan, kuat, kaya, pandai, dan tidak pernah mengalami sakit. Negeri yang dipimpinnya juga sangat subur dan makmur. Kekuatan militernya juga sangat kuat sehingga membuat negeri lainnya segan.
Sayangnya, segala kelebihan tersebut justru membuat Fir’aun menjadi congkak. Ia bahkan memproklamirkan dirinya sebagai Tuhan dan memerintahkan rakyat Mesir untuk menyembah dirinya. Rakyat yang menolak untuk menyembah atau ketahuan menyembah selain Fir’aun, akan ditangkap dan dihukum kerja rodi.
Kebijakan ini meresahkan Bani Israil yang menyembah Allah sesuai dengan ajaran Nabi Yusuf dan Yakub. Sayangnya, mereka tidak memiliki kekuatan dan tidak mampu melawan raja yang sombong itu.
Melihat umatnya ditindas, Allah mengirimkan Nabi Musa AS, orang yang nantinya menyelamatkan Bani Israil dari kekejian Fir’aun. Ingin tahu bagaimana ceritanya? Simak terus kisah Nabi Musa AS di artikel ini sampai habis, ya!
Kisah Nabi Musa AS Diadopsi oleh Fir’aun
Suatu hari Fir’aun mendapat mimpi buruk, di mimpinya ia melihat api yang berasal dari Baitul Maqdis menjalar hingga Mesir. Api itu membakar dan menghancurkan kota beserta istananya. Paginya ia memanggil ahli tafsir untuk menanyakan arti mimpi buruknya.
Ahli tafsir itu berkata, “Akan lahir seorang anak laki-laki dari Bani Israil. Anak itu akan menjadi penyebab keruntuhan kerajaan Mesir Fir’aun.” Fir’aun pun memerintahkan prajuritnya untuk membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil yang ada di Mesir.
Yukhabad yang pada saat itu memiliki seorang bayi laki-laki panik. Ia menyadari bahwa bayinya tidak akan selamat jika hanya disembunyikan. Ia kemudian mengambil kotak kayu, memasukkan bayinya, dan menghanyutkannya di Sungai Nil. Harun, anak sulungnya, diperintahkan untuk mengawasi kotak tersebut.
Kotak tersebut ternyata ditemukan oleh istri Fir’aun yang sedang menikmati pemandangan di Sungai Nil. Saat melihat isinya, ia menjadi tidak tega lalu mengangkat bayi itu menjadi anaknya. Ia lalu menamai bayi itu Musa.
Baca juga: Kumpulan Contoh Puisi tentang Pahlawan dari Para Sastrawan Ternama
Kisah Nabi Musa AS Bertemu dengan Nabi Syu’aib
Tahun demi tahun berlalu, Musa tumbuh menjadi pemuda yang gagah, pemberani, dan peduli pada kesulitan orang lain. Sayangnya, ia sering tidak bisa mengontrol emosinya dan berbuat ceroboh.
Suatu hari, saat ia pergi ke kota, ia melihat orang Mesir Qibthi yang sedang berkelahi dengan orang Bani Israil. Tanpa pikir panjang, Musa langsung melerai kedua orang itu. Saat ia mendorong orang Qibthi yang berkelahi, tanpa sengaja orang itu tergelincir, lalu jatuh dan mati.
Kisah nabi Musa AS, seorang pangeran Mesir yang membunuh sesamanya menyebar. Lama-kelamaan kisah itu sampai ke telinga raja, ia meminta Musa pergi dari Mesir selama beberapa tahun.
Sedih dan marah, Musa berjalan berhari-hari hingga ia tiba di sebuah daerah bernama Madyan. Karena lelah, ia beristirahat di bawah pohon di dekat sumur. Tak lama kemudian datang dua orang wanita yang menggembala domba.
Musa bertanya kepada kedua wanita ini mengapa mereka yang menggembala. Salah satu wanita menjawab bahwa ayahnya sudah terlalu tua dan tidak mampu lagi berjalan jauh. Musa lalu membantu mengambilkan air untuk minum hewan ternak kedua wanita tadi.
Saat pulang, kedua wanita tadi bercerita pada ayahnya, Nabi Syu’aib, tentang pertemuannya dengan Musa. Syu’aib kemudian meminta anaknya memanggil Musa karena ia ingin bertemu.
Saat keduanya bertemu, Nabi Syu’aib AS menanyakan bagaimana kisah Musa bisa berada di Madyan. Musa bercerita tentang asal-usulnya dan mengapa ia diusir dari Mesir. Karena iba, putri Nabi Syu’aib meminta ayahnya untuk mempekerjakan Musa.
Nabi Syu’aib lalu menawarkan Musa untuk menikahi salah satu putrinya. Syaratnya, ia harus bekerja sebagai penggembala hewan selama delapan tahun. Musa pun menyanggupi usulan tersebut dan menikahi salah satu putri Syu’aib.
Baca juga: Kumpulan Cerita Horor Nyata yang Akan Membuatmu Merinding
Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Mesir
Setelah sepuluh tahun bekerja sebagai penggembala di Madyan, Musa meminta izin Syu’aib untuk kembali ke Mesir. Nabi Syu’aib memberikan izin dan bekal untuk perjalanan menantunya itu. Musa dan keluarganya pun berkemas dan pergi ke Mesir.
Di tengah perjalanan, tepatnya di sekitar lembah bernama Thuwa, mereka memutuskan untuk beristirahat. Saat itu udara cukup dingin, Musa pun meminta keluarganya untuk menunggu sementara ia mencari ranting kering untuk menyalakan perapian.
Saat menyusuri lembah, tanpa sengaja ia melihat sebuah pohon yang dilahap api. Anehnya, api itu tidak membuat pohonnya hangus, justru daunnya semakin hijau dan subur. Masih takjub dengan apa yang dilihatnya, ia kemudian mendengar suara Allah.
Kisah pembicaraan Allah dan Nabi Musa AS, tercatat di Alquran Surah Thoha ayat 11-16. Saat itu Allah menjelaskan jati diri Nabi Musa, mulai dari asal-usul, tugasnya, hingga mukjizat apa saja yang ia miliki. Setelah kejadian itu, Musa pun akhirnya kembali ke Mesir dengan harapan bisa menyadarkan ayah angkatnya.
Kisah Nabi Musa AS Melawan Penyihir Fir’aun
Setelah tiba di Mesir, Musa mencari Harun, kakak kandungnya. Nabi Musa AS menceritakan kisah saat dirinya berbicara dan bertemu dengan Allah di Thuwa. Ia juga menjelaskan perintah baru dari Tuhannya untuk berdakwah di depan Fir’aun.
Setelah mendengar cerita adiknya, Harun membantu mengatur pertemuan adiknya dengan sang Raja Mesir. Musa kemudian pergi ke istana saat Fir’aun mengadakan pesta. Ada banyak penduduk Mesir yang menghadiri acara itu. Awalnya, sambutan Fir’aun pada anak angkatnya yang telah lama pergi sangat hangat.
Sayangnya, semua keramah-tamahan itu berubah ketika Nabi Musa mengatakan bahwa Fir’aun bukanlah Tuhan. Ia juga berkata bahwa dirinya merupakan salah satu utusan Tuhan yang sebenarnya. Fir’aun yang marah lalu meminta bukti padanya.
Nabi Musa lalu melemparkan tongkatnya ke lantai, tongkat tersebut lalu menjadi ular. Fir’aun lalu mengutus penyihir kerajaan untuk mengalahkan ular milik anak angkatnya itu.
Dengan tali-tali dan mantra, penyihir kerajaan menantang ular milik Musa. Sayangnya, semua usaha penyihir kerajaan gagal. Musa lalu mengambil kembali ular yang seketika kembali menjadi tongkat saat digenggamnya.
Merasa malu dan tidak terima, Fir’aun mengusir Musa dari istananya. Meski gagal menyadarkan ayah angkatnya, Musa mampu menyadarkan banyak pengikut termasuk penyihir-penyihir Fir’aun yang dikalahkan.
Baca juga: Contoh Puisi Pendek tentang Alam yang Dapat Menjadi Inspirasimu
Kisah Nabi Musa AS Membelah Laut Merah
Dakwah yang dilakukan Musa dan Harun membuat Fir’aun semakin marah. Ia lalu menambah beban kerja orang-orang Bani Israil yang dihukum kerja paksa. Allah yang murka dengan kesombongan sang raja lalu menurunkan wabah di Mesir.
Musa lalu memerintahkan pengikutnya untuk membuat tanda di pintu rumah mereka agar terhindar dari wabah. Warga Mesir yang tidak mengikuti perintah sang nabi terjangkit wabah tersebut, tak terkecuali keluarga sang raja. Banyak orang Mesir yang mati karena wabah tersebut.
Untuk mengakhiri wabah yang telah memakan banyak korban, Musa meminta Fir’aun untuk membebaskan orang-orang Bani Israil dari Mesir. Ia berjanji dengan begitu negeri tersebut akan terbebas dari wabah.
Fir’aun pun menyetujui permintaan Musa tersebut lalu mengizinkan Bani Israil pergi dari Mesir. Musa dan Harun memberitahukan berita bahagia ini pada para pengikutnya lalu segera berkemas dan pergi dari Mesir. Tak lama, Allah mengangkat wabah yang melanda negeri tersebut.
Tapi bukannya menepati janji, Fir’aun malah memburu rombongan Musa yang sudah berada di tepi Laut Merah. Dengan menaiki kereta perang, ia membawa ratusan prajuritnya untuk memburu rombongan pengikut Musa.
Allah kemudian memberi bisikan kepada Nabi Musa AS untuk memukulkan tongkatnya ke bibir pantai. Musa mengikuti perintah tersebut sambil berdoa. Seketika, lautan terbelah menjadi dua dan terbuka jalan untuk rombongan Bani Israil.
Masih dipenuhi rasa takjub, mereka kemudian bergegas melewati jalur tersebut. Fir’aun dan pasukannya tidak gentar dan tetap memacu kuda mereka, mencoba untuk menyusul rombongan Bani Israil.
Saat orang terakhir berhasil menyeberang dengan selamat, lautan yang terbelah langsung menyatu kembali. Menghancurkan pasukan Fir’aun yang terjebak di tengah ganasnya gelombang laut.
Hindari Sifat Sombong dan Angkuh
Bagaimana menurutmu? Apakah kisah singkat Nabi Musa AS tadi menghibur? Jika iya, coba bagikan atau bacakan artikel ini pada adik atau teman-temanmu. Sebab tidak hanya seru, lewat kisah tadi kamu bisa belajar bagaimana Allah tidak menyukai sifat sombong.
Selalu ingat bahwa semua prestasi, ilmu, dan kekayaanmu adalah pemberian dari Yang Maha Kuasa. Jangan sampai kamu bernasib seperti Raja Fir’aun, kehilangan semua yang ia miliki karena kesombongannya.