
Kamu sedang mencari-cari kata-kata bijak mutiara dari bahasa Jawa Kuno dan yang kekinian? Temukan kata-kata berisi falsafah Jawa yang mengandung makna dalam tentang kehidupan di artikel ini untuk menambah wawasanmu, yuk!
Ada baiknya mengetahui kata-kata bijak dari bahasa Jawa Kuno yang menggunakan kromo inggil, terutama jika kamu adalah orang Jawa tulen. Kamu juga perlu tahu, bahwa beberapa dari kata-kata bijak yang ada mengandung falsafah Jawa yang punya makna sangat dalam tentang kehidupan.
Walau tak berasal dari Jawa dan kurang mengerti bahasa ini pun, kamu dapat mencoba untuk memahami kata mutiara yang kami rangkum di artikel ini. Di sini kami juga menguraikan terjemahannya dalam bahasa Indonesia, sehingga kamu lebih mudah mengerti maknanya.
Nah, sekeren apa kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno hingga kekinian yang bermakna dalam yang perlu kamu ketahui? Daripada penasaran, lebih baik simak sendiri penjelasan lengkapnya yang terangkum dalam keterangan di bawah ini!
1. Konflik vs Kerukunan
Crah agawe bubrah, rukun agawe santosa.
Terjemahan: “Konflik dapat menimbulkan perpecahan, rukun membuat kita damai.”
Kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno yang kamu baca pada kutipan di atas maknanya mirip dengan ungkapan berbunyi, “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”. Kamu mungkin sudah paham bahwa maksud dari kutipan tersebut adalah, agar kita senantiasa ikut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
2. Dua Kebenaran yang Diyakini di Dunia
Ing donya iki ana rong warna sing diarani bener, yakuwi bener mungguhing Pangeran lan bener saka kang lagi kuwasa.
Terjemahan: “Di dunia ini kebenaran terbagi menjadi dua, yaitu benar menurut ajaran Tuhan dan benar yang berasal dari penguasa.”
Siapa sangka, ternyata di dunia ini tidak hanya ada benar dan salah, baik dan buruk, atau positif dan negatif. Bahkan, kebenaran pun terbagi menjadi dua. Pertama adalah kebenaran yang sejati berdasarkan ajaran Tuhan, dan kedua kebenaran yang dibuat-buat oleh orang-orang yang berkuasa.
3. Dunia Hanya Sementara
Kahanan donya ora langgeng, mula aja ngegungke kesugihan lan drajat ira, awit samangsa ana wolak-waliking jaman ora ngisin-isini.
Terjemahan: “Keadaan di dunia tidaklah abadi, maka jangan mengagung-agungkan kekayaan dan kedudukan, jadi jika sewaktu-waktu terjadi perubahan tidak akan menanggung aib.”
Setelah membaca terjemahannya dalam bahasa Indonesia, kamu barangkali sudah cukup mengerti makna dari kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno di atas. Bahwasanya, sebagai manusia biasa kita sebaiknya tidak terlalu terlena pada kedudukan dan kekayaan yang sewaktu-waktu dapat lenyap.
4. Tentang Ilmu
Lamun sira durung wikan alamira pribadi, mara takona marang wong kang wus wikan.
Terjemahan: “Sebab kau belum mengerti tentang alam pribadimu, bertanyalah kepada mereka yang telah memahaminya.”
Kata mutiara bijak bahasa Jawa Kuno yang tertera pada kutipan di atas berbicara tentang ilmu. Bahwa terkadang, seseorang perlu bertanya pada orang lain mengenai berbagai hal seputar alam sekitar atau dirinya sendiri kepada mereka yang lebih paham akan kehidupan.
5. Sifat Ketuhanan
Manungsa iku bisa kadunungan dzat-ing Pangeran, nanging aja darbe pangira yen manungsa mau bisa diarani Pangeran.
Terjemahan: “Manusia mungkin saja memiliki sifat-sifat atau zat Tuhan, tetapi jangan merasa bahwa dengan begitu manusia dapat dianggap sebagai Tuhan.”
Manusia dapat melihat dan mendengar, tetapi bukan Maha Melihat atau Maha Mendengar. Walau melihat dan mendengar merupakan sebagian sifat yang diturunkan Tuhan, tetapi penglihatan dan pendengaran manusia tetaplah ada batasnya. Oleh karena itu meski diberi kemampuan tersebut, tak seorang manusia pun yang layak menyebut dirinya adalah Tuhan.
Baca juga: Kumpulan Kata Kata Baper yang Akan Menghanyutkan Perasaanmu
6. Kemenangan Hakiki
Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake.
Terjemahan: “Menyerang tanpa pasukan, menang tanpa merendahkan.”
Kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno yang tercantum pada kutipan di atas dapat dijadikan pedoman bagi para politisi, tentara (pembela negara), atau mereka yang punya saingan dalam bisnis. Bahwasanya, seseorang yang berbudi luhur tidak merendahkan lawannya, serta tidak menyerang lawan secara bertubi-tubi.
7. Pedoman Hidup di Dunia
Sing sapa durung ngerti lamun piyandel iku kanggo pathokaning urip, iku sejatine durung ngerti lamun ana ing donya iki ana sing ngatur.
Terjemahan: “Barang siapa belum mengerti bahwa ajaran Tuhan merupakan pedoman hidup, sejatinya ia belum bisa memahami kalau dunia ini sudah ada yang mengatur.”
Hidup manusia sudah ada yang mengatur, yaitu Tuhan. Tuhan telah menurunkan kitab suci yang mestinya menjadi pedoman hidup bagi manusia. Begitulah kiranya makna tersirat yang terdapat pada kutipan kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno tersebut.
8. Semboyan Pendidikan
Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Ki Hajar Dewantara
Terjemahan: “Di depan memberikan teladan, di tengah menggerakkan atau membangun kekuatan, di belakang memberi motivasi dan dorongan.”
Siapa yang tak mengenal semboyan pendidikan Indonesia seperti tersebut dalam kutipan di atas? Sebagian besar rakyat Indonesia tentu sudah tahu, bukan? Nah, hendaknya semboyan ini bukan hanya dijadikan pedoman siswa-siswi di sekolah-sekolah saja, tetapi juga setiap manusia Indonesia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
9. Mengalah Demi Kebaikan
Wani ngalah luhur wekasane.
Terjemahan: “Berani mengalah merupakan wujud dari kepribadian yang luhur.”
Mengalah bukan berarti kalah. Terkadang dalam perdebatan yang sengit, berani mengalah menunjukkan bahwa seseorang memiliki kepribadian baik dan berbudi luhur. Pasalnya dengan mengalah, seseorang bersikap seperti tidak ingin merendahkan orang lain.
10. Gelombang Kehidupan
Kahanan kang ana iki ora suwe mesthi ngalami owah gingsir. Mula aja lali marang sapadha-padhaning tumitah.
Terjemahan: “Kehidupan manusia senantiasa mengalami perubahan. Untuk itu jangan lupa berbuat mulia kepada sesama.”
Kehidupan sangatlah dinamis. Suatu ketika kita bisa berada di atas, di saat yang lain mungkin jatuh ke bawah. Dan dengan senantiasa berbuat baik kepada sesama, apa pun kondisi kita, akan ada pertolongan yang datang kepada kita.
Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Menunggu Kabar yang Mewakili Rasanya Berada dalam Penantian
11. Jangan Sombong
Aja rumangsa bisa, nanging bisao rumangsa.
Terjemahan: “Jangan merasa mampu, tetapi belajarlah untuk mampu merasakan.”
Barangkali, kamu merasa kesulitan memaknai kata-kata bijak bahasa Jawa yang satu ini. Padahal, maksud dari kalimat tersebut bisa dibilang sangat sederhana, lho. Ungkapan itu mengandung makna bahwa manusia hendaknya tidak bersikap sombong (rumangsa bisa) dan selalu rendah hati (bisa rumangsa).
12. Kopi Pahit atau Teh Sepat?
Aja mung ngopi, sekali-sekali ngeteh ben ngerti yen urip iku ora mung pait, tapi yo sepet.
Terjemahan: “Jangan hanya minum kopi, sekali-sekali minum teh agar kau tahu bahwa hidup bukan hanya ada rasa pahit, tapi juga sepat.”
Supaya tidak jenuh dengan kutipan kehidupan yang bernada serius, kami juga menyediakan kata-kata lucu tetapi tetapi bijak. Seperti yang tertera pada kutipan di atas, dalam hidup selalu banyak rasa, ada bahagia, sedih, kecewa, dan sebagainya yang dianalogikan menjadi kopi dan teh.
13. Hati Tak Bisa Dibohongi
Kadang mripat iso salah ndelok, kuping iso salah krungu, lambe iso salah ngomong. Tapi ati ora bakal iso diapusi.
Terjemahan: “Terkadang mata bisa salah lihat, telinga bisa salah dengar, mulut bisa salah bicara. Akan tetapi, hati tetap tak bisa dibohongi.”
Hanya dengan melihat terjemahannya saja mungkin sudah membuatmu mengerti maksud dari kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno pada kutipan di atas. Bahwasanya, hati tak bisa bohong walau mata, telinga, dan mulut kita terkadang melakukan kesalahan.
14. Cobaan Hidup
Urip iku akeh cobaan. Yen akeh saweran iku jenenge dangdutan.
Terjemahan: “Hidup tentu banyak cobaan. Kalau banyak saweran namanya dangdutan.”
Ungkapan kocak yang satu ini intinya adalah, hidup selalu banyak diuji dengan berbagai cobaan. Dan cobaan itu akan terus ada selama manusia masih hidup. Yang perlu dilakukan hanyalah bersabar dan bersyukur atas apa pun yang telah ditakdirkan Tuhan.
15. Selalu Waspada
Aja keminter, mundhak keblinger. Aja cidra mundak cilaka.
Terjemahan: “Jangan sok pintar, nanti lupa diri. Jangan curang, nanti kau akan celaka.”
Kata-kata bijak bahasa Jawa Kuno tersebut berisi nasihat agar manusia tidak sombong dan tidak berbuat curang. Sombong bisa membuat manusia lupa diri, sedangkan berbuat curang juga akan membawa dampak buruk terhadap kehidupan seseorang.
Baca juga: Kumpulan Kata-Kata Menyentuh Hati dengan Makna Mendalam
Kata-Kata Bijak Bahasa Jawa Kuno dan Kekinian yang Penuh Makna
Nah, kini kamu sudah tahu beberapa kata bijak dalam bahasa Jawa Kuno sekaligus terjemahan dan maknanya. Setelah memahaminya, semoga kutipan-kutipan tersebut bisa kamu jadikan renungan dalam menjalani hidup yang lebih baik di masa depan.
Jangan lupa bagikan kata-kata indah di artikel ini kepada orang-orang yang kamu sayangi, dan sebarkan lewat media sosial. Siapa tahu, kerabat dan sahabatmu juga memerlukannya sebagai bahan introspeksi diri.