
Pada Desember 2021, Billboard memperkenalkan aturan baru untuk masuk Hot 100 dan Hot 200 yang berlaku efektif di tahun 2022.
Aturan baru itu berkaitan dengan kasus pembelian massal. Di mana, jika ada yang membeli 2 lagu atau lebih tidak akan dihitung sebagai poin pencapaian.
Nah, banyak yang mengaitkan peraturan baru ini berkaitan dengan BTS. Jika ditarik kebelakang, tahun lalu Billboard pernah dikecam fans BTS.
Biar kamu semakin paham benang merah antara peraturan baru Billboard dan BTS. Simak artikel ini sampai habis, ya!
Banyak yang Menyindir BTS
Peraturan baru Billboard tentang penghitungan poin untuk masuk Hot 100 dan Hot 200 ini memang menuai kontroversi.
Padahal, sebelumnya, setiap orang dapat membeli lagu atau album hingga 4 kali dalam seminggu dan tetap dihitung sebagai poin pencapaian.
Artinya, dengan peraturan baru Billboard, hanya satu penjualan digital per pelanggan tiap pekan yang akan dihitung.
Ditambah lagi, Billboard menetapkan harga minimum baru yang menyebabkan para artis tidak bisa mendongkrak penjualan dengan menurunkan harga.
Dengan segala perubahan yang cukup signifikan itu, banyak orang yang lantas mengaitkan dan menyindir BTS sebagai dalangnya.
Kenapa bisa begitu? Mari kita balik ke tahun 2021 sejenak. Di tahun lalu, lagu BTS berjudul Butter sempat nangkring di No.1 Hot 100 selama 10 minggu.
Grup yang dipimpin oleh Kim Namjoon alias RM ini bahkan bisa menyaingi Dua Lipa dan Ariana Grande.
Tentu aja hal itu menjadi pencapaian yang sangat besar dan membanggakan. Tak hanya untuk BTS dan ARMY, tapi juga industri musik Korea Selatan.
Namun sayangnya, prestasi besar itu tak disambut hangat oleh penggemar musik Amerika Serikat. Sebagian besar dari mereka tidak yakin dengan pencapaian BTS. Lagu BTS tersebut disebut-sebut tidak terlalu populer di AS.
Penggemar artis yang menduduki peringkat ke-2 dan ke-3 sering mengungkapkan frustasi dengan peringkat BTS itu.
Tudingan ARMY Memanipulasi Penjualan
Masih membahas pencapaian BTS lewat lagu Butter, rupanya, ada hal yang bikin ARMY naik pitam.
Di bulan Agustus 2021 silam, Billboard meluncurkan majlan dengan sampul pemotretan ekslusif BTS.
Dalam wawancara, ada pertanyaan yang menyinggung manipulasi penjualan. Pihak Billboard mengajukan pertanyaan tentang dugaan manipulasi grafik yang melibatkan ARMY di dalamnya.
ARMY dituding memanipulasi penjualan dengan meningkatkan pembelian dan streaming beberapa versi dari lagu yang sama. Mereka juga serempak memilih hari khusus untuk streaming atau membeli lagu tertentu secara massal demi mempengaruhi kinerja tanggal lagu Billboard.
Tudingan itu langsung dibantah leader BTS, Kim Nam Joon. Ia menjawab, “Mengkritik kami atau ARMY karena lagu memuncaki nomor satu dengan penjualan dan unduhan fisik, saya tidak tahu apakah itu bisa dibenarkan atau tidak. Rasanya kami memang sasaran empuk atas tuduhan manipulas mengingat kami adalah boy band Kpop yang memiliki penggemar sangat loyal,” pungkasnya.
ARMY Bela BTS
Dari kasus-kasus yang terjadi di 2021 itulah dapat ditarik benang merah kenapa banyak yang mengaitkan perubahan Billboard Hot 100 dan Hot 200 dengan BTS.
Dengan perubahan itu, penggemar musik AS mungkin bakal merasa “puas” dan senang. Namun tidak untuk ARMY. Sebenarnya, tidak ada yang salah dengan fanbase besar dan kuat untuk mendukung idola mereka, bukan?
Nggak cuma penggemar musik dari Amerika Serikat aja, fandom dari Korea pun banyak yang mencibir BTS.
Setelah BTS dibicarakan terkait perubahan aturan Billboard, ARMY pun memberi penegasan dan pembelaan. “Buat fandom yang idolnya nggak sesukses BTS, diamlah dan jaga idola kalian!”
ARMY juga menegaskan bila tidak peduli apa aturannya, pencapaian BTS di tangga lagu Billboard akan tetap terdengar di seluruh dunia.
Hal itu dibuktikan dengan terjualnya Permission To Dance lebih dari 1 juta unit di AS.